Eighth Shot

447 77 16
                                    

Enjoyyy 💙💚


⏬⏬⏬













Beberapa bulan sudah Plan berpacaran dengan Mean. Dan Plan akui, dirinya tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah dipikirkannya sebelumnya. Masalah Beam perlahan mulai terlupakan. Sebagian dari hatinya merasa jahat, tidak mau mengakui sahabatnya. Tapi sebagian lagi merasa hal itu pantas dilakukan mengingat Beam yang meninggalkannya tanpa pamit. Dan sejak pertemuan terakhirnya dengan Beam di parkiran, mereka tidak pernah bertemu lagi. Apalagi ditambah dengan kehadiran Mean. Plan sampai tidak punya waktu untuk sekedar memikirkan hal yang bisa membuatnya bersedih.

Bicara soal hubungannya dengan Mean, saat ini Plan sementara bersiap-siap. Keluarganya akan berkunjung ke rumah orang tua Mean. Bukan untuk lamaran atau apapun yang berhubungan dengan dirinya dan Mean. Tapi hari ini ulang tahun nenek Nam dan akan ada perayaan di rumah keluarga Phiravich.

"Plan sayang. Kamu sudah siap?"

"Iya mae. Sebentar lagi Plan turun."

Plan menatap bayangan dirinya di cermin. Merasa penampilannya cukup memuaskan Plan tersenyum lalu keluar dari kamarnya.

"Mae, Plan siap."

"Aoow.. anak pho manis sekali. Apa karena akan bertemu keluarga pacar na?"

"Phoo.. jangan menggodaku."

"Haha.. pho hanya mengatakan yang sebenarnya. Kamu terlihat sangat manis malam ini."

"Plan kan anakku. Wajar saja dia manis."

"Maeee.. jangan ikut menggodaku. Lebih baik kita segera berangkat."

"Hahah.. ya sudah ayo berangkat. Sepertinya anak kita sudah tidak sabar bertemu kekasihnya."

"Phooo."

"Hahhaa.."
"Hahhaa.."

✴️✴️✴️

Melihat mobil keluarga pacarnya Mean langsung mendekat.

"Pho, mae, Plan. Selamat datang."

Orang tua Plan sudah turun. Tapi Plan di kursi mobil belakang tidak beranjak turun walaupun Mean sudah berbaik hati membukakan pintu.

"Kenapa Plan?"

Tidak mendapat jawaban dari Plan Mean akhirnya menatap orang tua Plan yang sementara menahan tawa.

"Mean.. bantu kami. Tolong kamu bujuk pacarmu ini. Sedari tadi dia merajuk."

"Aoow.. Plan kamu kenapa merajuk?"

"Kami kan hanya mengatakan yang sejujurnya. Kalau malam ini dia terlihat sangat manis."

"Phooo."

"Benar kan Mean? Bagaimana menurutmu?"

"Bagiku setiap saat Plan selalu terlihat manis pho."

"Wuiiih.. hahaa.. kamu bujuk dia Mean. Pho dan mae ke dalam dulu."

"Baik pho."

Sepeninggal orang tua Plan, Mean ikut naik ke mobil dan duduk di sebelah Plan.

"Sayang, sudahlah. Pho kan hanya menggodamu."

"..."

"Walaupun memang benar yang pho katakan. Malam ini kamu manis sekali."

Blush..

Plan tidak marah. Sejujurnya Plan malu tapi menutupinya dengan pura-pura merajuk.
Mean tersenyum menyadari kalau Plan sementara malu.
Tidak mau membuat Plan lebih malu lagi, Mean mencoba mengalihkan pembicaraan.

Nenek Comblang (2Wish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang