Tentang Raras dan Maaf

24 3 0
                                    


Melihatnya dari kejauhan aku sudah menebak jikalau itu dia. Perempuan paras manis dengan pony tail menutupi seluruh keningnya. Apalagi aku sangat tahu fasih alasan ia memakai poni tersebut, membuatku diam-diam tertawa. Hingga aku lupa bahwa aku memiliki rasa rindu terhadapnya. Padahal ia tampak baik-baik saja. Terlihat ia bergandengan dengan teman perempuannya, menunjukkan deretan gigi putihnya, tanpa diminta kedua lesung pipinya menghiasi setiap tawanya. Siapapun yang melihat pasti dibuat senang olehnya, termasuk aku. Ia perempuan yang sangat bahagia dari perempuan yang kukenal. Bahkan ia berhasil membuat tipuan itu setelah aku menyakitinya. Mirisnya aku tertipu, namun aku bahagia. Ia tidak berlarut-larut dalam sedih dengan apa yang aku perbuat. Bodohnya aku.

"Lo masih suka, tapi lo mutusin dia. Kalo lo masih suka sama dia, kejar dong, Fan!" ujarnya membuatku menyerngit datar. Aku meliriknya sekilas dengan tampang sinis lalu menggeleng-geleng kepalaku tidak mengerti dan kembali menatap figur Raras yang mulai menjauh. Ucapan Gandi layaknya menjawab pertanyaan soal anak SD yang sangat mudah. Padahal soal ini tidak semudah itu. Seenak jidatnya. "Bukan masalah 'masih suka' atau 'kejar', Gan, ini masalah memaafkan."

Awalnya Gandi yang berdiri di tepi lapangan, mendadak duduk di sebelahku yang masih sibuk memandang kerumunan. Alis Gandi bertaut. "Maksud lo?"

"It's about what I do to her, disitu lo akan ngerti, kenapa saat ini gue belum berani untuk ngejar dia lagi."

"Jadi, lo belum minta maaf sama Raras atau Raras belum bisa maafin lo?"

Aku melihat Gandi dengan tampang tak percaya. Semudah itu dia menebakku? Langsung saja, aku mengangguk,"Gue rasa dua-duanya."

"forgive the fastest way to solve the problem. Dan lo melewatkan itu, dude." Gandi kali ini menepuk punggungku. "Susah ya ngomongnya, Fan? Padahal lo sendiri berharap hubungan lo balik lagi ke semula."

Aku mengedikkan bahuku keatas, "Gue sendiri benci apa yang gue lakuin."

Aku melihat Gandi memangut-mangut. Teman sebangkuku sepertinya paham dengan masalah kecilku yang tak lain penyebabnya adalah diriku sendiri. Memang aku terlalu pengecut menjadi seorang laki-laki. "Menurut lo, gue harus gimana?"

"Find yourself. Then, come find her."

Miss Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang