tujuh: ada

1K 231 9
                                    

your name






"sambungan telepon dialihkan,"






Byounggon mengerutkan dahi. Sudah satu jam ia menunggu balasan chat dari Hyunsuk, tapi belum dibalas sama sekali oleh pemuda imut bermarga Choi yang Byounggon curigai sebagai soulmatenya itu.






Setelah mencoba untuk menelepon, malah dialihkan. Ah, berpikir positif saja, mungkin Hyunsuk merasa aneh karena tiba-tiba Byounggon jadi begitu tertarik dengannya dan enggan membalas juga mengangkat telepon karena takut.






Bisa jadi.







Byounggon hanya menghela napas sambil melantunkan beberapa lagu kesukaannya, berjalan melewati jalan setapak perumahan. Dia hendak pergi ke mini market omong-omong.








"hiks hiks hiks,"







Bulu kuduk Byounggon terangkat, "anjir," umpatnya pelan. Mencari-cari sumber suara yang mengejutkannya.







Semakin ia berjalan, semakin dekat pula sumber suara itu.








"s-sakit suk, sakit,"







Mata Byounggon membulat begitu menemukan seseorang yang tidak begitu asing baginya. Meringkuk dalam tangis yang terdengar begitu pilu.






"s-sihun?" panggil Byounggon ragu






Sihun menoleh lemah. Matanya sembab, rambutnya berantakan. Ah, bukan. Dirinya berantakan.






"kasih hapenya ke orang itu!"






Byounggon mengerutkan dahi mendengar suara tidak asing dari ponsel milik Sihun. Lalu Sihun dengan lemah memberikan ponsel miliknya.






"i-itu Hyunsuk,"






Byounggon dengan cepat mengambil telepon, berjongkok agar dapat menyamai tubuhnya dengan Sihun. Sihun kembali meringkuk, kembali sesegukan yang Byounggon tidak ketahui alasannya.







"halo?"







"Hyunsuk ini gue,"







Dari seberang terdengar helaan napas lega milik Hyunsuk. "ya Tuhan syukurlah. Hyung, bisa tolong gue jagain Sihun? Bentar lagi gue ke sana,"








Byounggon terlihat ragu. Ia menatap Sihun yang menangis. Ia menghela napas lalu menyetujui permintaan Hyunsuk.







"ah, syukurlah. Tunggu ya Hyung," ucap Hyunsuk lalu mematikan telepon.






Byounggon menatap ponsel Sihun dan Sihun bergantian. Lalu akhirnya memilih duduk di samping Sihun yang masih menangis.






Byounggon tidak tahu harua bagaimana, dia jarang sekali berurusan dengan orang-orang yang menangis.







Maka pilihannya hanya jatuh kepada menepuk pucuk kepala Sihun dengan harapan pria manis itu akan tenang.








Setelah belasan menit menunggu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Byounggon menoleh dan menemukan Hyunsuk dengan wajah khawatirnya.







Kali ini Sihun telah menyenderkan kepalanya pada pundak Byounggon dengan jaket yang Hyunsuk yakini milik Byounggon terpasang menyelimutinya.








"ah, Tuhan, Kim Sihun," Hyunsuk terduduk, merasa benar-benar lega dapat melihat sahabatnya yang tertidur pulas dalam penjagaan Byounggon.








"jangan khawatir," ucap Byounggon








Hyunsuk menoleh. Byounggon tersenyum padanya. Hyunsuk hanya menundukan kepala lalu mendekati tubuh Sihun, memeriksa suhu tubuhnya.








"jangan demam lagi dong Hun," bisik Hyunsuk







Hyunsuk menoleh Byounggon, menatap yang lebih tua dengan sedikit ragu.








"mau nganterin dia pulang? Ayo, gue temenin,"






.
.
.






Byounggon dan Hyunsuk membungkuk pamit kepada kedua orang tua Sihun. Setelahnya, mereka jalan beriringan dengan canggung.







Hyunsuk mendekap erat jaketnya, sementara Byounggon melirik-lirik Hyunsuk yang nampaknya tidak ingin membuka percakapan.







"eum.." Byounggon membuka suara






Hyunsuk menoleh. Kemudian kembali menatap ke depan.







"gue udah chat lo, tapi kayaknya lo ga minat buat bales," ucap Byounggon. Sebenarnya dia pengen bilang itu dari tadi.







Hyunsuk menoleh, lalu dengan cepat memeriksa ponselnya. Ia menepuk dahi begitu menemukan pesan Byounggon yang belum dibalas.








"gue ga tau, sibuk sama Sihun. Maaf," ucap Hyunsuk penuh penyesalan.







Byounggon tertawa. Setidaknya dia tahu Hyunsuk tidak sengaja mengabaikan pesannya.









"gapapa, urusan Sihun lebih penting," ucap Byounggon.







Hyunsuk mengangguk lalu kembali diam. Pikirannya berjalan-jalan entah ke mana. Sementara Byounggon sendiri sibuk memperhatikan betapa mempesonanya Hyunsuk. Aneh, kenapa Byounggon bisa begitu tertarik dengan pemuda Choi ini? Padahal belum tentu Hyunsuk soulmatenya.







"gue pengen cerita masalah Sihun, tapi kayaknya gue bukan orang yang pantes buat ceritain hidup orang lain," ujar Hyunsuk.








Byounggon diam sebentar lalu menepuk pucuk kepala Hyunsuk dengan pelan. Hyunsuk dengan reflek menghentikan langkahnya. Jantungnya berdegup kencang apalagi ketika Byounggon berjalan dan berdiri di depannya, membuat Hyunsuk mau tak mau nenatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu.






"kamu benar," ucap Byounggon lembut dan entah kenapa membuat Hyunsuk merasakan desiran aneh.








Diam-diam Hyunsuk berharap pada Tuhan untuk membiarkan waktu berhenti. Ia ingin menikmati bagaimana Byounggon menatapnya penuh dengan kekaguman.









Astaga.









Hyunsuk ingin Lee Byounggon untuk menjadi soulmate-nya.







Untuk kali ini..









Hyunsuk benar-benar memohon.






your name

tbc

[✔️] your name ; gonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang