Chapter 20 (aku memang miskin!)

44 7 2
                                    

Setelah yafizan berlari menghampiri melody, Melody pun terkejut atas kedatangannya, matanya membesar dan tak sengaja menumpahkan minuman yang akan diberikan untuk pelanggan "eh eh eh, aduh minuman saya jatuh? Saya tidak akan membayar pesanan itu!" ucap pelanggan itu sambil memberikan ekspresi kesal "maaf bu" ucap melody menunduk dengan raut wajah bersalah, "nanti saya ganti kerugian nya bu" ucap yafizan dengan sopan "huh! Dasar anak muda, ditempat ramai pun masih aja pake cinta cintaan" ucap pelanggan itu pada temannya sambil keluar dari cafe itu.

Yafizan pun menununggu cafe itu tutup sekitar jam 23.15 dan mengajak melody berbicara. yafizan menanyakan hal yang tak ingin melody jawab "kamu pekerja paruh waktu? Atau kamu pemilik cafe ini?" melody masih terdiam dan hendak pergi meninggalkan yafizan, yafizan pun mengejar melody yang ingin menjauh "hey! Jawab pertanyaan ku!" ucap yafizan memegang tangan melody ia bermaksud untuk menghentikan melody yang ingin menjauh darinya "apalagi yang mau dijelaskan? Aku sudah berjauhan antara sekolah dan cafe ini! Artinya, aku pekerja! Aku memang miskin! Lalu sekarang apa?apakah kamu akan menjauh dariku?!! Aku tidak ingin kamu tahu! Aku takut semua orang tahu! Bahwa aku miskin tidak punya ibu atau pun ayah!" ucap melody terisak, butiran air mata jatuh di pipinya yang lembut dan menutupi wajah cantik nya itu, yafizan pun mendekat "bu bu bukan itu, ak aku..., ga ada niat buat bikin kamu nangis" yafizan pun mengusap air mata yang terus berjatuhan di pipi melody, " ntah kau miskin atau kau tidak mempunyai orang tua, kamu masih tetap anak perempuan baik hati yang menolong anak lelaki bodoh yang tersesat, kamu juga akan tetap berada dalam hati anak lelaki bodoh itu " ucap yafizan tersenyum sambil mengelus rambut  melody. Namun ia melakukan nya dengan cara yang salah ia seperti sedang menepuk nepuk kepala melody "bodoh, masih tetap bodoh! Bukan seperti itu cara mengelus rambutku" ucap melody memegang tangan yafizan untuk mengajari cara mengelus rambut yang benar.

yafizan pun mengantar melody pulang dengan taksi.
"Kenapa dia harus anter aku pulang sii? kan suasana nya jadi canggung padahal kan taksi mahal kalo diukur ke rumahku, aduuuuh dasar si bodoh yafizan, menyusahkan orang sajaaa" batin melody sambil melihat keluar kaca mobil taksi itu.
"kamu setiap hari begini? Tanya yafizan dengan penasaran "hmmm... iyaaa, semenjak ibu hilang meninggalkan ku karna depresi, yaaa. Aku menghidupi diri sendiri" ucap melody tersenyum walau sebenarnya senyum nya itu palsu  "sudah berapa lama?" tanya yafizan. "saat aku memasuki SMA, ia hanya menitipi uang sekitar 2 juta untuk biaya, sedang kan untuk perbulan itu sudah 1 juta, yaa... Mau apalagi, aku membuka usaha apa saja dan kerja di cafe itu" jawab melody "kamu memasuki SMA khayalan? Itu biaya perbulan sudah mahal 10juta" tanya yafizan. "oh itu, aku memasuki nya karna pemilik sekolah sangat ingin aku memasuki sekolah itu, karna dulu ia pernah aku bantu" ucap melody "bantu?" tanya yafizan "saat aku sedang telat jam UN sekolah SMP, ia sedang teriak karna tasnya dicopet, karna aku hafal wilayah nya, aku tahu harus lewat mana ketika copet itu berlari. Akhirnya, aku mendapatkan dompetnya. Tapi, aku tibatiba berada di rumah sakit. Karna kepala ku terbentur. Bahkan, aku tidak ingat kejadiannya, disitulah, bu erni memohon untuk membalas semuanya, padahal aku sangat ikhlas membantunya. Tapi, kondisi keuangan ku sangat kritis, bahkan makan pun jarang, jadi ia membiayai sekolah SMA ku saat ini, bisa dibilang agak terlambat" ucap melody penuh syukur.

setelah lama berbincang, tanpa sadar melody pun sampai tujuan sekitar pukul 00:11, "makasih ya udah merepotkan, sebetulnya aku tinggal dengan bibi ko, jadi gausah terlalu khawatir" ucap melody "siapa yg khawatir? Cuma kepo!" ucap yafizan memalingkan wajahnya. "iyadeh, mr. Evil" jawab melody tertawa kecil sambil menuruni mobil taksi itu.

A Love Of TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang