Melody memakai baju yang benar-benar rapih, siapa tahu, Yafizan akan ikut bersama Yafiq. Ia terus memandangi wajahnya dikaca, mengolesi sedikit liptbalm pada bibirnya yang mungil merah itu, menggunakan bedak bayi yang tidak pernah tertinggal, ia memakai diwajahnya yang tanpa ada sedikitpun bentolan kecil, merapihkan rambutnya yang hitam nan panjang dan memakai jepitan pita yang mungil untuk menjepit poni lucunya yang sudah terlalu panjang, ia tak berhenti mengembangkan senyuman termanis yang ia miliki.
"hmm" ia menghela nafas panjang sambil tersenyum.
"katanya, gak mau anterin ke sana"
"bohoong"
"dasar pria es" ia berbicara dengan dirinya sendiri.
Ting!
Ponsel melody berbunyi.Yafiq: dimana Mel?
Aku udah digang nihMelody segera memasukan ponselnya ke dalam tas kecil dan dengan semangat ia pergi ke luar gang, sesekali ia menghela nafas, gugup jika ia bertemu Yafizan.
Yafiq, melambaikan tangannya didepan mobil dengan senyum lebarnya, Melody membalas senyumnya dengan kaku, ia menghampiri Yafiq sembari melihat-lihat, mencari Yafizan.
Yafizan? Ia tidak ada disana.
"Ha.. Hallo" Melody menyapa Yafiq yang sedari tadi memandangnya membuat Melody tak nyaman.
"eh? Ayo!" Yafiq segera membukakan pintu untuk Melody, duduk didepan untuk mendampinginya.
"Terima kasih" Melody tersenyum
Yafiq memasuki mobil dan duduk dikursi pengemudi dengan senyum yang tak luput dari wajahnya.
"Gimana kabar liburannya?" tanya Yafiq memecah keheningan.
"lumayan baik"
"kok lumayan?"
"baik deh dinego hehe" Melody tersenyum sedikit.
"kenapa? Kan ga jujur"
"terus gimana?"
"bilang aja buruk, nanti gue yang perbaiki biar baik"
"hmm iya"
"iya apa?"
"buruk"
"tadi katanya lumayan baik"
"kan suruh jujur"
"akhirnya..."
"Apa?"
"gapapa, oh iya Yafizan gamau ikut dia benci pasar malam katanya"
"ohgitu..." Melody menghela nafas, kecewa.
"kenapa? Emang harus sama Yafizan?"
"ng...ngga ko" Melody menjawab gugup.
"besok terakhir liburan lohh"
"iya" Melody mengakhiri pembicaraan.
Merekapun sampai pada tempat tujuan. Melody mengembangkan senyumnya tanpa ia sadari, sudah lama ia tak mengunjungi tempat usang ini. Dahulu ia sering mengunjungi tempat ini bersama Ayah dan Ibunya. Teringat hal itu senyumannya berubah menjadi rasa sedih dan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love Of Twins
Roman d'amourTakdir yang memisahkan, takdir pula yang mempersatukan. Yafizan, anak yang terpuruk dari masa lalu yang sangat menyakitkan, akhirnya dapat keluar dari keterpurukan nya, melalui melody, ia belajar banyak tentang menggenggam rasa sakit, dan mengubahny...