13

2K 106 3
                                    

Setelah sampai di rumah kakek dan neneknya yang sudah meninggal, di mana saat ini ia dan keluarganya tinggal di sana. Yoongi masih saja termenung di dalam mobil, seolah tak memiliki bosan memikirkan nasib keluarga kecilnya. Tepatnya rasa dilema, di mana hatinya saling memberontak dan bertubrukan karena berlawanan arah. Rasa benci sekaligus rindu termasuk cinta seolah perang di dalam perasaanya, menyebabkan Yoongi masih bimbang dengan apa yang sebenarnya sedang ia pertahankan sekarang.

Tidak terlalu lama berpikir, Yoongi menghembuskan nafas beratnya diiringi usapan kasar di wajahnya. Kini, bukan saatnya ia menyerah, karena hal itu mampu membuatnya lemah dan kalah. Ya, setidaknya Yoongi harus merasa kuat dan bertahan dengan segala konsekuensi akibat keputusan yang ia pilih sendiri.

"Aku harus menemui Hoongi" gumamnya lirih, meski sebenarnya rasa lelah itu begitu menggerogoti tubuhnya, namun Yoongi harus berusaha tegar di depan putranya yang hampir seharian memanggil dan mencari mamanya.

Dengan perlahan tapi pasti,  Yoongi keluar dari mobilnya lalu berjalan ke arah rumah megah neneknya. Matanya yang sayu itu begitu terlihat jelas di wajahnya, sampai saat tubuhnya berada di dalam rumah. Kakinya terus melangkah ke arah kamar, namun sebelum sampai di sana, Mama dan papanya berjalan ke arahnya dengan sorot mata serius seolah ingin membicarakan sesuatu hal.

"Ada apa?" Yoongi yang sudah tahu arti dari tatapan mata orang tuanya itu hanya bertanya ada apa meski dengan nada malas.

"Papa dan Mama ingin bicara sama kamu" Mamanya itu berujar tenang sembari berjalan ke arah ruang keluarga diikuti oleh suaminya di belakangnya, membuat Yoongi mau tak mau harus ikut meski sebenarnya tubuhnya merasa sangat lelah.

"Duduk!" perintah Yoona tegas ke arah putranya setelah tubuhnya sudah duduk di samping suaminya.

"Ada apa sih, Ma? To the point saja! Yoongi capek" jawab Yoongi sembari duduk di sofa yang sama dengan orangtuanya.

"Sepertinya kamu harus berbicara dengan Wendy, Yoon" Yoona berujar serius yang kali ini ditanggapi decapan malas oleh putranya.

"Untuk apa lagi, Ma?"

"Karena Hoongi terus menangis mencari Mamanya. Apa kamu enggak kasihan dengan dia? Mama dan Papa sampai kelelahan menangani Hoongi" Kali ini apa yang mamanya ucapkan mampu membuat Yoongi terdiam, merasa khawatir dengan putranya sekaligus merasa kasihan dengan orang tuanya.

"Sekarang, Hoongi di mana?"

"Dia sudah tidur. Tapi besok, Mama enggak yakin bisa lebih sabar lagi dari hari ini. Karena Hoongi begitu marah dan terus menangis mencari Wendy, Hoongi pasti merasa sangat merindukan Mamanya. Itu karena selama ini, Hoongi dan Wendy tidak pernah terpisahkan. Tapi sekarang, dengan mudahnya kamu pisahkan mereka, itu sama saja kamu ingin membunuh putramu secara perlahan-lahan" Mendengar ucapan tegas mamanya itu terlebih ucapan terakhir dari bibir wanita yang sangat disayanginya itu, membuat Yoongi geram dan langsung menatap tidak terima ke orang tuanya.

"Kenapa Mama ngomongnya seperti itu sih? Aku enggak pernah berniat buruk dengan Hoongi, Ma. Mana mungkin Aku tega apalagi berniat buruk seperti apa yang baru Mama katakan" Yoongi menjawab tak percaya yang hanya ditatap tenang oleh mamanya.

"Mama hanya mengatakan faktanya, Yoon. Karena apa yang kamu lakukan ke Hoongi itu hal buruk, meskipun kamu membenci Wendy, tidak seharusnya anakmu menjadi korban, mau bagaimanapun Hoongi akan terus membutuhkan Mamanya" Yoona berujar tenang yang berhasil membuat Yoongi frustrasi mendengarnya, terlebih karena memang apa yang mamanya ucapkan itu ada benarnya.

"Lalu apa yang harus Aku lakukan, Ma?" tanyanya frustrasi.

"Bicara baik-baik dengan Wendy !"

"Buat apa? Toh, dia juga tidak akan menganggap Aku suaminya lagi" Yoongi menjawab malas, menyepelekan hal yang sebenarnya ingin ia lakukan.

Really Bad Boy 2 [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang