5

2.7K 118 3
                                    


Mendengar pengakuan dari sahabat baiknya itu, jujur saja Wendy merasa sangat terkejut dan juga merasa bersalah entah karena apa. Rasanya Wendy berpikir bila apa yang sudah menimpa Seulgi itu adalah kesalahannya, meski Wendy berusaha untuk mengelaknya, tapi tetap saja hatinya terus merasa seperti demikian.

"Kenapa ... Mas Jimin tidak pernah menyentuhmu, Seul ...?" Wendy bertanya ragu, sembari berharap di dalam hati bila pertanyaannya itu tak menyakiti hati Seulgi.

"Sejak awal, aku tahu kalau Mas Jimin itu sangat mencintai kamu. Dia mau menikah dengan aku pun, itu cuma karena rasa terpaksa atau justru ingin melampiaskan rasa sakitnya karena kamu. Mungkin itu bisa menjawab pertanyaan kamu" jawab Wendy berusaha untuk tegar, meski wajahnya tertekuk lesu seolah kenyataan itu begitu menyiksanya.

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Seul? Aku dan Mas Jimin itu sudah selesai, kami sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri. Aku yakin, Mas Jimin tidak pernah merasa terpaksa menikah dengan kamu. Kamu itu wanita baik dan cantik lebih dari aku, seharusnya Mas Jimin merasa sangat beruntung karena bisa menikah dengan kamu" Wendy merengkuh kedua tangan sahabatnya itu, yang kali ini menatapnya dengan nanar.

"Kamu bukan wanita bodoh, Wen. Kamu sendiri pasti paham, bila cinta Mas Jimin ke kamu itu sangat besar" Seulgi melepaskan rengkuhan tangan Wendy dari jari-jarinya.

"Saat pertama kali aku dengan Mas Jimin menjadi suami istri, dia sudah bersikap dingin ke aku dan bahkan Mas Jimin sering membentakku. Mas Jimin yang lugu dan sopan itu seolah menghilang, setelah kamu putuskan hubungan kalian. Itu lah kenapa, aku merasa marah dan aku sangat membenci kamu waktu itu. Karena kamu lah, aku menjadi seperti ini" Seulgi berujar lelah diiringi air mata yang sudah membasahi pipi putihnya, sedangkan Wendy justru terdiam, seolah ingin membaca raut wajah kesedihan dari sahabatnya itu.

"Kenapa kamu mau menikah dengan Mas Jimin? Padahal kamu sangat tahu, bahagia hubunganku dengan Mas Jimin. Meskipun kita sudah putus saat itu, kenapa kamu malah mau menerima tawaran orang tuanya Mas Jimin? Padahal kamu tahu, akan bagaimana nasib pernikahan itu nanti?" tanya Wendy tenang, sedangkan yang Seulgi lakukan justru terdiam di balik tundukkan wajahnya.

"Kamu sudah lama mencintai Mas Jimin kan, Seul? Atau justru jauh, sebelum aku dengan Mas Jimin memiliki hubungan" Tiba-tiba Wendy bertanya dengan nada curiga, yang seketika membuat Seulgi gelagapan karena ulahnya.

"Maksud kamu apa, Wen? Aku tidak mengerti" Seulgi menjawab kaku.

"Kamu sangat mengerti maksudku, Seulgi. Tolong, jawab saja pertanyaanku!" Wendy menjawab tegas meski dengan nada kelembutan, sedangkan Seulgi justru terdiam meski pada akhirnya menghembuskan nafas lelahnya.

"Iya. Aku memang sudah mencintai Mas Jimin sejak lama, bahkan sejak kita kecil. Tapi sayangnya, Mas Jimin justru suka dengan kamu. Awalnya aku enggak keberatan, tapi seiring berjalannya waktu, aku merasa cemburu terlebih lagi saat kalian bertunangan. Aku selalu merasa iri dengan kamu, karena kamu selalu lebih beruntung dari aku." Seulgi menatap lekat ke arah Wendy yang terdiam, menatap tak percaya ke arah sahabatnya sejak kecil itu.

"Astaga, Seulgi. Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya denganku?"

"Buat apa? Aku mengatakannya ke kamu pun, Mas Jimin akan tetap mencintai kamu" Seulgi menyunggingkan senyum hambarnya, merasa rendah dengan posisinya yang memalukan.

"Tapi setidaknya, aku tidak akan menerima Mas Jimin demi kamu" Wendy menjawab tulus, yang kali ini ditanggapi senyum lembut dari bibir Seulgi

"Kamu selalu baik, Wen. Aku merasa bodoh, karena aku pernah membenci kamu, dan bahkan aku pernah bersikap buruk ke kamu, hanya karena Mas Jimin belum bisa melupakan kamu. Aku benar-benar minta maaf" ujar Seulgi sembari merengkuh kedua tangan Wendy penuh kelembutan.

Really Bad Boy 2 [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang