.
.
."Mulai sekarang, jangan pernah temui aku lagi... dan soal kemarin, aku belum memaafkan mu, kau harus merasakan seperti apa yang kurasakan saat itu.. suatu hari aku akan menuntut balas padamu, ingat itu...."
Dengan perasaan yang kalut, Abby keluar meninggalkan Louis yang terdiam di tempat. Baru saja kakinya akan menginjak tanah lapangan, tiba-tiba sebuah tangan mencekal pundaknya yang membuat dirinya terlonjak kaget.
"Kau takkan bisa pergi begitu saja, Abby ... Tak semudah itu kau lari dari pandanganku, kau adalah milikku, sampai kapanpun.... " Ucap Louis menyergah perkataan Abby sebelumnya.
Abby hanya bisa pasrah saat dirinya di dorong ke tembok yang membuatnya terpojok, Louis menatap lekat raut muka Abby yang membuatnya gila. Nafsu dan amarah bergejolak dalam pikirannya, pada remaja di depannya yang selalu terbayang kala dia menutup mata.
Louis jatuh hati pada pria sederhana ini, tak tahu alasan kuat apa yang membuatnya seperti itu, yang pasti hatinya selalu berdebar saat pria berambut coklat ini berada di dekatnya.
"Aku mencintaimu, Abby ... Mengapa kau selalu mengelak pada perasaanmu yang juga mencintaiku.... " Tanya Louis mengungkapkan isi hatinya.
"Sudah ku bilang jangan pernah me--"
"Sstt ... jangan berisik baby, nanti ada yang dengar ...." Belum sempat Abby menyelesaikan ucapannya, Louis dengan cepat menyela.
"Kau hanya milikku, milik seorang Louis Fernando.... " Bisiknya tepat di telinga Abby, kemudian dia mulai mengecup telinga itu, lalu turun ke leher. Lama kelamaan kecupan itu berubah menjadi jilatan, lalu ciuman dan yang terakhir menjadi lumatan.
"Lep-paskan Louis.... nghhh." Abby bergidik geli merasakan jilatan demi jilatan di lehernya, rasanya seperti malam itu, namun kali ini lebih buas dan..... Nikmat. Pikirannya menginginkan perasaan ini, tapi hatinya seolah menolak bahwa ini tak seharusnya terjadi.
Louis mendongakkan kepalanya menatap ekspresi pemuda di depannya, sudut hatinya merasa bangga melihat itu.
"No, baby there will never..."
Bukannya berhenti, Louis malah semakin menjadi. Bukan hanya bibir, namun sekarang tangan ikut bergerilya meraba setiap lekuk tubuh ramping yang membuatnya candu.
"Stthhhh Louishh stophh ..nghhh"
Sial, kenapa aku menikmatinya?!
Abby mencoba mendorong tubuh Louis menjauh darinya dengan tenaga yang masih tersimpan dalam tangannya. Tapi sialnya, jilatan itu melemaskan tubuhnya seperti sengatan listrik namun memabukkan.
"Akhh..hssss..hmmppp.. "
Desahan Abby tertahan oleh bibir Louis yang menerkam mulutnya, ganas dan liar itulah gambaran Louis melumat bibir lelaki berbadan lebih kecil darinya.
Abby pasrah sekarang, tenaganya sudah habis terkuras. Entah kenapa kepalanya sekarang terasa sakit, pandangan matanya juga mulai berkunang-kunang.
Lama-kelamaan wajah Louis yang dilihatnya pun menggelap.Louis yang diselimuti nafsu yang mencuat dalam dirinya pun perlahan-lahan merasakan ada yang ganjil dengan Abby, sedikit demi sedikit nafsu yang memuncak mulai memudar. Dilihatnya Abby yang tak sadarkan diri.
"Abby, hey... Babby kau baik-baik saja kan?"
Namun tak ada jawaban dari pemuda itu, perasaan cemas mulai tercipta dalam hatinya. Dia pun menepuk-nepuk pipi Abby berharap mata itu terbuka, tapi hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Be Mine
Teen FictionAbby putra adalah pemuda biasa-biasa saja, tidak bisa di bilang tampan dan tidak juga di bilang jelek. Di usia nya yang baru menginjak usia 18 tahun kurang 2 bulan, Dia harus menerima kenyataan pahit dengan apa yang di lihat nya. Pacar nya-Reina, y...