WARNING!!! TYPO BERTEBARAN
Gue dan yang lain pun mulai melangkahkan kaki ke arah masjid untuk beribadah.
°°°°
Setelah selesai melakukan shalat Dzuhur, aku dan Yasmin pun memutuskan untuk duduk lebih lama di dalam masjid. Ketika area masjid sudah cukup sepi, aku pun tidak sengaja melihat seseorang yang membuat perhatianku tertuju padanya.
“Yas, liat deh, itu si Diza kan?” Tanyaku sambil menunjukkan jari telunjukku ke arah Diza.
“Hooh, samperin sana” Ia mendorong bahuku pelan.
“Dih ogah ah, nanti yang ada malah cek-cok lagi” Jawabku sembari merapikan lipatan sajadah yang telah aku gunakan.
Terkadang aku memang malas meladeni tingkah konyolnya itu, namun ternyata hal itu lah yang membuatku merasakan sesuatu yang aneh ketika dekat dengannya. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya bila dekat dengan beberapa cowok yang sudah akrab denganku.
°°°°
Aku dan Yasmin pun memutuskan untuk keluar dari masjid karena jam pelajaran terakhir akan segera dimulai. Saat kami keluar dari dalam masjid, aku mencari-cari sepatuku yang aku simpan di rak sepatu –yang telah disediakan di samping masjid– tetapi saat ku lihat ternyata hanya ada sebelah saja.
“Yas, sepatu aku ilang satu masa” Ucapku sambil melihat satu-persatu sepatu yang ada di rak.
“Sepatunya pindah kali, itu punya orang” Jawab Yasmin santai.
“Mana bisa sepatu jalan sendiri?” Ucapku kesal.
“Maksud aku itu kamu salah sepatu, kali aja itu punya orang gitu” Jawabnya.
“Oh, iya gitu? Tapi masa iya aku pake sepatu orang” Pikirku saat Yasmin berkata seperti itu.
“Ya mana aku tau lah, cari lagi coba” Yasmin pun mulai memakai sepatunya sembari menungguku mencari sepatuku.
Saat aku sedang mencari, tiba-tiba saja ada yang berteriak dari arah halaman masjid. Aku pun menoleh ke arahnya dan menatap kesal kepadanya.
“Woy Zah! Lagi ngapain?” Teriak seorang cowok berkulit putih putih itu padaku.
“Nyari bebek yang ilang” Jawabku kesal “Ya kamu mikir lah aku nyari apaan disini” Lanjutku.
Yasmin yang sedari tadi di belakangku hanya diam terduduk menyimak perdebatan kami. Ia pun menopang dagunya dengan tangan dan terlihat santai saat aku dan Diza berbicara sedikit berteriak.
“Kali ae beneran nyari bebek, kan kamu induknya” Ia pun tertawa lumayan keras.
”DIZA KAMPRET!!!” Teriakku padanya sambil berlari membawa sebelah sepatuku.
Saat mulai mendekat ke arahnya, ia pun berlari menghindar karena melihat aku yang sudah bersedia melemparkan sepatuku padanya. Ia berlari sambil tertawa puas melihatku kesal.
“Zah jangan lempar Zah! Ntar gak bakal aku balikin sepatu kamu loh” Ucapnya sambil berlari.
Aku pun menghentikan langkahku dan merasa semakin kesal dan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyangkal Rasa
Teen FictionDiza Arrayan Mahendra, cowok tampan dengan sikapnya yang dapat memikat banyak perempuan di sekolah maupun di luar. Dengan sikapnya yang mudah berbaur dan humoris ia lebih banyak memiliki teman dibandingkan dengan beberapa sahabatnya yang lain. "Cewe...