🥀 Bab 7 🥀

20 5 0
                                    

Akhirnya nyampe juga.

Gue pun menekan bel rumah yang gue singgahi sekarang, sembari mengecek ponsel siapa tau Azizah mencari gue, ck terlalu pede memang.

Tak lama kemudian pintu rumah pun terbuka dan nampak lah Darrel dengan wajah kusutnya.

“Za, lo ngapain?” Tanyanya heran.

“Gue bosen anjir, gue kabur aja” Jawab gue santai, Darrel mengerutkan keningnya nampak tak percaya apa yang gue katakan barusan.

“Gila lo kabur kesini?” Tanyanya.

“Serah gue lah, buruan siap-siap” Ucap gue sembari masuk ke dalam rumahnya dan menyimpan tas gue di atas sofa.

“Kemana?” Tanyanya, masih berdiri di dekat pintu.

“Balapan” Jawab gue, reaksi Darrel? Kek bocah waktu di kasih permen.

Gue pun mengistirahatkan tubuh gue walau sebentar. Baru nyampe udah balapan, gila emang.

Tak beberapa lama kemudian Darrel pun muncul dan memanggil nama gue. Gue pun membuka mata.

“Lo serius nyet? Kaga mau tidur dulu?” Tanyanya sembari memakai jaket berwarna hitam yang ia pegang.

“Iye” Gue pun berdiri dan menatap Darrel.

“Ngapa lo?” Tanyanya.

“Pengin minum dulu gue” Gue pun melangkahkan kaki gue ke arah dapur. Ya, gue udah tau tentang rumah ini karena dulu 4D terkadang liburan dan menginap di rumah ini.

Setelah menuntaskan rasa dahaga, gue pun kembali ke ruang tamu dan melihat Darrel sedang memainkan ponselnya.

“Kuy berangkat” Ajak gue.

“Kaga ada motor, adanya mobil” Ucapnya tiba-tiba.

“Sip, udah jarang ni gue balapan pake mobil” Sahut gue.

Kami pun mulai berjalan ke arah garasi dan masuk ke dalam mobil.

°°°°

Gue dan Darrel mulai memasuki arena balapan. Kali ini tidak menggunakan motor, tetapi mobil milik Darrel. Karena motor Darrel tidak disimpan di rumah neneknya ini. Motor gue? Ya kali bro gue bawa kesini juga.

Dulu gue memang biasa balapan mobil. Tapi sewaktu mobil gue rusak karena menabrak pembatas jalan mama melarang gue untuk balapan mobil lagi. Akhirnya gue dibelikan motor, namun masih sama, gue pakai untuk balapan. Memang tidak ada kapoknya gue.

Balapan pun di mulai, Darrel menunggu disana dan gue yang memulai balapan ini. Seseorang menantang gue dengan bayaran dua puluh juta rupiah, tapi gue tidak mau menerima uang itu, ya bagaimana pun juga gue dididik agar tidak melakukan hal seperti itu. Dia memang sudah menghubungi gue dari beberapa hari yang lalu, dan gue memutuskan untuk pergi kesini dan menerima ajakannya. Itung-itung ngilangin gabut di asrama.

Sorry, gue gak mau nerima duit nya. Gue kesini cuma buat happy-happy doang bro bukan cari duit” Tolak gue dengan santai “lagian gue pasti menang kok, dah sering gue dapet hasil taruhan dari lo. Sekarang kalo kita balapan, lo gak usah ngeluarin duit” Lanjut gue bersamaan dengan senggolan pelan di bahu gue.

“Gak usah songong ya lo!” Ucapnya serius sambil pergi ke arah mobilnya yang sudah terparkir di depan garis start.

Gue pun menatap Darrel dengan tatapan heran seolah bertanya kok ini orang marah nyet? Kan gue nolak nya santai.

“Kesinggung kali dia kalah terus dari lo” Ucapnya diakhiri dengan tawa kecil.

Jika mama tau gue ditantang seperti ini, sudah pasti mama akan melarang gue untuk balapan dan memarahi gue habis-habisan.

Menyangkal RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang