18: Kegelapan Yang Tertinggal

492 48 8
                                    

Pada siang sebelum tengah hari, Deloryn mengunjungi istana dan diperbolehkan langsung karena kebetulan sekali ia langsung bertemu dengan Putri Luna. Deloryn terpukau bahwa gambaran cantik Putri Luna masih sama biarpun sudah dua puluh tahun terlewati melalui peristiwa-peristiwa dalam setiap runik. Deloryn membungkukkan badan dan sang putri juga membalas hormatnya. Berbeda dengan para putri dalam imajinasinya, Putri Luna tampak sangat berkilau dengan pakaian semi-armor yang kini ia sedang gunakan. Ia juga tidak mengenakan dress maupun rok. Tampaklah sosok calon ratu pejuang dihadapannya.

"Selamat pagi, tuan putri.."

"Selamat pagi, Deloryn Dawnstrider.. Aku mendengar banyak sekali tentangmu dari Knight Glory, dan Kapten Asher.. Kau memiliki reputasi yang menakjubkan setelah melalui ekspedisi Yedaron.." Puji sang putri dan Deloryn pun tersenyum.

"Terimakasih, tuan putri.. Senantiasa, aku tak akan pernah berhenti belajar.."

Putri Luna tersenyum dan melambaikan tangannya kepada sebuah kursi di taman. Terdapat sepasang kursi dengan sebuah meja batu yang memisahkan mereka berdua.

"Kumohon, duduklah.. Banyak sekali yang ingin kubicarakan denganmu.." Pinta sang putri, kemudian Deloryn mengangguk dan segera duduk pada kursi sebelah kiri, dan Putri Luna duduk pada kursi sebelah kanan. Kini, mereka sama-sama melihat patung Dewi Ternadeth di tengah taman yang berdiri ditengah-tengah air mancur.

"Baiklah.." Ucap sang putri, kemudian menarik nafas sedikit panjang.

"Sebenarnya Deloryn.. Saat aku melihat sosokmu di dalam istana, aku sangat terkejut.." Ucap Sang Putri dan Deloryn menatapnya sedikit terkejut.

"Oh ya? Ada apa, tuan putri?"

"Wajahmu mengingatkanku akan wajah sosok seorang lelaki yang sangat-sangat kucintai dan pernah menjadi bagian penting dalam hidupku.. Dan orang itu berasal dari Arvena juga, sama-sama elf sepertimu.. Dia adalah Pangeran Arevas Sinazea.." Ucap sang putri dan Deloryn mengangguk.

"Kalian sama-sama memiliki rambut yang silver, mata cyan yang bercahaya, dan bentuk wajah yang hampir sama.. Aku sempat merasa sakit di dalam hati, dan memutuskan untuk tidak mau meninggalkan kamarku, namun setelah kejadian dari Yedaron dan melihat semua kejadian yang ada melalui perantara sihir Magus Hellena, aku tak menyangka bahwa sebenarnya sosok Arevas masih diluar sana, terperangkap, terkutuk, dan terampas sudah haknya untuk melepaskan kehidupan.." Ujar sang putri dan Deloryn menatap kedua matanya yang kini tampak berkaca-kaca.

"Andaikan waktu itu aku ikut bersama kalian berenam kesana.. Aku ingin sekali bisa memeluknya satu kali lagi dan mengucapkan terimakasih karena pengorbanannya untukku.. Dia menunjukkan bahwa cinta sejati itu benar-benar ada, dan.." Sang putri mulai mengisak dan Deloryn pun merasa sedih pula mendengar cerita itu.

".. Maaf, tuan putri..."

".. Tapi terimakasih, Deloryn.. Kau sudah membebaskannya dari belenggu kutukan.. Sejujurnya, aku tak tahu lagi bagaimana jadinya jika ia masih terus diluar sana, merasakan kehampaan yang menyakitkan, dimana setiap hari ia tahu bahwa ia tak akan pernah mati karena ia sudah mati.." Ucap sang putri.

"Tak apa tuan putri, sudah tugasku untuk membantu pada waktu itu.." Ucap Deloryn, sedikit merasa ngeri sambil mengelus gelang cahaya pada pergelangan kirinya yang dikenakan lagi oleh Asher setelah mereka selesai mandi pada pemandian air hangat kemarin.

'Setidaknya, gelang ini akan melindungimu untuk sementara waktu..' Deloryn teringat suara Asher dan tersenyum karena hal itu.

"..Arevas pernah menjelaskanku sesuatu tentang sebuah kalezia dan setiap elf memilikinya, namun aku sangat penasaran sampai sekarang tentang hal itu.. Apakah kau tahu beberapa hal tentang itu, Deloryn?"

Zandorath: The Missing Dark Moon : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang