3: For A Life, A Purpose

804 77 5
                                    

Don't forget to give your votes, comments, and add this story to your library :D

Aku akan update terus setiap hari Kamis, weekly ya guys!

Sketsa gambaran para troll di multimedia

Enjoy!!

~

3

Merasa murung dan entah tak tahu kemana, Deloryn merasa bahwa dia tidak memiliki pilihan lagi untuk selain mencoba bekerja di negerinya, Arvena. Selain dia tahu bahwa kini banyak sekali permintaan buah lambernon dan pama yang selalu menjadi komoditas utama para elf, populasi yang semakin banyak bisa menunjang kesempatannya. Pupus sudah rasa optimisnya untuk hari ini.

"Aaaa!" Tiba-tiba Deloryn mendengarkan suara teriakan dan berpaling untuk menatap kemana arah teriakan tersebut. Telinganya yang panjang bergoyang ke arah mana datangnya suara tersebut, salah satu keahlian alami yang dimiliki oleh semua elf.

Dengan gesit Deloryn berlari dan melompat di dalam hutan, kemudian ia menempelkan punggungnya pada sebuah pohon jati yang besar sambil berusaha mengintip ada apa. Dia mendengar suara teriakan anak kecil dengan geraman-geraman kasar yang sudah tidak asing baginya, yaitu para troll. Makhluk berkulit hijau, kadang abu-abu, cokelat tua, dan hijau tua yang identik dengan hidung panjang nan lancip mereka, dengan telinga yang lebih panjang dan lebih besar daripada para elf.

"Tolong biarkan aku pulang, hiiiiikkk" Tangis anak kecil manusia tersebut. Ditengah, tampak leader mereka yang sedang tertawa dengan sinis kepada anak malang tersebut.

"Kenapa hah? Kita dapat makanan, mengapa harus dilepaskan?! Zol'Jag!! Kau jaga jalan ini untuk berjaga-jaga jika ada prajurit manusia datang! Sinyal aman ada, kalian masuk sudah!" Ujar pemimpinnya yang masih belum jelas namanya.

Deloryn menghitung ada sekitar lima belas dari mereka. Akan jadi rencana bunuh diri jika Deloryn melompat dan langsung menyerang mereka tanpa sebuah taktik. Setelah itu, kedua belas dari mereka meninggalkan si Zol'Jag dengan dua anak buah lain yang lebih kecil daripada mereka.

Deloryn berdebar-debar di dalam hati. Ia akan menggunakan taktik pembiusan tidur dari anak-anak panahnya yang masih ada racunnya. Dia masih punya lima anak panah dengan racun tidur. Dia mendesis kepada dirinya sendiri, berpikir betapa bodohnya ia tidak membuat racun tidur yang banyak waktu itu. Namun, dia harus melakukan hal yang benar kali ini, para elf dan troll juga tidak pernah memiliki riwayat yang baik karena sifat barbarian mereka yang natural.

Ditariknya anak panah tersebut, kali ini benar-benar tak menyangka ia dapat menembak anak panah tidur tersebut tepat ke salah satu anak buah Zol'Jag.

"URK!!!" Teriaknya dan itu membuat Zol'Jag dengan salah satu anak buahnya terkejut setengah mati.

"HURRR!! SIAPA DISANA!!!" Teriak Zol'Jag, menyiapkan tombaknya dan berdiri dengan fighting stance. Deloryn menarik sepasang anak panah biasa dan menyiapkan bidikan secara horizontal. Setelah itu dengan gesit ia menggelinding dengan bidikannya.

"Disini, bodoh!"

Shiiiiuh!

Satu anak panah berhasil menumbangkan anak buah Zol'Jag, tepat sekali menembus mata kanannya hingga ke belakang kepalanya. Zol'Jag juga kesakitan karena anak panah yang satunya berhasil menusuk pundak kanannya. Belum lagi Deloryn memanah yang membuat Zol'Jag menepis dengan saku tombak-tombaknya, dan membuat saku tersebut terpental jauh.

"Elf sialan!!!"

Mendesis, Zol'Jag mengambil sebuah terompet kecil dan meniupnya. Suara aneh yang keras terdengar amat jelas dan itu membuat Deloryn dengan was-was segera bersembunyi di balik sebuah semak-semak. Tidak lama setelah itu seorang troll baru saja muncul dari sebuah jalan dari sebuah pertigaan dari tempat yang sama.

"Zol'Jag!! Kau payah!!! Apa yang terjadi?!" Teriaknya.

"Kami baru saja diserang oleh seorang elf. Ia pasti kiriman para manusia!! Kita harus beritahu ayah!!"

"Sini kau payah!! Cepat!!" Ajaknya. Kemudian Zol'Jag mengambil kembali saku anak panah yang tadi berhasil Deloryn tepis jauh dengan anak panahnya, kemudian ia berlari masih dengan berusaha menarik panah Deloryn keluar. Keluar dari semak-semak, Deloryn mengikuti mereka dengan diam-diam. Dadanya merasa sedikit berdebar-debar karena selama ini ia belum pernah bertarung secara sesungguhnya melawan makhluk lain selain para elf pada saat latihan. Ia bingung apakah ia harus menyelamatkan nasib anak para manusia ini, namun di akhir pemikirannya, kehidupan jauh lebih penting daripada kematian.

# ~ #

Sementara itu di sisi lain dalam hutan

CLASSSSS!!!

Pedang besar Asher dengan mudah sekali mematahkan tombak kayu seorang troll yang berbadan satu setengah kali lebih besar daripadanya. Troll tersebut menggerutu dan membuang tombak tersebut dan mengeluarkan tombak yang baru.

"BERSIAP UNTUK MATI, MANUSIA KECIL!!!" Tombak tersebut seolah mengeluarkan sebuah api.

Asher mencari titik lemah dari apa yang sedang dilakukan oleh troll tersebut. Ia melihat bahwa troll itu hendak membesarkan kekuatan api tombaknya. Dengan sigap Asher memposisikan pedangnya seolah hendak menyapu tanah.

SHRAKKK!!

Pasir tersebut dengan kasar berhasil membutakan mata troll tersebut. "AAAGH!! MATAKU!!!" Ia berteriak menutup matanya. Cepat sekali Asher memotong tangan troll tersebut sampai darah memuncrat ke tanah segar dalam hutan.

"HAAAAARRGGH!!!" Troll tersebut sudah terpojok pada sebuah batu.

"KATAKAN!! Dimana kawananmu yang menculik anak itu!!!"

"TIDAK AKAN PERNAH!!!" Teriaknya mendesis, masih dengan mata terbelalak yang merah. Namun ia terkejut ketika pedang sebesar tersebut sudah menatapnya, beberapa detik hendak menusuk perutnya.

"BHUAK!!!" Seorang troll yang tersudut pada sebuah batu, tertusuk sudah perutnya oleh pedang besar dengan selebar 5 inchi. Darah berucuran dan ia masih bersikeras untuk tidak memberitahu sang prajurit muda, Asher dimana teman-teman yang lainnya telah menculik anak warga Desa Silvermaple.

Sudah tergeletak tanpa nyawa, Asher melepas pedangnya dan mengelap darah troll tersebut pada tanah. Lalu, ia mendengar suara terompet. Suaranya seperti sebuah peringatan bahwa teritori sedang diserang. Asher mendapatkan petunjuk untuk mengikuti ke arah dari mana suara terompet tadi berada. Dinaikinya kuda cokelat yang tadi ia ingat bahwa seorang elf bernama Deloryn, salah satu pendaftarnya, lupa untuk membawa.

Dengan cepat Asher membawa langkah-langkahnya. Ia juga melewati sebuah sungai kecil untuk mencapai tujuannya. Sampai disebuah pertigaan, ia turun dari kudanya dan bersembunyi dari balik batu besar, melihat sebuah pondok kecil para troll dengan lima troll masih berjaga dengan siaga. Mereka semua mengenakan topeng, dan dari apa yang pernah ia pelajari saat bersekolah militer, para troll yang mengenakan topeng adalah mereka dalam status knights. Terlihat dari senjata mereka yang sama-sama kapak kembar semua.

Asher berpikir sebuah rencana lagi. Pedang besarnya ini berat dan ia tidak bisa menyerang dengan sangat gamblang. Hanya saja jika dia ada panah atau sesuatu yang dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian mereka. Namun dari ujung jalan yang lain, Asher melihat sosok kecil yang tidak asing lagi. Ia tidak salah, ia melihat sosok Deloryn, elf yang menjadi kontendernya tadi. Ia sedang membidik sebuah panah.

"Oh ya, tepat sekali!" gumamnya pelan. Dia sudah menyiapkan pedangnya untuk tebasan backslash. Kedua kakinya sudah melompat-lompat kecil tidak sabar untuk maju dan menebas para troll yang tak sadar bahwa perhatian mereka akan dipancing oleh seorang pemanah. Asher menatap elf tersebut dan memberikan kodenya. Ia sempat terkejut namun ia hanya mengangguk dan mengeratkan tarikan panahnya lagi.

Zandorath: The Missing Dark Moon : Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang