6. Toko Buku

85 9 1
                                    

Gadis berkulit putih serta rambut yang dibiarkan terurai panjang sepinggang tersebut masih melihat - lihat buku yang ada di depannya, sesekali membaca isi cerita di dalam buku tersebut. Matanya berbinar saat ada sebuah novel keluaran terbaru, dia menimang buku tersebut dan bersorak senang.

"Wihh, baru nih kayaknya. Ambil yang ini aja, deh." gumamnya membolak balikan buku yang lumayan tebal tersebut.

Cewek itu membalikan badannya melangkah dan masih setia melihat buku novel di tangannya sampai tidak sadar jika ada yang tak sengaja menabrak bahu kanannya sontak membuatnya terkejut.

"Aduh." pekik cewek tersebut membuat buku novel di tangannya terjatuh.

"Eh kamu ga pa-pa?" tanya orang yang menabrak bahu Mia khawatir.

Mia sedikit mengusap bahunya. "Iya. Ga pa-pa, kok" ujarnya sambil mengambil buku novel yang terjatuh orang itu membantu Mia berdiri dengan kedua tangannya berada di bahu Mia.

"Loh, Mia?"

"Ayendra, ya?" tebak Mia sambil menunjuknya dengan jari telunjuk.

Cowok itu mengulas senyum. "Iya, eh. Ketemu disini kita ... hehe" ucap lelaki tersebut mengusap rambut sampingnya kebelakang.

"Iya, nih. Mau beli buku juga?" tanya Mia yang lansung di balas dengan gelengan kepala cowok itu.

"Ga, kok. Aku lagi nganter, Kakak, tuh" ucap Ayendra menunjuk ke arah lain dengan dagunya.

Mia hanya mengangguk pelan melirik seorang gadis yang di tunjukkan Ayendra kepadanya terlihat sedang sibuk memilih buku.

"Kamu udah pilih bukunya?" tanya Ayendra

Mia mengangguk lagi. "Iya, nih baru mau bayar."

Mereka berjalan hendak membayar buku yang sudah Mia pilih tadi.

"Kesini sama siapa?" Ayendra kembali bertanya.

'Maunya sama, Kak Changbin.' keluh batin Mia.

"Ah, sendiri kok." balas Mia sedikit kikuk.

Cowok itu berdeham. "Kalo gitu aku anterin kamu pulang, ya." tawar Ayendra.

Cewek itu langsung menatap Ayendra. "Ga usah. Gue ga mau ngerepotin dan lagian katanya lo sama Kakak lo kesini. Jadi tungguin Kakak lo aja." tolak Mia dengan halus.

"Ga pa-pa, kok. Kakak, aku masih cari - cari. Nanti juga kalo dia udah selesai nyari, aku balik lagi kesini." ujar Ayendra sedikit memaksa cewek itu untuk diantarkannya.

Mia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk, menyetujui saran cowok di depannya ini setelah membayar buku novel tentunya.

Tidak ada yang memulai perbincangan di perjalanan menuju rumah Mia. Keduanya masih di alam pikiran masing-masing.

Sesampainya di depan gerbang rumah Mia, cewek itu segera turun dari motor CBR milik Ayendra.

"Makasih, ya. Mau masuk dulu ga?" tawar Mia setelah turun dari motor.

Ayendra tampak berpikir. Jika ia mampir ke rumah Mia bagaimana dengan Kakaknya yang ia tinggal di toko buku tadi? Sedangkan tadi cowok itu terburu - buru untuk mengantar cewek di depannya tanpa pamit kepada Kakaknya yang saat ini sedang kebingungan mencari adiknya tersebut.

"Nanti malam aku kesini, deh. Takut Kakak aku udah nunggu." balas Ayendra yang masih di motornya.

Mia sedikit menepuk dahinya. "Oh, iya. Ya ampun! sampe lupa tadi ga pamit dulu." ucap Mia merasa bersalah.

"Ya udah lo hati - hati, ya. Makasih banget udah nganterin gue sampe rumah
" lanjut Mia tidak enak hati.

"Iya, sama - sama. Kalo gitu aku duluan,  ya." pamit Ayendra yang langsung membelokan motornya lalu melesat pergi dari hadapan gadis tersebut.

Saat Mia ingin melangkah menuju teras depan, cewek itu dikejutkan oleh motor yang terus menggerung membuat siapapun yang mendengar terasa sakit di telinga.

'YA TUHAN SIAPA SIH!' umpat cewek tersebut menutupi kedua telinganya dengan tangan.

"BUKA GERBANG!" teriak dari arah luar gerbang, namun tidak terdengar oleh Mia karena orang tersebut memakai helm full face membuat suaranya tidak begitu jelas.

Mia yang tahu dari arah gerak gerik orang di belakangnya tersebut langsung membukakan gerbang rumah nya sedikit lebar.

"Kak Changbin, dari mana?" tanya Mia saat Kakaknya membuka kan helm full facenya.

Berwajah datar nan cuek, itulah sorotan dari seorang Adnan Changbin Fahad Ghazala.

Cowok itu berjalan acuh tanpa melirik adiknya yang bertanya padanya.

"Kak Changbin, pasti capek. Gue bikin makanan, deh." gumam Mia yang menyusul Kakaknya ke dalam rumah.

.
.
.
.
.

Segerombolan anak memasuki sebuah pekarangan rumah yang tak asing dan tak lain adalah rumah Changbin dan Mia. Mereka tidak lah sedikit. Dengan motor masing - masing satu itu di parkirkan dengan rapih sebagaimana sang tuan rumah selalu menegur jika pekarangannya sempit karena motor teman - temannya yang memang parkir tidak beraturan.

"Helem gua anjing!" pekik Felix saat helm nya di lempar kesembarang arah oleh temannya. Seungmin, cowok itu memang teman plus adik kelas Changbin yang sangat jahil. Dia melemparnya karena menghalangi jalannya.

"Bodo amat." acuh Seungmin tidak peduli tanpa melirik Felix yang dibuatnya kesal.

'Bangke! Minta di geplak ni anak.' gerutu Felix dalam hati.

"Ya, udah masuk aja. Changbin, chat gua. Dia udah nunggu di kamar katanya." sahut Minho, teman Changbin paling tua atau Kakak kelasnya.

Akhirnya mereka masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan tentunya seperti rumah sendiri bagi anak - anak tengil ini. Yang tidak layak untuk dinamakan bertamu.

Changbin mengotak atik laptop yang berada di tumpuan kedua kakinya, ia mendongak saat pintu kamarnya terbuka menampakkan teman - temannya dengan mengembangkan senyuman terbaik mereka.

"Weeiii, Bro!" sapa Han kepada Changbin dengan menepuk bahu ala teman lelaki saat bertemu.

Changbin hanya tersenyum tipis.
Bahkan teman - temannya mengetahui akan hal tersebut.

"Gua ambil makanan dulu buat lu semua." ujar Changbin dengan wajah datarnya.

"Eh, gua mau sirup dong." sahut Felix membuat langkah Changbin terhenti.

"Ambil aja." balas Changbin tanpa melirik Felix.

"Jahat banget." gumamnya mengerucutkan bibir.

"Eh. Si, Ayen ... kok ga ikut, ya?" tanya Seungmin saat baru menyadari salah satu gengnya berkurang.

"Katanya sih lagi kerumah, Tantenya" jawab Minho yang selonjoran di karpet.

Changbin membawakan snak dan minuman untuk temannya yang selalu ada untuknya saat ini. Dia tidak sendiri, dibantu oleh Felix anak yang tadi meminta sirup pada Changbin dan oknum itu hanya berjalan tidak menghiraukan jadi Felix mau tidak mau mengikuti sang tuan rumah mengambil makanan untuknya dan teman yang lain.

"BANTUIN NAPA DAH WOY!!" pekik Felix yang membawa nampan dengan makanan di atasnya.

"Udah sampe pake di bantuin segala, cih." umpat Seungmin yang terlihat bermain game di handphone nya.

Felix hanya berdecih dan tidak menghiraukan.

Changbin menghela napas dan kembali duduk di atas kasurnya.

"Bin, adek lo tinggal di sini, kan?" Minho bertanya menatap cowok yang hampir tersedak oleh minumannya.

Changbin kira mereka ke rumahnya akan menghibur atau hanya sekedar kumpul.

"Kalo lu bahas ini ... Pergi aja!"





..........



SUARANYA MANA NIH!!!!!

JANGAN LUPA KOMEN {><}

Brother «Changbin Stray Kids» TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang