...
Mia masih menatap tak percaya dengan apa yang sudah di ucapkan orang itu.
"Lo gada berhak buat larang gue deket sama siapapun!... Termasuk guanlin sekalipun!"ucap Mia menarik lengan Guanlin untuk mengikutinya berjalan keluar.
"Mia!!!".
Mia murka atas sikap salah satu murid baru di kelasnya tersebut.Sebut saja Renjun Juvenal Alaric,siswa pindahan dari Jakarta.
Guanlin tersenyum kemenangan setelah wajahnya murung saat kejadian tadi,cowo itu senang jika Mia selalu membelanya sekarang.
"Kenapa lo bikin kerusuhan lagi?"tanya Mia setelah menghempas tangan kiri Guanlin di koridor yang sepi.
"Bukan gua!..itu kakel emang mau cari masalah aja sama gua."elak Guanlin bertolak sebelah pinggang.
Mia menatap malas Guanlin.
"Lo kan udah janji sama gue,Ga akan cari masalah di sekolah lagi."peringat Mia yang entah keberapa kalinya.
Helaan nafas Guanlin terdengar halus,"Mia...tadi tuh gua nyari lu di semua sudut kantin,tapi guanya ga liat lu disana eh malah ada yang nyolot di belakang gua.Bilang kalo gua halangin jalannya..
Mata dia tuh rabun atau apa dah,padahal di sebelah kiri sama kanan gua masih ada jalan buat cari meja malah marah-marah ke gua."terang Guanlin yang masih kesal.
"Yaudah kenapa lo ga minggir?kenapa ga biarin kakel itu lewat?"jera Mia.
"Karena dia nyolot,yaudah gua juga gamau kalah."ucap Guanlin memalingkan wajah kesalnya ke arah lapangan.
"Pokoknya lo harus minta maaf,gue gamau tau!".
Guanlin hanya menatap Mia dongkol,ya walau bagaimanapun juga memang salahnya karena tidak mau mengalah.
Akhirnya mereka pergi menuju kelasnya yang akan mengadakan pelajaran terakhir.
.
.
.
.
.Changbin menggeram saat sebalah bahunya merasakan nyeri,cowo itu menatap tajam seseorang di depannya yang berjarak tak jauh darinya.
"Mau lu apa bangsat!"murka Changbin dengan wajah yang memerah menahan emosinya yang membludak.
Seringai terlihat jelas dari seseorang tersebut.
"Lu yakin gatau mau gua?".
Changbin mendengus,jika saja tadi ia ikut pulang bersama temannya mungkin tidak akan bertemu dengan orang yang menjadi Rival-nya saat ini.
"Gua cuma mau satu..."memalingkan wajahnya sejenak lalu menghampiri Changbin yang masih terkapar di tepi jalan raya yang terlihat sepi berjongkok di depan Changbin,"...lu mati!!itu mau gua."
Changbin tidak merespon,cowo itu hanya menatap tajam kearah lelaki di hadapannya.
"Kemana Changbin yang selalu melawan?..biasanya lu selalu ngelawan kalo di rendahin."
Lelaki itu tertawa kecil,merendahkan sosok Changbin yang masih tak bergeming,lelaki tersebut berdiri melayangkan kaki jenjangnya yang langsung mengenai rahang Changbin sehingga cowo itu terpental kebelakang.
"Stop!!!".
Kedua cowo disana memalingkan pandangannya melihat sosok yang terlihat lebih muda dari padanya.
"Kak changbin gapapa?"tanya anak tersebut setelah berjalan menghampiri Changbin yang terkapar lemah.
"Renjun.."lirih Changbin.
"Iya,ini gue..lo gapapa?"tanyanya dengan khawatir.
Suara tepukan tangan itu terdengar jelas dari pendengaran pemuda yang bernama Renjun dan Changbin.
"Ini cenayang lu?"kepalanya ke atas ke bawah dengan pelan,"Hebat ya,seorang Adnan punya cenayang yang lebih dari seratus orang...gila si gua ga nyangka."
"Lo mau apa?apa salah kak changbin?"sahut Renjun.
"Lu gausah ikut campur....
....bocah."lalu pergi dengan kedua tangan yang berada di saku celananya.
"Keparat!"umpat Renjun yang terdengar murka.
"Jun,tolongin gua"Changbin membuyarkan pikiran Renjun,cowo itu segera membantu Changbin untuk berdiri dan mengantarkannya pulang.
"Nanti gue obatin luka lo."
Akhirnya mereka pergi dengan Renjun yang membonceng Changbin memakai motor miliknya,sedangkan motor milik Changbin masih berada di tempat kejadian karena Changbin yang bilang ke Renjun.
"Kak gue minta kunci rumah lo"ucap Renjun setelah sampai dengan beberapa menit di perjalan menuju rumah Changbin.
"Ketuk aja."titah Changbin.
Renjun mengangguk dan mengetuk pintu itu sesuai ucapan Changbin.
"Kakak tinggal sama siapa?"tanya Renjun sambil menunggu pintu besar itu dibukakan.
"Mia."gumam Changbin tanpa suara hanya bibirnya yang terbuka,tetapi mudah memahami gumamman Changbin bagi Renjun.Cowo berkulit putih itu menarik kedua sudut bibirnya,ia menahan senyum.
"Siapa?"terdengar suara dari dalam yang akan membuka pintu,matanya terbuka lebar saat melihat wajah kakaknya yang penuh darah dan lebam,"Astaga...kakak berantem lagi."raung Mia yang kaget.
Changbin hanya menatap malas adiknya dan berjalan tertatih memasuki rumahnya tersebut.
Mia menghalang jalan saat Renjun akan melangkah untuk mengikuti Changbin.
"Lo apain kakak gue?"kedua tangannya menyilang,menintrupsi cowo di depannya saat ini.
"Kamu nething terus sama aku,kenapa?"balas Renjun dengan halus.
Mia tersenyum miring,"Jangan lupa...lo dulu udah hancurin hidup gue,terus sekarang?lo mau bikin gue hancur lagi?".
Renjun menghela nafas menunduk sebentar lalu menatap Mia dengan sendu,"Aku mana mungkin hancurin hidup kamu,aku gamungkin bikin muka kak changbin sampe babak belur kayak gitu.Semuanya udah cukup..kamu boleh benci sama aku tapi please,kamu jangan berpikiran hal buruk tentang aku."
"Gue gaakan kemakan kalimat manis lo,dulu lo bilang gitu kan... Hhhh itu cuma drama belaka lo,Renjun!.Mending lo pergi dari sini gausah urusin keluarga gue".
"Aku udah bilang kalo aku mau obatin luka kak changbin,kamu minggir deh."Renjun nyelonong masuk tanpa memikirkan ucapan Mia,cowo itu kan memang sudah bilang ke Changbin saat di tempat tadi bahwa dia akan mengobati luka cowo penyuka Dark itu.
Mia menganga tak percaya,berani sekali dia nyelonong masuk saat tuan rumah tidak mengizinkannya untuk masuk.
"Oke kalo niat lo baik...
Tapi gue gaakan biarin lo ngehasut kakak gue,
Tapi gue bakal buktiin ke semua orang kalo lo emang busuk...Renjun juvenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother «Changbin Stray Kids» TAHAP REVISI
FanfictionMenceritakan tentang kisah kakak-beradik. Adnan Changbin Fahad Ghazala adalah Kakak cowok bersikap cuek, dingin yang membenci adik kandungnya karena peristiwa kelam di masa lalu. Bukan hanya membenci, bahkan cowok ini tidak pernah mengakui adiknya t...