part 3

6 1 0
                                    


"Apa itu penting ?" Tanya nya meremehkan yang membuat ku kesal.
"Tentu saja kita adalah rekan sebangku,dan sudah seharusnya kau bersikap ramah padaku. Karena aku murid baru disini. Jadi bisakah kita mulai berteman"sahutku mencoba sabar menghadapi sikap sinis nya.

"Murid baru atau bukan itu bukan urusanku."katanya kemudian berlalu pergi meninggalkan diriku yang sedang tersulut emosi.

'Kurang ajar siapa sih dia sombong sekali' gumamku dalam hati.

Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke kantin membeli beberapa makanan untuk meredakan emosiku,entah kenapa tapi saat aku sedang sedih,marah atau galau rasanya aku ingin memakan apa saja yang ada didepanku. Termasuk makan pria sombong yang barusan itu aku sangat kesal padanya padahal aku sudah coba bertanya baik baik aku mencoba berteman dengan dia tapi gayanya itu seolah tak butuh siapapun dalam hidupnya. Pantas saja dia tak punya teman dikelas rupanya prilakunya sangat buruk,dan lebih buruknya lagi aku harus duduk disamping nya setiap hari.

'Ohh tuhan mimpi apa aku semalam sampai harus berhadapan dengan pria sombong bermuka tembok seperti dia' gumam ku dalam hati. Merutuki nasib yang sungguh tak beruntung.

Setelah memesan makanan,kini aku bingung harus duduk dimana karena semua kursi nampaknya sudah terisi penuh. Mataku masih terus menatap kedepan sampai tak kusadari ada sekelompok gadis dibelakangku yang berniat mengerjaiku salah satu dari mereka mendorong ku dari belakang sontak saja tubuhku yang belum siap menerima dorongan tersebut langsung terhuyung jatuh kedepan.
'Praaaannnkkk' bunyi dari pecahan mangkok bakso yang kubawa,mangkok nya pecah beberapa pecahan beling tersebut mengenai tanganku belum lagi kuah panas bakso tersebut mulai menjalar kemana-mana. Kurasakan tanganku perih dan ngilu namun aku hanya bisa meringis menahan semua itu.

"Hahaha kurang tempat ya sampai duduk dilantai "

"Uluh uluh kasihan banget sih, hahaha" ucap salah satunya dengan nada mengejek.

"Ehh guys dia itu rajin banget ya lantai udah bersih malah di pel"

"Bukan ngepel itu guys kalian lihat gak sih dia itu udah biasa makan sambil jilatin lantai,ya gak ?"

"Hahaha iya bener udah kayak saudaranya aja,,,anjing hahaha"tawa mereka meledak bersama sama bersamaan dengan jatuhnya air mataku. Aku tak mau lagi sekolah disini mereka jahat.
'Kak ivan bawa aku bersamamu' gumamku kemudian menyeka air mataku. Darah segar mengalir dari telapak tanganku karena luka akibat pecahan mangkok tadi. Rasanya sangat perih karena bersamaan terkena kuah panas bakso
tanpa berbalik dan bicara sepatah katapun aku langsung berlari pergi dari sana. Masih dapat kudengar tawa mereka dari kejauhan yang semakin menyakiti hatiku.

Aku terus berlari sepanjang koridor tanpa menghiraukan tatapan orang orang yang seoalah bertanya ada apa dengan gadis itu. Wajar saja karena aku nampak sangat kacau bahkan sebenarnya kakiku terasa sakit mungkin terkena pecahan beling dari mangkok tadi tapi aku tak peduli aku terus berlari karena yang ku inginkan saat ini adalah mencari tempat yang terprivasi untuk ku menangis. Sampai akhirnya aku berhenti saat sampai di taman belakang sekolah. Aku duduk disebuah bangku memegang erat tanganku yang semakin mengeluarkan banyak darah ini mungkin sebab karena aku tidak suka makan sayur makanya darahku sukar membeku. Setahuku kasus seperti ini dalam dunia medis disebut hemofilia,melihat darah itu aku semakin takut,aku takut terkena infeksi tapi aku tak tahu pada siapa harus minta bantuan,saat itu yang bisa kulakukan hanya menangis sekencang mungkin.

"Huwaaaa...ehm..sakit aduh huwaa.."ucap ku tersendat-sendat. Sambil memegangi tanganku yang terluka.

"Ck siapa yang mengganggu tidur siangku" tiba tiba terdengar suara bariton seorang pria dari balik semak. Sontak saja aku yang terkejut sekaligus takut langsung menghentikan tangisan ku. Mataku melebar memperhatikan setiap pergerakan yang timbul dari balik semak belukar tersebut.
'Aduuh jangan jangan dia orang jahat bagaimana ini ! ' pikirku yang sedang kalut.

Arya HanantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang