"Little Accident."
.Sudah lewat tiga hari, Minhee mengantar jemput Alana. Minhee sih gak merasa terbebani tapi Alana-nya ngerasa sebaliknya.
Selagi Alana bisa sendiri kenapa harus Minhee? Emang kalau pacaran harus banget kayak gini? Alana kan pacaran sama anak SMA bukan amang ojol.
Percaya deh, Alana udah pernah nanya itu sama Minhee. Tapi yang laki-laki itu lakukan hanya tersenyum tipis dan berkata, "Naik bis mahal, macet lagi. Mending sama gue."
Iya, jawabannya ngada banget.
"Lo gak belajar?" tanya Sena. Ia sedang menyibukkan diri menghafal materi yang akan diuji nanti. Sedangkan Alana dengan santainya main twitter daritadi.
"Udah, dong. Dari semalem," ujar Alana percaya diri.
Sena tertawa meremehkan. "Sejak kapan lo bisa ngapalin sekali doang?"
"Lo sirik mulu jadi kaget kan sekarang gue udah berkembang," kata Alana.
"Hahaha. Berkembang? Emang lo tanaman?"
Alana melemparkan tatapan maut ke arah Sena. Garing jokesnya.
Diam-diam Alana keluar dari aplikasi twitter dan membuka ruang chatnya dengan Minhee. Ia baru ingat belum mengucapkan terimakasih atas bantuan Minhee semalam. Chat gak ya? Atau nanti aja ngomong langsung?
Kedua hal itu berdebat di pikiran Alana sampai akhirnya bel masuk berbunyi dan Alana akhirnya tidak melakukan apa-apa.
***
Minhee
Kenapa?
Hei?Sial. Sial. Alana merutuki kecerobohan dirinya sendiri. Bodoh banget Alana sampai lupa mengunci ponselnya sehabis buka roomchat dengan Minhee.
Saking paniknya karena Bu Rea langsung bagiin kertas kosong buat ulangan, Alana langsung gitu aja masukin gadgetnya ke dalam tas tadi.
Sekarang roomchat itu sudah dipenuhi oleh foto-foto random yang dikirim -secara tidak sengaja- oleh Alana. Dari foto catatan sampai foto aibnya pun terkirim. Belum lagi kata-kata abstrak dan panggilan telepon yang dilakukan Alana.
Duh, kok Alana bisa teledor begini. Malu iya, bodoh iya, kesel iya. Enaknya pindah ke planet apa ya, Alana?
"Muka lo bisa biasa aja gak sih, Lan?" tegur Sena melihat wajah tidak keruan Alana. Wajahnya pucat, tapi keliatan banget dia lagi berpikir keras. "Lo jadi tambah jelek."
Alana tidak sanggup meladeni Sena. Ia menyodorkan ponselnya ke Sena agar temannya itu bisa melihat kecelakaan kecil yang dibuatnya pagi ini.
Sekian detik kemudian tawa Sena menggelegar dahsyat. Puas sekali ia melihat Alana menderita. "Lanaaaa, Lanaaaaa. Selamat tinggal reputasi, Lana. Saya pasti akan merindukannya."
"Gue gimana dong, Sen?" cicit Alana.
"Santai aja, Lan. Dia kan pacar lo."
"Ya tetep aja pacarannya juga sementara."
"Nah, sama. Kepanikan lo juga sementara," ujar sena.
Oke, untuk saat ini Alana dengan terpaksa harus meyakini perkataan Sena. Demi terjadinya kelancaran dalam proses belajar Alana harus tenang.
***
Alana hampir lupa sama kejadian tadi seandainya habis pulang sekolah Minhee gak munculin diri di depan kelas Alana.
Gak bisa. Alana gak mau bahas kejadian tadi. Ia harus terhindar dari percakapan ini bagaimana pun caranya.
"Lan, tadi-"
"Minhee, gue sakit perut banget," potong Alana.
"Eh? Mau gue anterin ke UKS dulu?"
"Gak. Gak usah. Itu ayah gue udah jemput." Alana menunjuk ke arah jalanan.
"Mana?"
"Itu yang mobilnya biru. Duluan ya, Minhee!"
Alana melambaikan tangan seraya kabur dari tkp. Berhasil, batinnya senang.
Minhee terus memperhatikan Alana sampai perempuan itu naik kendaraan umum warna biru. Ia pun bergeleng takjub. Bisa banget bohongnya.
Padahal Minhee ke kelas Alana mau nanya tadi Minhee udah bayar parkir atau belum. Anaknya malah kabur pake acara bohong segala lagi.
"Minhee."
Minhee menengokkan kepalanya ketika ada yang menepuk bahunya.
"Gimana? Alana udah suka beneran sama lo?"
.
Note:Ayo gaes kalau mau bohong lebih cerdas lagi jangan kayak Alana/gak
Dengerin kata junho, jangan di liat doang tapi di vote sama comment hehe ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
it's kang minhee
FanfictionKang Minhee (n.) a boy who is never afraid of tomorrow. annoying and so loud but at the same time being the person you expect to be in your life