Bab 5

419 73 1
                                    

"New Lockscreen."
.

Padahal Minhee sama Alana udah lewat lima hari pacaran. Tapi apa yang dilakukan Minhee di kantin masih menjadi trending topic di SMA ini.

Wajar aja sih. Zaman sekarang siapa yang nembak perempuan di kantin? Di tempat ramai yang sedang dipenuhi murid-murid kelaparan. Cuma Minhee.

Minhee mukanya tebel banget kalau perkara begini. Katanya, hidup itu cuma sekali jadi bertingkah memalukan sesekali itu bukan dosa besar.

Sekarang Minhee lagi benerin AC kelasnya. Kayaknya ‘benerin’ bukan kata yang tepat.

Dari kacamata Eunsang, Minhee cuma tekan tombol on/off AC. Ganggu pandangan. Gini ya, lo dateng ke kelas dengan tujuan belajar eh setelah dateng malah ada cowok jangkung gak jelas yang mainin tombol AC. Like get a something to worked on, Kang Minhee??

“Lo kenapa?” tanya Eunsang mulai jengah.

“Gabut," jawab Minhee tanpa menghentikan aktivitas yang dilakukannya.

“Biasanya ke kan—”

“Belum pada buka kantinnya.”

“Oh.”

“Lo gak mau nanya nih gue kenapa?” tanya Minhee sambil menatap Eunsang.

Eunsang tersenyum sambil menahan emosi. “Alana ya? Kenapa?”

Dengan senang hati Minhee menghampiri meja Eunsang dan duduk dihadapannya. “Dia gak bales chat gue. Cuma bilang jangan anter ke sekolah. Gitu.”

“Gitu doang?”

“Gitu doang?!”

“Iya, gitu doang? Lo masalah cetek gitu jangan dibawa serius. Lo pasti belum pernah kan kejebak friendzone eh ceweknya malah pacaran sama cowok lain, terus mesra-mesraan di tempat yang bisa lo liat, terus putus datengnya ke lo abis itu mangkat ke Melbourne? Lemah lo," jawab Eunsang panjang lebar.

Minhee menelan ludahnya kasar. “Beli nasi uduk yu, Sang. Gue traktir seminggu.”

***

Entah sejak kapan seorang Kang Minhee duduk dan memperhatikan Alana yang sedang piket. Dua puluh menit kah? Sepuluh menit kah?

Alana sendiri baru menyadari keberadaan Minhee saat kelas hampir kosong.

“Mau ngapain lo?” tanya Alana sedikit judes.

Minhee sedikit terkejut dengan nada bicara Alana, namun ia menutupi keterkejutannya dengan senyum— senyum yang malah membuat Alana kikuk sendiri. “Nungguin lo.”

“Gue mau pulang.”

“Gue juga.”

“Gue-“

“Kenapa menghindar sih? Gue gak ngerti," kata Minhee langsung.

Alana menengguk ludahnya. Iya, seharusnya ia jujur aja. “Gue malu. Kemarin foto-foto aib yang kekirim mending apus ya itu kepencet.”

“Fotonya gak ada yang jelek tuh," ujar Minhee jujur.

“HAHA.” Alana tertawa datar. “Gak mempan gue gombalan gitu.”

“Lah? Gue serius, Lan.” Minhee mengeluarkan ponselnya. Ia memperlihatkan layar ponselnya ke Alana. Terpampang jelas bareface Alana dengan gaya metal.

“KENAPA DIJADIIN WALLPAPER?!” protes Alana.

“Suka-suka," ujar Minhee.

“Jelek. Ganti gak cepetan.” Alana melompat-lompat ingin merebut ponsel Minhee yang diangkat tinggi oleh pemiliknya.

“Yaudah, lo diem dulu.”

Alana berhenti melompat. Namun, Minhee malah menaruh tangannya di bahu Alana. Ia memposisikan kamera depan ponselnya menangkap mereka berdua.

Alana? Ia terlihat shock saat tubuhnya bertabrakan dengan dada Minhee. Jangan tanya hasil fotonya, itu bahkan lebih buruk dari foto aib Alana.

Wajah Minhee terlihat tampan dengan senyum yang menawan sedangkan Alana hanya menoleh ke arah Minhee dengan pandangan yang sulit di artikan.

Pandangan penuh cinta, mungkin?
Haha. Hanya Alana yang bisa menjawab itu.

"Nih, udah gue ganti lockscreennya pake foto kita."

Minhee menunjukkan layar ponselnya lagi. Kali ini dengan foto mereka berdua yang jadi wallpaper.

"M-maksudnya—"

"Lo ngerasa jelek lagi? Ayo foto yang banyak deh."

Minhee mendekat dan sudah bersiap berfoto seperti tadi. Dengan cepat Alana menghalanginya.

"Pulang aja. Pulang yuk sekarang," kata Alana sembari membawa tasnya dan keluar kelas duluan.

Santai aja sih, Lan? Cuma diajak foto udah nervous belum di ajak Minhee benerin AC.

.
NOTE:
have a great day buat yang baca ^^

it's kang minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang