Jeno pov~Sepanjang acara idol radio ini aku tidak bisa mengalihkan tatapanku darinya. Dia memakai kaos berwarna merah yang entah kenapa membuatnya terliat semakin manis. Bulu matanya yang lentik juga menambah kesan keindahan dirinya.
Dia Na Jaemin, kekasihku. Soon to be Lee Jaemin. Tingkahnya memang selalu menggemaskan dimataku, bahkan saat dia melakukan aegyo itu terlihat sangat lucu. Sangat cocok dengan wajahnya yang memang menggemaskan. Kadang aku lupa kalau kita ini lahir di tahun yang sama.
Saat acara berlangsung kami diharuskan untuk memakai bando. Gotcha!! Kekasihku memakai bando kelinci. Andai aja saja dia memakai bando kucing, mungkin aku bisa mimisan ditempat :((
Bando kelinci itu menambah kesan menggemaskan pada Jaemin. Saat dulu kami melakukan Vlive berdua, kami juga menggunakan bando. Dan aku baru sadar kalau Na Jaemin benar-benar cocok menggunakannya, tidak ada kesan jelek darinya.
Sepanjang acara aku tidak bisa mengalihkan tatapanku darinya, mataku terlalu fokus melihat ke arahnya. Aku memperhatikan segala tingah lakunya. Dan aku sadar, disetiap kali aku melihatnya, aku jatuh cinta padanya. Jaeminku.
Saat acara selesai kami semua (member Dream), memiliki waktu untuk menyapa fans yang menunggu kami diluar ruangan. Kaca yang mengelilingi studio membuat kami mudah menyapa mereka.
Jaemin berdiri di depan kaca sedang menyapa fans, dia melambaikan tangannya. Tak bisa menahan rasa gemasku, akhirnya aku menghampiri Jaemin. Aku berdiri di belakangya.
Jarak sedekat ini membuatku mampu menghirup aromanya yang manis. Aku suka wangi Jaemin. Dia sedikit membungkuk di depan kaca, akupun mengikutinya. Aku juga ikut melambaikan tanganku di samping lambaian tangannya.
Saat akan beranjak tangan kananku seperti merangkul pinggangnya, aku yang tak tahan kemudian mengusap pinggangnya juga. Andai kami sedang tidak ditempat umum, aku ingin mengusap pinggangnya lebih lama.
Moment tersebut membuat teriakan Nomin shipper diluar ruang menggila. Aku sedikit terkikik dalam hati. Aku bahkan bisa melakukan hal yang lebih pada Jaemin saat kami hanya berdua saja.
Lelahnya syuting tidak begitu mengangguku, itu karena aku menikmatinya. Di mobil yang membawa kami pulang ke dorm, aku duduk bersebelahan dengan kekasihku.
Suasana di mobil tidaklah hening, itu karena Jisung dan Chenle sibuk bercanda. Sesekali aku juga menimpali candaan mereka. Saat aku tengah memperhatikan Jisung saat bicara, aku merasakan tarikan di bajuku. Tidak begitu kencang tapi aku menyadarinya.
Aku menoleh ke arah kananku, dan aku melihat kekasihku yang sedang menatapku dengan polosnya. Satu tangannya juga masih berada di bajuku.
"Kenapa sayang?" aku bertanya sambil mengusap pipinya. Lembut sekali, mirip kulit bayi.
"Nono harusnya jangan begitu" dia menjawab sambil mencebikan bibirnya. Tak kuasa, aku mencuri satu kecupan di bibirnya, dia melotot kaget kearahku.
"Ish Nono jangan ciummm!!" mengomel kesal sambil memukul dadaku, aku hanya tertawa mendapat respon tersebut."Kenapa sayang? Aku tidak boleh begitu apanya?" sekali lagi aku bertanya pada kekasihku.
"Tadi..." wajahnya memerah, aku yang gemas segera menariknya dalam pelukanku, wajahnya terbenam di dadaku, dia mengomel yang entah apa itu, aku hanya mengusap rambutnya pelan."Jangan mengusap pinggang Nana di depan kamera lagi, Nana maluu sekali tadi". Dia menjelaskannya setelah aku melepas pelukanku. "Memangnya kenapa? Aku mengusap pinggang kekasihku sendiri. Nana juga tau kalau aku sangat suka melakukannya", dia hanya menatapku polos. Namun tiba-tiba dia menundukan kepalanya, dan mencicit pelan. "Nana takut Nono kelepasan, tadi juga 'itu' Nono terasa di pantat Nana". Kulihat telinga kekasihku juga memerah, dia pasti malu sekali.
Aku mengangkat dagunya, mata bulatnya memandang polos. Yang kulakukan hanya menangkup pipinya kemudian menghujani wajahnya dengan kecupan. Wajahnya memerah dan aku sangat menikmatinya.
"Maaf sayang, tadi aku tidak bisa menahan diriku. Nana saat memakai bando kelinci tadi sangat menggemaskan. Aku tidak sadar kalau pikiranku kemana-mana. Mungkin hal itu yang membuat 'itu' ku tegang". Aku menjelaskan alasanku dengan pelan.
"Eummm, tak apa Nono. Lain kali jangan lakukan lagi. Maaf juga sudah membuat 'itu' Nono tegang, Nana tidak sadar". Dia menjawab dengan pelan, bibirnya juga dilengkungkan kebawah. Aku tak kuasa menahan senyumku."Tadi Nana indah sekali. Rasanya aku tidak ingin membagi Nana pada siapapun. Nana hanya boleh memakai bando itu saat kita berdua saja". Mendengar penuturanku, dia hanya mengerjab polos, namun tiba-tiba dia mengecup bibirku. Hanya kecupan ringan, namun berhasil membuat kinerja jantungku meningkat.
"Nana hanya akan memakai bando saat bersama Nono. Nana janji". Senyum manisnya muncul.
Aku tersenyum mendengarnya, aku membawa kembali Jaemin pada pelukanku. Jaemin juga melingkarkan kedua tangannya pada pinggangku. Aku mengusap rambutnya, sambil memikirkan beberapa hal. Mungkin untuk tuntutan pekerjaan tidak masalah Jaemin memakai bando, namun untuk hal lainnya cukup hanya memakai di depanku saja."Aku cinta Nana". Kubisikan kalimat itu ditelinganya. Kucium keningnya yang tertutup poni agak lama. Jaemin semakin mengeratkan pelukannya padaku.
"Nana juga cinta Nono". Kalimat bisikannya membuatku tersenyum lebar. Kubiarkan pelukan kami bertahan selama perjalanan, aku hanya sangat mencintai Jaemin-ku.