"Zal papa kesini enggak" Tanyaku pelan bahkan nyaris tak terdengar.
Izal menggeleng pelan.
"Papa udah gak perduli lagi sama aku"
"Kok kamu ngomongnya gitu, papa tu peduli. Tadi papa kamu yang telfn aku"
"Kenapa papa gak dateng?"
"Papa kamu lagi diluar kota" Izal mengelus tanganku dengan sebelah tangannya. Aku yang merasa risih langsung melepaskannya.
"Kamu beresin barang kamu, aku anter pulang kerumah" Tutur Izal sesaat setelah mobilnya berenti di depan kos baruku.
Aku kaget mendengarnya "Enggak aku gak mau"
"Yaampun Dela, baru 2 hari kamu tinggal disini liat apa yang terjadi" Ia menggerakkan tangannya dari atas kebawah.
Kedua tanganku menggapai lengannya seolah meyakinkan "Enggak aku cuma belum terbiasa aja"
"Yaampun Dela...
"Aku mohon jangan" Aku memotong pembicaraannya dengan muka iba.
"Astaga" Izal tampak bingung harus berbuat apa "Gini aja, gimana kalau kamu tinggal di apartemen aku?"
"Dimana?" Tanyaku bimbang.
"Agak jauh sih memang"
"Kamu?"
"Aku tinggal sama mama aku dong dirumah"
"Yaudah deh boleh" lumayan juga batinku.
Aku segera mengemasi barang-barangku dan memberikan kunci ke pemiliknya. Kami segera meluncur ke apartemen miliknya. Lokasinya ternyata lebih jauh dari yang kufikirkan."Bantuin dong" Aku yang mengangkat koper dari bawah tangga beberapa kali menjatuhkannya, karna apartemen yang akan aku tempati ini lumayan jauh ke atas.
"Manja banget" Cibirnya terus menaiki tangga diatasku.
Aku meninggalkan koperku di pertengahan tangga, dan kembali berjalan dengan terengah-engah.
"Mana kopernya?" Tanya Izal yang telah berada di dalam apartemen.
"Aku tinggal di bawah"
"Haduh..." Ucap Izal sembari jalan ke luar, sepertinya ia akan mengangkat koperku. Baguslah batinku.
Benar saja tak lama ia masuk kembali dengan sebuah koper di tanganya.
"Kamu boleh tidur disana" Izal menunjuk sebuah kamar dan kami mulai berjalan mengitari apartemen miliknya.
"Ini kamar siapa?" Tanyaku setelah kami berdiri di sebuah kamar.
"Kamar aku sih kalau aku kesini"
"Oh" Aku mengangguk pelan sembari membuka pintu.
"Eh mau kemana" Izal menghalangi langkahku.
"Liat kedalam"
"Gak boleh"
"Ih pelit amat"
"Emm, aku masih ada kerjaan ni, aku pulang dulu ya" Izal pamit setelah melirik arloji di tangannya.
"Hem" jawabku pertanda menyetujui.
Izal benar mungkin memang aku tidak bisa tinggal di tempat sebelumnya, pasalnya setelah aku pindah ke apartemen miliknya tidurku nyenyak kembali.
Setelah aku mengenakan pakaian, dan siap untuk sekolah, tiba-tiba terfikir olehku "Ini kan jauh banget gimana aku ke sekolah" Aku menepuk-nepuk rok abu-abu yang kukenakan terus berfikir.
"Ah suruh Izal jemput aja" Aku mengambil ponselku dan menelfon orang yang kumau.
Cukup lama telfon hanya berdering, namun tak lama terdengar suara dari ponselku "Kenapa?"
"Aku mau sekolah, gimana nih gak ada kendaraan"
"Ya naik taxi kek, angkot kek memang kamu mau naik apa mobil pribadi?" Celotehnya seperti merasa terganggu dengan telfonku.
"Ih nyolot, kan cuma nanya doang" Omelku langsung mematikan telfon.
Aku berjalan dengan kesal, banyak sekali omelan yang belum aku keluarkan. Aku terus berjalan hingga akhirnya melihat pangkalan ojek, langsung saja aku menaiki salah satu ojek di sana dan pergi kesekolah.
"Dela udah baik" Tanya pria setelah memergoki aku turun dari ojek.
Haduh aku benar-benar malu fikirku. "Baik bim" Aku berusaha mengalihkan rasa maluku.
"Tumben naik ojek?"
"Eh iya, mobil aku lagi di bengkel" Aku tersenyum masam.
"Gak sama pacar baru kamu?"
"Susah, dia sibuk"
"Iya pacar kamu kan manager perusahaan Izal holding kan?"
Aku menoleh kearahnya yang bahkan tak tau pekerjaan dia "Kok tau sih?"
"Iya tau dong, tapi kalau kamu butuh anter jemput aku siap kok"
"Tapi sebenernya bim aku sekarang tinggal di apartemen loh" Ucapku yang mulai tertarik dengan tawaranya.
"Kenapa?"
"Mau cari suasana baru aja"
"Bukan karna Arya kan?" Ledek Bima padaku. Aku hanya tertawa pelan dan kami terus berjalan menuju kelas.
Tak terasa bel istirahat telah berbunyi, dan seperti biasa siswa kelas berhamburan ke luar.
"Del ke kantin yuk" Ajak Bima padaku.
Pengen sih tapi kan uang aku tinggal sedikit, batinku. "Em aku sebenernya gak bawa dompet ni ketinggalan" Alibiku.
"Yaampun Dela, aku yang bayar oke" tawarnya.
Aku tertawa pelan, ya mungkin kalau dulu ini cuma seperti guyonan, tapi kalau sekarang kan memang aku gak punya uang batinku.
Kami menyantap makanan di kantin sepertinya dulu gak ada hari tanpa kantin tapi kalau sekarang kan harus mikir-mikir masak iya mau minta bayarin terus "ahh" gumamku pelan.
"Kenapa Del" Bima menengguk jus jerus di hadapannya.
"Enggak, bim ntar anterin aku pulang ya" Aku mengalihkan pembicaraan.
"Boleh"
"Oke makasih" Ucapku lega.
Pelajaran hari ini sangat membosankan, tapi anehnya hari ini siswa kelas sudah tidak menatapku dengan aneh apalagi menggunjingku. Setidaknya kondisi sudah kondusif lagi jadi aku bisa belajar dengan tenang.
Jam menunjukkan pukul 13.15 yang berarti pelajaran sekolah telah usai. Aku menemui Bima yang telah keluar kelas terlebih dahulu dan berjalan bersama ke arah parkiran.
"Dela" Tegur seorang siswa yang tak kekenal.
"Susah banget ya jalan sama idola, banyak yang nyapa" Ejek Bima padaku.
"Yeeeeee" Sorakku yang menolak ucapnnya.
"Dela" Lagi-lagi seseorang memanggilku. Namun kali ini orang yang kukenal.
"Del aku duluan ya" Bisik Bima sembari pergi, aku memeletkan lidahku padanya.
"Ngapain kesini?" Tanyaku pada pria yang memanggilku tadi.
"Haduh nagmbek ni" Ia menyubit pipiku.
"Ih apaan sih"
"Mau pulang gak ni"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
cintakan saja
RomanceDela menarik pinggang Arya dan berkata "nunduk dong" "jangan pendek banget" sentilnya menundukkan wajah sehingga wajah mereka saling beradu. Arya adalah lelaki idaman di sekolahnya, Dela sang kekasih dinilai sangat beruntung memilikinya. Namun perc...