Cintakan Saja # 7

9 4 1
                                    

"Sini gabung kebetulan banget nih ketemu" Ucapku kepada mereka. Rara terlihat kesal padaku sedangkan Arya masih biasa sambil mengikuti Rara duduk.

"Eh Zal kamu kenal Dela sudah lama ya? Bukannya kamu baru ketemu malem itu" Tanya Rara membuka pembicaraan.

"Ya... Ya" Izal mencoba menjawab dengan ragu.

"Cinta pandangan pertama" Sambungku asal, Izal sontak mencubit pinggangku. Aku mengetakkan gigi di hadapannya.

"Eh kalian gak mau makan" Tanya Izal mencairkan suasana.

"Emm kok kalian makan banyak juga ya" Celetuk Rara melihat makanan yang kusantap.

"Dia mau gemuk kayaknya" Izal menunjuk kearahku dengan tertawa.

Suasana sangat kaku sore ini, hampir tak ada gurauan, aku yang dari tadi asik makan tiba-tiba tersedak. Arya langsung menyodorkan segelas minuman kearahku.
Prihal meminum air aku malah menatap matanya, masih terngiang segala kenangan yang telah kami lalui sampai-sampai aku hayut dalam pandanganya, ia pun tak mengalihkan tatapannya dariku. Aku masih terus terbengong menatap wajahnya sampai Izal menarik tanganku dan menyodorkan minuman.

Kulontarkan senyum masam kearahnya karna merasa terganggu "Makasih" lontarku setelah meminum beberapa teguk.

Rara yang menyaksikan kejadian itu terlihat geram. Aku bisa menebak kalau dia cemburu, sebenarnya ia menyukai Izal bukan Arya tapi kenapa ia harus merebut Arya dariku.

"Kita pulang yuk, udah sore juga ni" Ajak Rara pada Arya yang langsung dituruti iapun menatapku sebelum pergi.

Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan Arya, tatapnya. Aku yakin benar kalau dia masih mencintaiku, tapi mengapa dia meninggalkanku. Untuk meraih cinta monyetnya "ah konyol sekali bagiku".

"Bengong mulu" Izal memecahkan imajinasiku. Aku tak menjawab ucapanya hanyan berdesis pelan.

"Kamu mau aku anter kemana nih?"

"Aku turun disini aja deh"

Izal tersenyum kearahku "Gak gue lu lagi ya, serius kamu tinggal dimana sekarang?"

"Gak usah baper, ya aku turun disini aja"

"Aku anterin kamu kerumah, sekarang kamu tunjukin aja jalannya" Tegas Izal padaku yang menolak kebaikannya.

Aku mengontrol arah perjalanan hingga setelah memasuki beberapa simpang aku menyuruhnya berhenti.

"Kamu tinggal dimana?" Izal yang melihat rumah-rumah sempit merasa ngeri.

"Tuh" Aku menunjuk sebuah rumah tepatnya bedeng kecil diujung jalan.

"Serius?" Wajah pria itu seakan tak percaya.

"Iya" Tegasku sembari turun dari mobilnya. Izal yang dari tadi terbengong terdengar menyalakan mobil, mengklakson dan meninggalkan tempatku.

Malam kembali datang menghampiri, sungguh malam kedua yang melelahkan nyamuk-ngamuk menggigiti panas menemani membuatku gerah sekali.

Aku merasa pusing karna nyaris tak tidur dua malam ini, mungkin aku tak terbiasa dengan suasana baru yang sangat jauh dari zona nyamanku. Tapi aku sudah bertekat untuk tidak kembali pulang.

Aku menaiki sebuah amgkot untuk sampai di simpang dekat SMA Green. Aku sengaja berjalan kesekolah agar teman-temanku tidak terkejut melihatku turun dari angkot.

Sesampainya digerbang tampak seorang pria tengah berdiri di depan sana ia begitu mencolok dari banyaknya siswa yang berlalu lalang. Mungkin karna aku terlalu mengenalnya.

cintakan sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang