Hari kian berganti, semua berjalan seperti biasa. Pagi hari sekolah, jalan-jalan, pulang tidur dan begitu seterusnya. Tapi aku tidak pernah bosan selama Arya terus mengiringi hariku. Sudah beberapa hari aku tidak masuk sekolah karna harus pergi keluar kota mewakili lomba masak sekolahku, ya walaupun tidak juara aku cukup senang karna mendapatkan banyak pengalaman.
Hari ini aku pergi sekolah sendiri, dengan menaiki taxi aku sampai pula disekolah.
"Hallo SMA green, aku rindu" langkah kakiku sangat cepat melewati gerbang sekolah, rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu pujaan hati.
"Arya mana?" tanyaku pada Bima dan beberapa orang yang duduk di pojok kelas karna tak melihat wajah pacarku disana.
"emmmm... Belum dateng" Jawab salah seorang dengan nada gugup. Tumben sekali ia belum berangkat kesekolah padahal biasanya ia ada diantara genknya itu.
Aku meletakkan tas di atas mejaku, sambil menggosok gosop meja disampingku aku sudah sangat tidak sabar bertemu dengan pemiliknya. Bel masuk sudah berbunyi dan pelajaran dimulai, betapa kecewanya aku karna Arya tak kunjung datang.
"Maaf bu saya telat" Ucap seseorang saat kelas tengah hening, bagai terbentur kedinding saat aku menyaksikan pria di ujung pintu sana datang menggandeng seorang wanita. Siapa wanita itu wajahnya asing, aku tak pernah melihatnya, tapi siapa, kenapa ia ada disini. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenakku.
"Arya kamu telat lagi"
"Maaf bu, jalanan macet"
"Yasudah duduk sana"
Mereka berjalan kedalam dan saat itu juga semua mata melihat kearahku, bagaimana tidak pria yang selama ini selalu bersamaku datang dengan wanita lain, tapi aku tidak ingin berfikir panjang, aku hanya menundukkan kepala seolah tak ada apa-apa.
"Kamu disini aja" Tutur Arya pada wanita tadi saat melintasi mejaku. Karna dikelas hanya ada satu meja kosong dibelakang.
"Kenapa kebelakang" tanyaku dalam hati sembari menatapi punggung Arya yang berjalan kebelakang.
"Rara" Ucap wanita yang sudah duduk disebelahku.
"Dela" aku menggapai tangannya didepanku dengan kikuk.
"Kamu pacarnya Arya kan" tanyanya,tanganya mengeluarkan buku dari tas pink miliknya, aku hanya mengangguk pelan dengan perasaan tak tentu.
Waktu istirahat tiba, satu persatu siswa keluar kelas hingga hanya tersisa aku Rara dan Arya didalam.
"Arya kekantin gak?" Tanya Rara menoleh kebelakang. Sial ia mengajak Arya dulu padahal aku duduk disampingnya.
"Iya.. Duluan aja"
"Del kekantin gak"
"Iya nanti"
"Yaudah aku duluan ya" Rara melambaikan tangan kecil kepadaku dan Arya yang dibalas oleh Arya sembari tersenyum lebar.
Setelah Rara pergi aku langsung kebelakang menemui orang yang telah kurindukan itu.
"Dia Rara, temen SD aku dulu. Tadi aku jemput dia jalanan macet jadi terlambat" Tutur Arya mendahului pertanyaanku, tangan kanannya mengetuk-ngetuk dagu.
"Trus kamu kenapa pindah kebelakang?"
"Yaampun gak mungkin dong dia yang dibelakang sendirian Del"
"Biasanya kamu gak pernah perduli" Aku menatap matanya tajam untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tetap wanita yang istimewa dalam hidupnya.
"Aku udah jelasin kan dia temen aku dulu, ya beda lah" Tegas Arya menciutkan perasaanku.
"Kenapa gandengan tangan tadi?"
"Yaampun Dela... Aku tadi telat" Arya terlihat mulai kesal "Ya aku... Ah udahlah"
"Arya kenapa kamu gini, kamu gak pernah perhatian sama orang lain sebelumnya" Aku menarik tanganya "Kenapa kamu berubah"
"Aku gak berubah Del, kamu yang harus berubah. Aku capek dikekang terus, aku capek harus dengerin ocehan kamu, aku mau bebas" Arya menarik tangannya sembari berjalan meninggalkanku.
"Aku cuma pergi 7 hari Ya!" Tegasku yang langsung menghentikan langkahnya.
"Ternyata 7 hari bisa bawa perubahan besar ya"
"Gak ada yang berubah, setiap hari waktu berubah tapi kita gak pernah berubah kan" aku berjalan kembali kehadapannya.
"Kamu salah, dulu aku fikir kamu selalu benar, tapi ternyata enggak. Setiap detik sikap orang bisa berubah del""Karna Rara kamu berubah"
Arya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum miring "Mumgkin Rara cuman perantara yang menyadarkan aku kalau dunia itu luas kalau dunia itu indah saat kita bebas"
"Jadi kamu tertekan selama ini sama aku"
"Udahlah del aku laper mau kekantin" Arya benar-benar pergi keluar meninggalkanku.
Tidak pernah terbayang olehku kalau hari ini akan terjadi. Aku meletakkan pantatku diatas kursi tempat dudukku. Apa yang udah terjadi, bagaimana mungkin aku bisa melanjutkan jalanku tanpa candanya, siapa yang akan mendengarkan ceritaku, siapa tempatku bermanja. Tiba-tiba setitik air jatuh dari ujung bola mata kiriku.
"Del selamat ya" Suara seseorang tiba-tiba memecahkan kesedihanku. Aku menyeka mataku kemudian menatap wajah orang tadi.
"Ucik makasih ya, tapi aku gak menang lo" ucapku mencoba tenang.
"Tapi kamu sudah membanggakan bagi sekolah kita"
Aku tersenyum dan merangkul tubuhnya, air mataki kembali jatuh, kufikir Arya akan menjadi orang pertama yang mengatakan ini padaku, tapi ternyata aku salah.
Uci melepaskan rangkulanku dan duduk disampingku, aku hanya tersenyum mencoba tegar.
"Rara pindah satu hari setelah kamu pergi loh"
"Oh ya... " Tanyaku basa-basi
"Iya, dia deket banget ya sama Arya. Kamu gak cemburu"
Aku menggelengkan kepalaku pelan "Mereka temen kecil, gimana aku bisa melarang mereka bersama"
"Iya tapikan Arya gak pernah deket sama cewek lain selain kamu sebelumnya, kalian itu pasangan dambaan satj sekolah lo"
"Kita sama kok kayak pasangan lain, ada saatnya setiap pasangan dihadapkan masalahnya masing-masing"
"Maaf ya Del" Uci mengelus pelan bahuku saat wajahku refleks mengiba.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
cintakan saja
RomanceDela menarik pinggang Arya dan berkata "nunduk dong" "jangan pendek banget" sentilnya menundukkan wajah sehingga wajah mereka saling beradu. Arya adalah lelaki idaman di sekolahnya, Dela sang kekasih dinilai sangat beruntung memilikinya. Namun perc...