Dunia seringkali menggelitik, kadangkala gelitikan itu dapat menjadi tawa atau malah air mata, itulah cara alam menyapa kita.
Aku bersender di ujung ruangan sekolah, masjid yang biasa digunakan siswa di SMA green. Aku meletakkan tasku dilantai dan menaruh kepala diatasnya. Mataku menatap langit-langit masjid yang berwarna hijau dan mulai terbuai fikiran.
"Kayaknya ada yang frustasi nih habis diputusin" ucapan itu terngiang-ngiang difikiranku. Aku yang hanya diam sejak masuk pagi tadi menjadi bahan nyinyiran siswa kelas. Mereka mengira aku sangat terpukul kehilangan Arya, walaupun kenyataannya begitu namun masalahku lebih berat dari itu.
"Arghhhh" aku memukul lantai dan mulai duduk "Kurang ajar banget sih Rara, dia fikir dia siapa" Aku bergidik gemas.
"Enggak" kepalaku menggeleng-geleng "Aku gak bisa diremehin terus, aku bakal buktiin ke Arya, Rara Papa kalau aku bisa hidup tanpa mereka" aku berfikir sebentar "Tapi gimana caranya iiiiiih" aku kembali menjatuhkan badan.
"oh iya" Ucapku girang, kuraih ponsol di tas dan mengotak-atiknhya, aku segera kembali ke kelas dengan gembira.
Sesampainya dikelas siswa sedang asik sendiri-sendiri. Rara yang sedang bercengkrama dengan beberapa wanita melirikku sebentar dan kembali ngobrol, aku mendengar ia membicarakanku dengan yang lain "Oh baik, tunggu aja ya" gumamku sembari duduk ke meja.
"Cik ntar pulang bareng aku ya" Ajakku pada seorang wanita yang duduk didepan mejaku.
"Ngak bisa Del, aku ada urusan"
Aku menggerakkan bibir perlahan, dan kemudian berbicara dengan nada yang agak keras "Yah sayang banget padahal aku mau pulang bareng pacar baru aku"
"Pacar baru, siapa?" Tanya uci refleks dengan nada yang lebih lantang lagi, seisi kelas tiba-tiba melihat kearah kami tidak terkecuali Rara Arya dan Bima.
"Haduh gara-gara putus cinta jadi halu" Sindir Rara padaku yang diikuti tawa beberapa orang.
"Aduh nanti juga kamu tahu sendiri" Balasku pada Uci sambil tertawa memecah cemoohan beberapa siswa.
Waktu yang dinanti-nanti tiba, bel pulang telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar dengan gembira. Setelah doa selesai aku tersenyum miring, kuraih kacamata hitam ditasku dan menggunakanya diatas rambut.
Angin bertiup pelan, rambutku yang terurai berterbangan dengan kacamata hitam diatasnya. Siswa laki-laki melirik kearahku dengan tersenyum bahkan beberapa ada yang mencuitiku. Aku terus melangkah dengan percaya diri, karna memang bukan mereka targetku.
Sesampainya di parkiran yang terletak di depan kelas utama aku berdiri, kulihat bebrapa mobil masih terparkir. Mobil Arya, Bima, Gigi dan beberapa teman lainnya padahal mereka sudah keluar sejak tadi. Aku sangat yakin mereka sedang menunggu ucapanku.
Cukup lama aku menunggu, Rara yang berada di mobil Arya tiba-tiba keluar "Haduh mana dong Del, katanya mau dijemput cowok baru. Atau jangan-jangan lagi ngigo" Ejeknya dari ujung sana. Aku masih tetap diam, memainkan rambutku tanpa memperdulikan ucapannya.
Sebuah mobil merah masuk ke dalam gerbang dan berhenti di depan tempatku berdiri. Tak berapa lama keluarlah seorang pria dengan jas merah dan dalaman putih.
"Sayang" Ucapku sembari merangkul bahunya. Ia hanya diam menatapku.
Benar sekali dugaannku, Rara tiba-tiba melotot melihatnya bahkan Arya dan teman-teman lainnya yang dari tadi di mobil ikut keluar.
"Yaudah yuk kita pulang" Aku menarik pria yang kupanggil sayang tadi ke dalam mobil. Ia membukakan pintu untukku. Iapun sempat melambaikan tangan ke arah Rara dan orang-orang di depan sana karna memang ia kenal baik. Ya dia Izal sahabat Rara dan Arya.
"Kamu apa-apaan sih del" Tanya pria yang akan mengantarkanku ini setelah ia masuk ke mobil.
"Apanya?" Tanyaku pura-pura tak terjadi apapun.
"Ya tadi peluk-peluk trus" dia berhenti dan menyalakan mobil "Sayang-sayang" Tambahnya.
"Lu takut Rara gak suka lagi sama lu" tanyaku memegang pundaknya " Lu kan calon suaminya adik gue jadi lu gak usah tebar pesona tuh sama cewek-cewek lain. Ya walaupun gue gak tau kan entah berapa abad lagi lu nikahnya"
Izal menoleh kearah tanganku, aku langsung melepaskannya "Del ya, aku juga sebenernya gak mau dijodohin"
"Alah gak mau tapi dateng juga" Aku melepaskan kacamataku dan memasukkanya ke dalam tas kembali "Kalau gak mau tu bilang 'Ma Pa Izal gak mau dijodohin' gak mau tapi sumringah"
"Sudah ngomongnya" Tanya Izal pelan "Mau makan gak" lanjut Izal karna aku hanya diam.
"Makan dimana"
"Tuh" Izal menunjuk sebuah restoran di depan jalan.
Aku melirik-lirik jalan "Aku yang bayarin, ya tau deh yang baru kabur dari rumah kan gak ada uang" ucapnya.
"Ih sok tau banget"
"Jadi mau gak ni?"
"Ya mau" ucapku pasrah. Lumayan juga fikirku.
"Gila banyak banget lu pesen?" Ucap Izal setelah kami selesai order makanan.
"Kenapa gak mampu bayar?"
"Ya bukanya gitu, kalau dimakan sih gak papa" Iya bergidik pelan.
"Ya dimakan lah" Tegasku. "Orang gak makan dari tadi pagi" Gerutuku pelan.
"Lagian ngapain sih kamu kabur-kabur dari rumah?"
"ih, lagian lu tau dari mana sih"
"Lah tadi katanya aku ini calon suami adik kamu ya tau lah gimana sih. Lagian ya bokap kamu tu panik tau gak"
"Kalau memang bokap gue peduli kenapa dia gak cari gue disekolah. Itu artinya apa dia emang gak perduli aja, lagian lu gak tau apa apa sih diem aja"
"Oke, sekarang maksud kamu minta aku jemput kamu itu apa?" tanyanya sembari tersenyum pada seseorang yang menghidangkan makanan.
"Gue mau lu pura-pura jadi pacar gue, gue mau lu panggil gue sayang di depan Rara sama Arya gue mau..
"Bentar deh, ini ceritanya kamu mau manas-manasin Arya ya. Yaallah Dela Arya itu sahabat aku dari kecil ya gak mungkin lah dia percaya."
"Ih nyolot, emang dia tau kalau lu dijodohin sama adik gue"
"Ya enggak sih"
"Ya mangkannya" Tegasku mulai menyendok makanan.
"Masalahnya mereka gak akan percaya"
"Mereka bakal percaya"
"Ya trus aku harus jelasin kayak gimana awal ketemu dengan kamu dan bisa suka dengan kamu"
"Ya bilang aja kita dijodohin, simpel kan"
"Ih aku paling gak bisa nih bohong-bohong gini"
"Dan yang paling penting jangan bilang papa kalau kita ketemu, jangan pernah" Ancamku sambil mengunyah.
"Ntar aku fikir-fikir dulu deh"
"Jangan difikir-fikir dong"
"Masalahnya berat ini"
"Udah deh makan aja" Aku menjulur-julurkan sendokku karna dari tadi hanya aku yang mengunyah "Ni...ni"
Dia menolaknya "Ih apaan sih"
"Ih orang enak juga" aku kembali menyodorkan sendokku "Ini"
"Zal" Ucap seseorang, langkahnya semakin mendekat kearah kami, ternyata Rara dan Arya berada di samping.
Izal melongo melihatnya, aku yang tadi berusaha menyuapi makanan milikku padanya tiba-tiba ia toleh dan dengan ragu ia makan, aku tersenyum manis padanya. "Bagus" batinku.
"Sini gabung, kebetulan banget nih ketemu" Ucapku kepada mereka. Rara terlihat kesal padaku sedangkan Arya masih biasa sambil mengikuti Rara duduk.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
cintakan saja
RomanceDela menarik pinggang Arya dan berkata "nunduk dong" "jangan pendek banget" sentilnya menundukkan wajah sehingga wajah mereka saling beradu. Arya adalah lelaki idaman di sekolahnya, Dela sang kekasih dinilai sangat beruntung memilikinya. Namun perc...