Bagian 84 - Her Name? Sayako

2.2K 221 8
                                    

Disclaimer: Bagian ini berisikan adegan kekerasan yang mengganggu. Harap menjadi pembaca yang bijak dengan tidak memembaca bagian ini jika memiliki masalah dengan kekerasan dan hal yang mengganggu.

*****

Tangan Hana terus bergerak samar. Monitor tanda-tanda vital memperlihatkan detak jantungnya yang kian tidak beraturan. Soji melihatnya dengan santai. Ia malah menaikan kakinya ke atas ranjang dan dengan asyik memainkan ponselnya.

Sementara itu, Ryuji dan Takiro menghampiri sekelompok pria berjas hitam yang berdiri membentuk lingkaran. Saat mengetahui kehadiran Ryuji, mereka langsung membelah lingkaran, lalu berbaris kiri dan kanan seraya menunduk memberi penghormatan.

Ryuji melihat mereka satu per satu, khususnya warna pakaian yang mereka kenakan. Ia sedikit terkekeh, kemudian membakar sebatang rokok dari bungkus rokok yang ia keluarkan dari kantong celananya.

Menggunakan jari, ia menyisir rambutnya ke belakang. Tatapan matanya sangat tajam, mengarah pada empat orang yang duduk terikat dengan mulut tersumpal lakban.

"Empat?" Ryuji bertanya.

"Masih ada satu orang lagi, tapi anak itu berada di bawah perlindungan pemerintah Jepang. Kami tidak bisa melakukan tindakan gegabah," jelas Takiro yang berdiri tepat di sebelah kanan Ryuji.

Ryuji menoleh hanya untuk meniupkan asap rokok tepat ke wajah Takiro yang membuat semua orang di sana terkejut.

"Do you think I give a shit about that?! I told you to catch all of them! All. Of. Them.!" Ryuji menekankan kembali perkataannya.

Takiro tidak menjawab atau membela dirinya, ia masih saja berdiri tegak dan membungkam mulutnya.

Ryuji kembali melihat ke depan dan mengarahkan pandangannya pada empat sampah dihadapannya. Ia tersenyum mengerikan seraya mengambil satu demi satu langkah mendekati mereka.

"She is the Japanese spy that works for the government, and the rest of them you already know it," jelas Takiro. Sementara mereka berempat melihat Ryuji bagai kelinci melihat seekor singa, mata mereka penuh ketakutan.

Ryuji berjongkok, kemudian meraih dagu wanita mata-mata yang melihatnya dengan sedikit gentar, "Her name?"

"Sayako," jawab Takiro.

Ryuji mengeluarkan rokok dari mulutnya, "Sayako...? So, you are the mix-blood one?"

Sayako tidak menjawab tapi saat ini ia benar-benar ingin melarikan diri. Sebagai mata-mata yang tertangkap, ia hanya dihadapkan dengan dua pilihan. Disiksa secara perlahan hingga mati atau langsung dibunuh di tempat.

Tapi, pilihan pertama selalu mendominasi dan ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan ditangkap oleh seorang yakuza. Maka penderitaan sebelum kematian itu akan sangat, sangat, sangat menyakitkan.

Ryuji dapat melihat jelas peluh keringat yang menghiasi kening wanita ini. Ia lalu tersenyum lebar. "What a good woman, she provide me an ashtray."

Tanpa mengedipkan matanya, Ryuji melakukan hal gila. Ia mematikan rokoknya tepat di kening wanita ini, sama seperti mematikan rokok pada sebuah asbak!

Perlahan Ryuji memutar ujung rokoknya, sedikit demi sedikit ia tekan batang rokok ini. Sayako berusaha menghindar, namun tangan Ryuji menahan kepalanya. Ia benar-benar membuat kening wanita ini menjadi asbak.

Sayako tentu saja mengerang. Panas dari bara yang menyentuh kulitnya benar-benar menyakitkan. Tapi Ryuji sama sekali tidak peduli. Baginya ini adalah hukuman bagi mereka yang mencoba bermain dengannya. Bahkan hukuman ini sangatlah ringan.

Ketiga orang lainnya membelalakan mata, mereka langsung bergerak menjauh. Napas mereka saling memburu dan mereka menolehkan pandangan ke lain arah. Ini terlalu kejam. Mereka kemudian memberontak tapi tatapan tajam mata Ryuji berhasil membuat mereka semua diam.

"Open her mouth!" perintah Ryuji dan salah satu yakuza membuka lakban yang membungkam mulut Sayako.

"Which one the Japanese? Your mother or father?" tanya Ryuji tapi Sayako tidak menjawab.

"You don't want to answer? Fine, I will ask them myself."

"NO!" Sayako langsung menjawab tegas, peluh keringat semakin membanjiri tubuhnya. "I don't have parents, nor siblings, nor family. I living alone!!!"

Ryuji berdiri lalu memberikan perintah, "Light up all of the cigarettes you have, and stub it on her face!"

Sayako langsung melihat Ryuji dengan pandangan horor.

"I don't want see her face anymore," ucap Ryuji datar tanpa ada ekspresi.

"NOOOOO....!!!!" teriak Sayako.

"If she screams too loud just burn her tongue or you can cut it off," jelas Ryuji dan kembali membakar rokok keduanya.

*****

Sepuluh menit telah berlalu, namun bagi Sayako ini sudah seperti sepuluh hari. Wajahnya benar-benar terbakar! Ia dapat merasakan dirinya yang telah berubah menjadi orang lain.

Bau daging terbakar, asap rokok, aroma tembakau, dan juga amisnya darah. Semua bercampur menjadi satu dan memenuhi rongga indra penciumannya.

Ia sendiri tak mampu berkata apapun lagi sejak lidahnya juga ikut dijadikan asbak oleh mereka. Sedangkan Ryuji hanya melihatnya dengan pandangan yang datar.

Panas dan pedih, hanya itu yang Sayako rasakan. Sementara itu, ketiga orang lainnya tidak bersuara karena telah jatuh pingsan. Mereka tak kuasa melihat kekejaman yang tidak pernah sama sekali mereka lihat.

Meski sudah tidak berdaya, mereka terus menjadikan wajah Sayako sebagai asbak karena Ryuji belum memberi perintah untuk berhenti. Ia terus melihat apa yang dilakukan para anak buahnya tanpa komentar

Takiro yang berdiri di sampingnya pun juga sama. Ia malah lebih banyak menghabiskan waktu memandangi Ryuji.

"Dia bukan seperti yang aku kenal. Dia benar-benar berbeda. Ryuji yang aku kenal tidak akan mungkin menyiksa apalagi menghilangkan wajah seseorang. Ini benar-benar di luar dugaan. Tapi--" Takiro berpikir sejenak, "--ini mungkin Ryuji yang sebenarnya. Seorang Ryuji yang seharusnya orang-orang ketahui. Aku seharusnya tidak terkejut atas sesuatu yang memang seharusnya terjadi," pikir Takiro.

*****

Di dalam ruang rawat. Perlahan, Hana membuka matanya. Ia langsung melihat seluruh ruangan dengan gelisah. Soji pun menyadari Hana yang telah sadar.

Ia langsung berdiri untuk memeriksanya. Seraya menyenteri kedua mata Hana, ia berkata, "Apa aku terlalu berisik hingga kau terbangun? Seharusnya kau terbangun setidaknya satu hari lagi."

Namun Hana hanya mendengar samar. Matanya terus saja menjelajahi setiap inci ruangan, mencari seseorang.

"... Ryuji?"

Mendengar nama itu disebut, Hana langsung menoleh, ia memandang lekat-lekat Soji.

"Kau mencari Ryuji?" dan Hana menganggukan kepalanya dengan sangat pelan.

"Ahh... Dia sedang berada di luar kamar, bermain bersama Takiro dan lainnya," jelas Soji.

Hana menyadari sesuatu, "Be--r---maa--inn??" tanya dengan suara yang sulit dan parau.

"Ya, bermain. Bermain permainan yang biasa yakuza lakukan," jelas Soji seraya mengatur laju tetes infus.

Hana membelalakan matanya, ia meraih tangah Soji. Namun sebelum ia bisa melakukannya, tangannya sudah terjatuh. Hana mengerang karena rasa sakit luar biasa langsung menghantamnya.

"AKKHHH!!!" teriaknya.

Soji memasukan kedua tangannya ke kantong celana, "Kau amnesia atau apa? Apa kau lupa telah ditabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi?? Kau seharusnya merasa beruntung karena tidak mati dan hanya butuh operasi tulang belikat saja."

Namun, masa bodoh dengan keberuntungannya. Saat ini, Hana lebih mengkhawatirnya permainan yang dilakukan oleh Ryuji.

°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°

To be continued.

Old Man is MINE [ORIGINAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang