Bagian 98 - Unspoken Truth

2.4K 195 9
                                    

Leon menginjak pedal gas dalam-dalam, mobil yang ia kendarai pun melaju bagai roket. Mei yang duduk di belakang hanya bisa memegang sabuk pengaman yang sudah ia pasang sejak tadi dan juga memegang handle atas erat-erat.

"Kenapa aku harus terlibat diurusan cinta orang lain sih!" batinnya. "Gege... Adikmu ini akan mendahuluimu ke surga..."

Perjalanan yang harusnya ditempuh 30 menit untuk bisa sampai ke RS Huifu hanya Leon tempuh dalam waktu 15 menit saja. Mobil yang ia kendarai pun ia parkir di depan UGD, sebelum turun ia melemparkan kunci ke Mei.

Mei tidak berkata apapun, saat ini ia merasa takut dengan anak muda itu. Ekspresinya sangat mirip dengan kakaknya jika sedang marah dan Mei tentu saja merasa takut melihat ekspresi tersebut.

Wanita ini pun hanya bisa melihat ke arah mana Leon pergi. Saat Leon memasuki ruang UGD, Mei baru turun dari mobilnya. "Hanya karena menghajar Soji dia terluka separah itu?" batin Mei seraya melempar kunci ke satpam yang mendekatinya.

Dalam ruang UGD yang luas dan hanya di isi oleh 3 pasien saja, Leon langsung menuju tempat tidur yang kosong. Dokter dan perawat memperhaikannya namun ia sama sekali tidak peduli.

Dengan acuh, Leon menarik seluruh tirai, kemudian membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap langit-langit. Sementara itu, lengan kanannya ia gunakan untuk menutup mata.

"Pasien, apa yang anda rasakan?" tanya seorang dokter yang menghampiri dengan ditemani seorang perawat. Namun Leon tidak menjawab.

"Pasien, jika anda tidak mengatakan apapun maka kami tidak akan tau," doktee kembali berkata.

Tetap tidak ada jawaban, dokter pun bertukar pandang dengan perawat. "Jika terlalu sakit, maka kami akan mulai melakukan pemeriksaan," perawat mengambil alih dan mulai memasangkan alat pengukur tekanan darah.

Tepat sebelum tubuh Leon terjamah, Mei memegang tangan perawat tersebut untuk menghentikannya. "Madam Mei," sapa dokter dan perawat kompak seraya menundukan kepala mereka.

"Aku akan mengambil alih, berikan stetoskopmu," ujar Mei. Dokter memberikan stetoskopnya, lalu pergi bersama perawat meninggalkan mereka berdua.

Mei menghela napasnya, "Aku sangat tidak ingin ikut campur, tapi..." dan helaan napas kembali terdengar.

Mei pun menempatkan stetoskopnya di dada Leon yang tentu saja pria ini tidak bereaksi apapun. Ia kemudian mengambil alat pengukur tekanan darah dan menarik paksa tangan kanan Leon.

"Oh God!" jerit Mei dalam hati saat sepasang mata melihat tajam tepat ke manik matanya. Mei langsung mengambil plester besar dan menutup mata Leon menggunakan plester tersebut.

Setelah pemeriksaan selesai, Mei keluar dari bilik untuk mengambil troli dressing set dan juga kantong infus yang berisikan cairan vitamin. Sampai saat ini pun Leon masih enggan berbicara dan Mei pun juga engga mengatakan apapun.

Saat Mei membersihkan luka Leon akibat menghajar Soji sebelumnya dengan cairan disenfektan, pria ini baru membuka mulutnya.

"Kau tidak bertanya apapun?"

"Aku tidak akan bertanya jika pasien tidak mau koperatif menjelaskan keadaannya terlebih dahulu," dan Mei terus saja melakukan pengobatan.

"Kau tau apa yang terjadi, benar?"

"Tentu saja, tapi aku tidak mau ikut campur karena aku tidak memiliki peran dan tidak ingin mengambil peran apapun."

"Akh!" Leon membuka plester matanya dan menyadari Mei baru saja menusuk punggung tangannya dengan kasar.

Old Man is MINE [ORIGINAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang