Aku mengenalmu

1.4K 24 2
                                    

Ini semua berawal dari acara itu. Sejak Niki mengajakku ke acaranya, sejak saat itu aku tertarik padanya. Entah karena dari tampangnya. Aku terlalu biasa dengan hal itu. Tapi, ada sesuatu hal yang membuatku tertarik padanya. Sejak saat itu, aku tertarik untuk mencari tau tentangnya. Namun hasilnya nihil, bahkan teman satu sekolah Niki yang kenal dengannya juga enggan memberi berita tentangnya. Tapi sudahlah, ini mungkin hanya sesaat saja. Aku mungkin mudah suka pada seseorang, tapi aku juga dengan mudah bosan pada seseorang.

Hari berganti hari, aku perlahan lupa dengannya karena tugas terlalu menumpuk dalam pikiranku. Setiap ujian juga sedikit mengangguku. Aku bahkan terlalu sibuk untuk bisa keluar dari kamarku. Suatu hari, menurut buku-buku yang pernah aku baca. Kita itu makhluk sosial. Prinsip itu terpampang terus dalam kehidupan kami. Sore hari ini, pintu rumahku terketok ya sekitar 3 kali lah. Mungkin mereka tidak sadar bahwa ada bel di samping pintu. Tentu aku mendengar ketokan pintu itu karena kamarku tempat berada di tingkat diatasnya. Mommy, berada di dapur sedangkan menyiapkan makan malam untuk kita. Sedangkan Daddy, sedang mandi. Dan, Bi Inem yah seperti biasa, membantu Mommy.

Ketika mereka menyadari bahwa ada bel. Barulah, Bi Inem berlari-lari membuka pintu. Mommy pun masih meneruskan mempersiapkan makanan makan malam kita. Lalu, Bi Inem menemui Mommy.
"Nyonya, di depan ada tetangga baru kita. Katanya sih, dia mau berkunjung kesini,".

Mommy dengan senyum manisnya, merasa senang jika kedatangan tamu baru, apalagi itu tetangga baru kita. "Benarkah? Suruh tunggu sebentar, bilang pada mereka. Saya mau ganti baju dulu. Suruh Celia turun! Dari tadi pagi di kamar," kata Mommy.

Tetapi aku asyik dengan handphone dan headset yang aku pasang untuk mengisi refreshing sore hari ini. Apa boleh buat, Bi Inem mengatakan apa yang Mommy suruh.

Ketika Mommy dan Daddy menemui tamu itu, aku masih asyik dengan handphoneku. Aku melepas headset ku, karena aku merasa gerah dan ingin mandi. Kemudian, Bi Inem memanggilku lagi. Aku membuka pintu.

"Kenapa Bi?" tanyaku.

"Nyonya memanggil Non Celia," kata Bi Inem.

"Aku mandi dulu ya, sebentar kok!" kataku. Lalu menutup pintu lagi dan pergi mandi.

Mommy dan Daddy telah bercerita banyak hal mengenai perumahan ini. Ketika aku menyisir rambut aku mendengar bahwa Mommy telah menyebut namaku. Aku harus segera turun, karena tidak boleh sembarang orang menyebut namaku. Kemudian aku turun. Lalu, aku menemui tamu itu.

"Oh ini Celia?" kata Ibu itu.

Aku tersenyum kaku kepada mereka semua. Mommy dan Daddy terlihat santai, tetapi aku tidak. Aku berjabat tangan kepada mereka.

"Kenalkan juga. Ini Andrew, anak tante." kata Ibu mempromosikan anaknya.

Aku kaget ketika mendengar namanya. Dia adalah sosok lelaki yang aku cari waktu itu. Jadi namanya adalah Andrew, dan sekarang dia menjadi tetangga baru ku. Oh tidak! Aku bahkan tidak menyangka. Aku benar-benar semakin dekat dengannya.

"Ayo kenalan, kalian kan nanti jadi teman," kata Mommy.

Andrew membuka tangannya dan berjabat tangan denganku. Untungnya, tanganku tidak dingin. Aku menghela napas.

"Andrew," ucapnya dengan senyum coolnya.

"Celia," kataku tersenyum padanya.

"Nak Andrew sekolah dimana sekarang?" tanya Mommy.

"Di internasional school tante," jawabnya.

"Benarkah?" ucap batinku.

"Wah satu sekolah dong dengan Celia. Bisa pulang bareng dong ya," ucap Mommy dengan candaannya.

Sekitar 2 jam lebih menemuinya. Akhirnya mereka pulang kembali ke rumahnya. Aku segera naik ke kamar, untuk memberitahukan Niki soal ini. Niki kaget, tapi dia senang mendengarnya.

Di tempat lain, Andrew sedang berpikir. Dia memikirkan Celia. Dia teringat dengan wajah Celia. "Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Dimana ya?" kata Andrew. Dia pun menelpon Jason temannya.

"Celia?" ucap Jason.

"Uhmm, wait! Dia itu temannya Niki deh," kata Jason lagi.

"Niki? Teman kamu di acara itu bukan?" kata Andrew.

"Yup! Aku memang sempat bertanya tentang temannya pada Niki. Dia itu teman kecil Niki. Mereka beda sekolah. Kalau gak salah Celia sekolah di international school. Tapi Niki satu sekolah denganku. Aku kira sih begitu. Kenapa, Drew?" kata Jason.

"Cuma tanya aja. Aku cuma tiba-tiba ingat dia aja," kata Andrew.

Malam pun berganti. Malam ini, Celia harus belajar keras untuk ujian terakhirnya. Sepertinya biasa, dia selalu ditemani dengan bintang-bintang. Jendela kamarnya terbuka agar Celia bisa melihat bintang jika dia sedang buntu. Tanpa disengaja, ketika Andrew akan menutup jendela kamarnya, dia melihat Celia sedang asyik belajar.

"Celia?" Ucap batinnya. Andrew mulai masuk sekolah, setelah ujian tengah semester usai.

Remember When....Where stories live. Discover now