Suatu malam, AC kamarku mati. Aku pun membiarkan gorden dan jendela kamarku terbuka agar aku bisa tidur. Alhasil aku tetap tidak bisa tidur. Akhirnya aku mematikan lampu dan mencoba memejamkan mata. Aku kesal karena hingga jam 12 malam aku tidak bisa tidur. Aku pun keluar dari kamarku dan pergi ke kamar Mommy dan Daddy.
"Mommy...Daddy! AC kamarku mati. Apa aku boleh tidur di kamar Kak Marcell? Aku bahkan tidak bisa tidur hingga jam segini," ucapku dengan mata yang mungkin tinggal 2 watt.
"Okay. Besok Daddy akan suruh tukang service AC untuk membetulkannya. Cepat sana tidur!" ucap Daddy.
Aku pun pergi ke kamar Kak Marcell. Kamarnya tidak jauh dari kamarku. Ketika aku masuk, gorden kamarnya terbuka. "Apa Kak Marcell selalu tidur dengan seperti ini atau Bi Inem lupa menutupnya. Tapi aku rasa Bi Inem lupa menutupnya," gumamku. Aku pun bergerak untuk menutup gorden kamarnya. Lalu aku menganga melihat sesuatu.
"Jadi Kak Marcell bisa melihat ke kamar Andrew juga?" gumamku dalam hati.
Kemudian gorden kamar Andrew terbuka. "Ah dia membuka gordennya," gumamku. Tentu saja aku penasaran dan terus melihat ke arah kamar Andrew. Aku terus memperhatikan kamarnya. "Ternyata selama ini dia terus melihat ke kamarku? Ah iya! Ketika aku sudah tidur dia akan diam-diam melihatku. Memang aku bodoh! Kamu pintar Celia!!" ucapku dengan nada pelan.
Aku terus memperhatikan. Lalu mungkin secara tak sengaja Andrew menoleh kearah kamar Kak Marcell dan dia sepertinya melihatku. Aku buru-buru menutupi diriku dengan gorden. Aku menahan napas mencoba menjadi patung. Beberapa menit aku melihat apakah Andrew telah tidur kembali atau tidak.
"Huh, akhirnya. Aku bisa tidur. Aku harus menutup gorden ini," ucapku buru-buru. Aku pun menyalakan AC kamar Kak Marcell dan tidur.
Keesokan harinya, aku sedikit merasakan badanku tidak enak. Karena ternyata AC kamar Kak Marcell terlalu kencang hingga membuatku harus memakai selimut dua. "Celia kamu kenapa? Wajah kamu pucat," kata Mommy.
"Iya ini semua karena Kak Marcell," kataku kesal.
"Apa hubungannya dengan Kak Marcell?" tanya Daddy.
"Sepertinya Daddy juga harus mengecek AC kamar Kak Marcell deh. Semalam benar-benar membuatku menggigil," kataku kesal.
"Kalian itu kalau jauh aja kangen-kangenan. Kalau ketemu, malah sering tengkar," kata Daddy.
"Karena itu saudara Daddy. Okay Mom, Dad, aku berangkat nanti telah. Bye!" ucapku lalu beranjak berdiri.
Sebelum aku benar-benar pergi aku berkata lagi, "apa Daddy tidak lupa dengan janji Daddy 2 hari yang lalu kan?" tanyaku. "Iya," jawab Daddy dengan cepat. Lalu ketika aku tepat di pintu depan Daddy memanggilku.
"Kamu berangkat naik apa?" tanya Daddy.
"Bus sekolah," jawabku. Aku berharap Daddy akan mengantarku dan dugaanku benar. Aku sangat senang sekali karena pertama kalinya Daddy mengantarku sekolah sejak aku duduk di bangku SMA.
Suhu badanku yang semula panas mendadak normal karena Daddy. Sepanjang perjalanan, kami bercanda dan tertawa hingga tak terasa bahwa aku tiba di sekolah. "Nanti Daddy akan menjemputmu," ucap Daddy. Aku senang sekali dan aku segera menjawab iya pada Daddy.
Aku masuk kedalam dan menuju kelasku. Di dalam kelas, flu tiba-tiba menyerangku. "Celia kenapa?" tanya Cara. Aku meminta tissue pada Cara karena dia selalu membawa tissu kemana pun. "Aku rasa gara-gara semalam," ucapku dan bersin lagi.
Badanku benar-benar tidak enak. Aku sempat pergi ke UKS. Aku tahu Andrew melihatku ketika aku pergi ke UKS sendiri. Sepulang sekolah, aku segera pergi menuju mobil. Daddy membawaku ke dokter karena dia merasa bahwa aku demam dan flu semakin memburuk.
YOU ARE READING
Remember When....
Подростковая литератураJangan pernah berhenti membaca dalam satu halaman ataupun satu alur cerita saja. Karena kalian akan menemukan sesuatu yang berbeda ketika akhir ceritanya :) // Series ke-2 akan rilis tanggal 12 Mei 2019 dengan judul MOMENTS: WHO ARE YOU //