Weekend!

583 11 0
                                    

Hari ini adalah hari Jumat, dimana aku akan segera mendapatkan hari weekend plus libur ujiannya selama 3 hari. Aku mungkin terlalu excited hingga aku lupa pamit kepada Mommy dan Daddynya.

Seusai sarapan, Celia hendak pergi. Kemudian, sebelum dia masuk ke dalam mobil. Didepan pagar, Daddy memanggilku.

"Celia!!" panggilnya. Tentu saja Mommy bersamanya.

"Ups sepertinya Non Celia tidak pamit ya?" ucap supir ku yang akrab sekali denganku. Dia baik sekali, bahkan dia telah menganggapku seperti anak sendiri.

Aku pun keluar dari mobil lagi. Lalu aku bertanya mengapa Daddy memanggilku.

"Kamu lupa pamit ya dengan orang tua kamu?" kata Daddy dengan tersenyum.

"Oh iya, sorry ya Daddy, Mommy." ucap Celia lalu dia pun berpamitan pada kedua orang tuanya. Lalu suara yang menurutku berparuh malaikat memanggilku lagi, "Celiaaa...," ucap Mommy.

"Yes Mom? Apa lagi?" kataku. Dan sepertinya aku telah pamit. Namun apa lagi yang terlupakan. Mommy pun memberi isyarat pada Celia.

"Oh please Mom, aku sudah gede ya! Jangan paksa aku untuk lakukan itu, okay? Bye," kataku berbalik arah berusaha untuk mengalihkannya.

"Anak kita sudah gede ya?" Ucap Mommy pada Daddy.

Tetapi biasanya mereka mengeluh karena aku tidak mencium kedua pipi mereka. Entah hari ini mereka tidak mengeluh, tapi kali ini aku mengalah. Aku berbalik arah kepada mereka dan mencium keduanya.

"Tapi Daddy rasa tidak," ucap Daddy pada Mommy, merasa menang dengan keadaan.

Celia pergi dengan perasaan bagus. Tetapi ketika dia tiba didepan gerbang sekolahnya. Dia pun menerima kenyataan bahwa dirinya telah dipermalukan lagi oleh musuh bebuyutannnya, Alexa.

Dia menyebar gosip bahwa aku selalu menjadi anak manja yang selalu mencium kedua pipi orang tuanya. Aku pun tak tinggal diam. Aku tentu melawannya. Aku mengatakan sesuatu yang mungkin sedikit menyentuh perasaannya.

"Apa alasan kamu hingga kamu melakukan hal ini? Iri denganku? Karena kasih sayang orangtua ku? Hah? Jawab ALEXA!!! Kamu tidak bisa mempermalukan aku seperti ini, aku juga bisa melakukan hal sama padamu. Tapi ingat bahwa kamu juga temanku. Atau kamu sudah tidak merasa bahwa kita seorang teman?" ucapku.

Alexa terdiam, lalu pergi dengan menyisakan pikirannya terhadapnya. Aku tau dia telah memikirkan banyak. Mood ku berubah karenanya, tapi untungnya ujian ku tidak berpengaruh.

Setelah ujian berlangsung, aku menerima pesan dari Mommy bahwa dia ingin mengajakku makan siang bersama. Siang itu, ketika aku bertemu Mommy, aku menceritakan segalanya padanya. Mommy hanya tertawa mendengarnya, karena dia tau bahwa perbuatan Alexa itu salah. Bahkan Mommy menyuruhku untuk tidak melawannya lagi.

Malam ini, seperti biasa aku melakukan beberapa ritual malam libur ku. Aku menikmati beberapa film di kamar hingga aku tertidur. Tak terasa aku lupa menutup jendela kamarku. Aku merasa malas untuk menutupnya, karena jaraknya begitu jauh dari tempat tidurku. Aku pun membiarkannya dengan lampu yang aku matikan.

Diam-diam dari sebrang sana, dia melihat kearah jendela ku. Aku bahkan tidak tau bahwa rumah dia tepat berada di sebrang rumahku. Yap! Andrew melihat kearah jendela ku.

Hari libur ini, aku gunakan waktuku bersama Mommy dan Daddy. Seperti biasa, Sabtu ini aku akan makan malam bersama. Karena hari ini Daddy masih masuk kerja, jadi Mommy memutuskan untuk memasak sesuatu yang spesial malam ini. Namun, ketika aku mencoba membantunya. Tiba-tiba bel rumah mengagetkanku hingga aku tanpa sengaja pisau mengenai jariku. Mommy tidak mengetahuinya, dia malah menyuruhku untuk membuka pintu. Aku pun segera membukanya, dengan mata yang masih berlumur air mata karena mengiris bawang bombay.

Aku membuka pintu itu, lalu Andrew berdiri tepat didepanku. Aku terkejut. Jelas sekali, tetapi tidak seperti biasanya. Aku melihat Andrew seperti biasa saja. Dia seolah tidak seperti first sight ku.

"Ya ada apa?" kataku.

Andrew melihatku dengan aneh. Aku pun mengerutkan dahiku. Dan melihat kearah matanya menatap. Dia melihat tanganku yang masih berderai darah karena pisau.

"Tidak perlu khawatir dengan tanganku. Ini hanya luka biasa," kataku. Karena aku tau apa yang sedang dia pikirkan.

"Dia bisa membaca pikiranku," kata Andrew dalam hatinya.

Entah apa yang ada dalam pikirannya, dia bertingkah aneh. Lalu Mommy segera datang menghampiri kita. "Eh ada Andrew ya, masuk yuk! Celia suruh masuk dong," kata Mommy.

"Oh gak udah tante. Ini disuruh Mama buat ngasih ini ke tante," kata Andrew.

Mommy menerima pemberian itu. Tante Russell, itu nama klan mereka kalau klan keluargaku itu Jensen, dan sebenarnya aku mempunyai saudara lagi, yaitu Kak Marcell, tapi dia lagi kuliah di luar negeri. Ah beralih ke makanan itu ya! Tante Russell memberi kita sebuah puding, terlihat enak sih dari wajahnya.

Akhir weekend ini menjadi weekend terindah dalam bulan ini. Sayangnya, Kak Marcell tidak ada bersama ku. Sedih sih, tapi sudahlah.

Remember When....Where stories live. Discover now