Jin tidak menemukkan sweaternya, sejujurnya ia berhenti mencari setelah pengungkapan besar kemaren. Pria itu mengunci dirinya sendiri di kamar. Menghabiskan stok air matanya hingga pukul 3 pagi. Setelah itu, member tertua tersebut hanya bisa berbaring di atas kasur tapi tidak tidur. Bagaimana bisa? Pikirannya sangat bangun, dipenuhi dengan pengakuan Taehyung.
Di bawah balutan riasan, ia mencoba sebisa mungkin menyembunyikan mata sembabnya dan wajah lelahnya.
Apakah ia sudah mencerna semua ini?
Jawabannya belum, ia masih tidaj bisa percaya ini terjadi. Layaknya lelucon yang dimainkan Taehyung. Jin sangat berharap Taehyung akan tiba - tiba membawa kamera masuk dan berkata ini semua hanyalah lelucon. Hal itu akan sangat sangat menyenangkan.
Alhasil, Jin masih mendiamkan namja tersebut. Sejujurnya, Jin sangat ingin memeluk Taehyung dan tidak melepaskannya.
Namun, Jin masih tidak sanggup. Karena artinya ia sudah menerima kenyataan itu. Nyatanya, ia belum. Menolak garis keras bahwa Taehyung sakit dan bisa meninggalkan mereka kapan saja.
Selain itu, Jin juga masih marah pada Taehyung — kecewa lebih tepatnya — karena ia merahasiakan ini. Dan Jin hanya tidak ingin nantinya akan keluar kata - kata dari mulutnya yang akan ia sesali sendiri.
Jadi untuk sekarang, menjaga jarak di antara mereka berdua adalah hal yang terbaik. Meskipun, Jin juga tersiksan melihat pandangan sedih yang dilemparkan Taehyung ke arahnya.
Namun Jin tetap pada pendiriannya. Ia masih butuh waktu.
Namjoon dan Suga mengerti dengan baik perasaan Jin. Keduanya juga kecewa dan menolak percaya. Percayalah, amarah dan kekecewaan adalah hal yang lumrah dalam situasi yang ini. Namun mereka juga tahu jika mereka ikut bertindak seperti member tertua itu, ketakutan mereka bahwa Taehyung akan hancur terwujud.
Takut pria itu akhirnya percaya bahwa ketakutannya adalah benar. Para member membencinya. Yang mana adalah sangat berbalik dari kenyataan.
Jadi mereka bersumpah pada diri mereka sendiri untuk menjaga Taehyung. Memastikan ketika Jin luluh nanti atau ketika member yang lain tahu, Taehyung punya bahu untuk bersandar.
Awalnya mereka ingin tidur bersama Taehyung tapi namja itu menolaknya. Beralasan Jimin akan curiga. Meskipun ragu, mereka akhirnya setuju untuk membiarkan namja itu tidur sendiri.
Namun sebelumnya, Namjoon dan Suga sudah mendapatkan jadwal minum obat Taehyung dengan lengkap. Singkatnya, obat di botol kuning di minum dua pil dua kali sehari sedangkan obat di botol putih diminum satu kali sehari di pagi hari. Jika Taehyung mendapatkan serangan seperti kemaren, ia harus meletakkan pil dari botol warna putih di bawah lidahnya.
Kembali dari kamar Taehyung, Namjoon tidak membuang waktu dan langsung menyelam di internet. Mencari segala hal yang perlu ia ketahui mengenai penyakit itu. Termasuk kemungkinan hidup dan matinya.
Namjoon mengetahui bahwa ternyata obat - obatan yang diresepkan oleh dokter sebenarnya bukan untuk menghentikan stenosis aorta atau menyembuhkan pasien dari penyakit itu, melainkan hanya untuk membantu meringankan gejala yang dialami. Obat - obatan itu akan membantu mengontrol penyimpanan cairan dalam jantung, menurunkan satuan detak jantung, dan menurunkan tekanan darah. Hal ini akan memperlambat perkembangan stenosis.
Hal baiknya, Namjoon menemukan bahwa masih ada cara untuk menangani penyakit ini. Mereka masih punya harapan. Ini membuat Namjoon ingin ikut ke pertemuan dokter Taehyung.
Untuk sekarang, tugasnya hanyalah menjaga Taehyung tetap dalam kondisi baik.
Sementara itu, Suga segera melakukan survei mengenai vitamin - vitamin yang baik untuk tubuh Taehyung. Begitu menemukannya, ia langsung membelinya lewat online — tiga buah vitamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye || BTS
Fanfiction"Taehyung ah kenapa kau merahasiakannya?" "Kenapa baru sekarang?" "Kumohon, aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal" "Tidak!" "Kau tidak akan pergi kemana mana!" "Relakan aku, kumohon..."