2. Her Possesive Boy

7.8K 838 252
                                    

Jangan lupa tegur kalau aku menulis sesuatu yang sama dengan cerita orang. Semoga suka. Selamat membaca^^

***

"Kadang dunia memang sengaja mengirimkan sesuatu yang memuakkan pada manusia."

***

Rachel menjelaskan segala sesuatu yang ingin ia jelaskan kepada lawan bicaranya dengan perasaan yang sungguh tidak enak. Rasanya dirinya seperti sangat terintimidasi akan kehadiran seseorang yang sedari tadi sibuk menempel padanya.

Sehun Ivarel Nathaniel.

Bahkan ketika Rachel sedang ada kerja kelompok dengan teman-temannya di sebuah kafe, lelaki itu ikut dengannya hanya karena teman kelompok Rachel semuanya adalah berjenis kelamin laki-laki. Itu sebabnya Sehun tidak mengizinkan Rachel untuk menjadi satu-satunya manusia yang berjenis kelamin perempuan di antara para mahasiswa kedokteran yang cukup mempunyai popularitas itu.

Tapi, belum bisa menandingi popularitasnya.

"Jadi, jelas? Gue bakalan menyelesaikan sisanya. Kalian kerja yang bagian pembuka saja," jelas Rachel pada temannya.

"Kenapa bagian yang kamu kerjain malah lebih banyak dibanding mereka? Itu nggak adil namanya. Nggak! Gue nggak setuju. Jangan bikin cewek gue repot, dong," cerocos Sehun mulai membuat suasana jadi menjengkelkan.

Ya Tuhan. Kenapa ada lelaki modelan Sehun di dunia ini? Kenapa? Dan kenapa harus Rachel yang mendapatkan lelaki seperti itu? Ah, jangan bicara tentang mendapatkan. Seharusnya Rachel mengeluh, kenapa mesti bertemu dengan sosok Sehun?

Rachel menoleh menatap kekasihnya. "Hun, bukan mereka yang minta. Tapi, aku."

Sehun yang awalnya bersedekap dada langsung duduk dengan tegap, aura gelap mulai terpancar di wajahnya.

"Nggak gitu juga. Masa mereka ngangguk doang? Kalau kamu sakit bagaimana? Mereka juga nggak bakalan khawatir kalau kamu yang sakit. Justru aku yang dapat imbasnya!"

Ingin tertawa. Tapi, tidak ada yang lucu.

Ingin marah. Namun, Rachel bukan tipikal perempuan yang suka memperlihatkan sikap bar-barnya pada orang lain.

Apalagi di tengah umum seperti ini.

Masalahnya Sehun terlalu berlebihan. Kenapa mesti marah? Yang Rachel kerjakan itu hanya mengetik materi presentasinya di laptop sebanyak empat lembar. Hanya empat lembar, bukan empat belas lembar, empat ratus lembar, atau bahkan empat juta lembar.

Dan hal itu sudah membuat Sehun sekesal dan berlebihan seperti ini? Ayolah, mengetik sebanyak empat lembar tidak akan membuat Rachel langsung mati begitu saja. Terkecuali, jika memang ajalnya sudah tertuliskan mati karena mengetik sebanyak empat lembar. Dan Rachel juga belum merasakan tanda-tanda akan mati. Jadi, untuk apa dirinya mendukung sikap Sehun yang childish itu? Membuat malu saja.

"Ya udah. Kalau begitu kamu bantuin aja kerjanya. Gampang, kan? Nggak mesti marah sama teman aku," jawab Rachel kesal.

Tenang.

Semua rekan kerja kelompoknya termasuk teman dekatnya. Jadi, mereka sudah tahu sikap Sehun yang terlalu otoriter dan terlalu possesive pada Rachel. Bahkan untuk berdebat seperti ini di depan mereka, Rachel sudah tidak peduli.

"Ck, bandel!" sindir Sehun sembari memalingkan wajahnya.

"Pembahasan kita sampai di sini saja. Besok kita selesaiin sama-sama. Gue pamit pulang," ujar Rachel kemudian bangkit dari duduknya dan langsung menyeret Sehun keluar dari kafe tersebut.

"Hun, aku udah izinin kamu buat ikut sama aku selama aku kerja kelompok. Aku nggak minta banyak hal sama kamu. Nggak usah ngehargain aku juga nggak pa-pa. Tapi, tolong hargai teman-teman aku," omel Rachel sambil terus menarik Sehun.

"Memangnya aku perlu izin kamu untuk ikut nimbrung kalau kamu kerja kelompok? Justru kamu yang harusnya dapat izin dari aku. Udah syukur aku izinin. Lagian aku marah juga demi kamu. Kamunya aja yang selalu belain temen-temen kamu itu."

"Sadar nggak sih, kalau kamu itu udah berlebihan?"

"Tapi aku cu--"

"Kak Sehun?"

Sehun maupun Rachel sama-sama menoleh ketika mereka mendengar sebuah suara mengalun di telinga mereka. Terlebih lagi Rachel. Dirinya yang paling duluan menoleh, padahal yang dipanggil bukan dirinya.

"Sasha? Ngapain di sini?" tanya Sehun lembut. Membuat Rachel jengah.

Gadis tersebut tersenyum, kemudian menghampiri keduanya. "Sasha lagi nunggu taksi. Tapi, dari tadi nggak muncul, Kak," jawabnya dengan nada yang tak kalah lembut. Dunia mereka berdua saat ini seakan-akan hanya ada mereka di sana. Tidak mengindahkan kehadiran Rachel sama sekali.

"Kalau begitu bareng aja. Rumah kita searah, kan?" ajak Sehun pada Sasha membuat Rachel jadi menatap Sehun tak percaya.

Sasha melirik Rachel sejenak, kemudian memasang senyum tipisnya. "Nggak usah, Kak. Sasha nggak niat jadi obat nyamuk," ucapnya diakhiri dengan kekehan garingnya.

"Nggak pa-pa. Kamu bareng aja sama kita. Udah jam setengah sebelas, jarang ada taksi yang beroperasi di sekitar sini kalau udah malam kayak gini," ucap Rachel mencoba untuk bersimpati kali ini.

"Ya udah, deh. Yang penting Sasha gak ganggu," ucap Sasha.

Dan pada akhirnya, mereka bertiga berada satu zona. Mirisnya, jika tadi Sasha mengatakan tidak ingin menjadi obat nyamuk, justru Rachel yang seakan-akan berada di posisi tersebut.

Karena alasan Sasha yang cukup menarik dengan mengatakan akan mabuk kendaraan jika tidak duduk di depan, akhirnya Rachel mengalah dengan duduk di jok penumpang belakang. Membiarkan Sasha duduk di depan, samping tempat duduk Sehun. Keduanya begitu asik menceritakan banyak hal. Bernostalgia tentang masa SMA mereka yang katanya sulit untuk dilupakan oleh Sasha.

Sekadar informasi, Natasha Sue, atau biasa dipanggil Sasha itu adalah junior Rachel maupun Sehun. Gadis itu kuliah di jurusan sastra. Cukup populer karena parasnya yang bertampang American face.

Dan informasi tambahannya Sasha itu pernah dekat dengan Sehun sejak SMA. Bahkan beberapa oknum di kampus masih mengira hubungan Sehun dan Sasha masih seperti dulu, masih dekat dan ada tanda-tanda bahwa mereka akan berkencan.

Namun, hadirnya berita bahwa Rachel resmi menjadi kekasih Sehun membuat berita itu perlahan mulai hilang.

Audi hitam Sehun berhenti tepat di depan gerbang rumah milik Rachel, membuat perempuan itu buru-buru keluar dari mobil Sehun tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dirinya tidak cemburu, sama sekali tidak. Hanya saja dirinya tidak senang akan kehadiran Sasha yang terlihat seperti perempuan paling baik di dunia ini. Namun nyatanya, dirinya merupakan penjahat.

Apakah dirinya pikir Rachel bodoh? Bodoh karena tidak tahu apa yang sedang gadis itu lakukan?

Sejatinya, Rachel tahu, Sasha hanya pura-pura menunggu taksi ketika dirinya sendiri membawa sebuah kendaraan.

Bagaimana bisa ada orang selicik itu?

Well, Rachel tidak peduli. Yang ia pedulikan hanyalah istirahat dan terbebas dari sosok Sehun.

Masa bodoh dengan mereka berdua yang masih ada di dalam mobil. Ingin betulan berkencan pun, Rachel tidak akan peduli.

***
B e r s a m b u n g

Sweet But Psycho (RSB 7) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang