"Apa yang sedang kau lakukan, Maria!""Aku ingin keluar dari tempat menjijikan ini!"
"Apa kau pikir wanita tua itu akan mengijinkanmu?"
"Aku tidak peduli. Tempat ini tidak layak disebut sebagai tempat huni!"
"Kenapa? Kita bisa menunggu sebentar lagi, Maria."
"Tidak! Aku tidak mau!" Seorang wanita berambut Merah yang bernama Maria menatap temannya pilu. "Aku merindukannya, dan kuharap kau ingat jika aku memiliki seorang puteri disini!" matanya menatap seorang anak berusia 7 tahun yang sedang menatapnya kebingungan.
"Apa yang terjadi?" Anak berusia 7 tahun mendekati Maria. Ia memeluk Maria dan mengusap-usap bahu Maria dengan lembut, terasa menenangkan. "Kenapa kau menangis, Mom?" tanyanya lagi.
"Tidak. Aku tidak apa-apa." Maria menyeka air matanya cepat. "Maafkan aku, kau jadi terbangun karena teriakanku."
"Aku mendengarmu mengatakan jika kau merindukannya, siapa yang kau rindukan Mom?" dengan suara yang lugu anak kecil berjenis kelamin perempuan itu bertanya pada Maria. Matanya biru, sebiru lautan sama persis dengan...
"Tidak ada siapapun yang dirindukan ibumu, Aleana!" tiba-tiba seseorang datang dari pintu belakang. Wanita paruh baya yang bernama Theressa Sabatini. Wajahnya terlihat dingin dan berkuasa, ia menatap Maria dengan tatapan tajam. Tangannya memegang tongkat sebagai penopang tubuhnya yang hampir bungkuk. Kemudian ia melangkah dengan menghentakan tongkatnya beberapa kali. Itu adalah khas Theressa.
Maria beringsut. Diturunkannya pandangannya dari Theressa. Ia memeluk Aleana dari samping, mencengkeramnya erat-erat agar puteri satu-satunya tidak terkena masalah karenanya.
"Jadi kau berusaha melarikan diri, Maria? Lagi?" Theressa berhenti tepat di hadapan gadis kecil bernama Aleana. Ia menatap mata biru yang sedang menatapnya. Theressa mengangkat dagu Aleana. "Seharusnya kau bersyukur karena aku membiarkanmu bersama putrimu disini. Tapi sepertinya kau tidak mengerti apa yang sudah aku berikan padamu, Maria."
Maria merasa takut. "Jangan! Aleana tidak mengerti apapun! Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi."
"Aku sudah sering mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulutmu beberapa kali, Maria. Tapi kau! Selalu mengecewakanku!" Theressa menarik paksa Aleana dari tangan Maria. Ia melemparkan Aleana ke salah seorang kepercayaannya.
"Tidak! Mau kau bawa kemana puteriku?!" tangis Maria pecah saat melihat Aleana menangis ketakutan.
"Mommy! Mommy!" Aleana berontak karena kedua tangannya ditahan oleh seseorang.
Theressa melangkah, namun sebelum ia melangkah keluar dari ruangan sempit itu. Wanita itu melirik Maria dengan pandangan sinis. "Aku tidak akan membiarkan putrimu bernasib sama sepertimu, Maria. Takkan aku biarkan dia mengenal dunia luar seumur hidupnya." kemudian Theressa tertawa. "Bawa Aleana ke ruanganku!" perintahnya keras. Suara dentuman pintu terdengar keras saat wanita tua itu menariknya dengan begitu kuat.
Maria menangis. "Tidak! Kumohon jangan bawa putriku! Theressa maafkan aku, aku mohon..."
"Aku sudah mengatakan padamu, Maria. Tapi kau..."
"Lilia!" mata Maria begitu sembab dan terus berair. Rambutnya begitu berantakan dan tidak terawat sama sekali. Wanita bernama Liliana Hawt adalah satu-satunya orang yang bisa Maria anggap sebagai seorang teman. Setidaknya, Maria tahu, jika Lilia adalah saksi hidup pertemuannya dengan pria bernama Matthew Tamsin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL (21+)| END
RomanceADULT ROMANCE 🔞 Story by Boueberry Kecantikan wanita dari pertemuan tak terduga di rumahnya membuat Alec Tempest terpukau seketika itu juga. Dia adalah Aleana Tamsin, masuk ke kehidupannya yang baru saja bangkit dari rasa sakit karena pengkhianata...