Seperti biasa jangan lupa klik tanda ☆ sebelum membaca dan komen setelah membaca.
"Kau masih marah?"
Alec tidak menjawab pertanyaan yang wanita itu tanyakan sejak pertemuan mereka pagi ini. Wanita itu mengikuti kemanapun Alec melangkah. Ia membuntutinya seperti seekor kucing kecil yang sedang mencari perhatian majikannya. Sayangnya Alec bukan majikannya. Ia tidak berniat sama sekali memelihara seorang kucing besar dengan dada yang montok dan bokong yang indah itu.
"Kenapa kau diam saja?"
"Dan kenapa kau terus saja bicara, Ale?" Alec menghentikan aktivitasnya. Ia meletakan meletakan 1 krat anggur yang telah Alec produksi di atas mobil baknya. Ia menatap Aleana dengan napas terengah-engah, pekerjaannya hari ini sudah cukup membuatnya merasa lelah, ditambah dengan suara Aleana yang terus menerus bicara di sekitarnya. "Apa kau ingin mengulangi kegiatan panas kita semalam, maka tunggulah aku di kamar. Aku akan datang begitu pekerjaanku selesai."
"Ya ampun, kenapa kau terang-terangan begitu." Aleana tersipu. Ia memukul bahu Alec lirih.
"Kau malu?", Aleana mengangguk. "Aku senang kau masih memiliki malu, Ale. Tapi apa kau tidak mau saat melakukan hal bodoh di hadapanku?"
"Sudah kubilang aku tidak sengaja." Aleana menatap Alec jengkel. " Aku hanya bertanya, apa kau marah padaku hanya karena aku..." Aleana menghela napasnya. "Karena aku mengencingi ranjangmu?" tanyanya merendah.
"Ya. Aku marah. Lantas apa yang akan kau lakukan jika aku marah padamu?" Alec menatap Aleana penasaran. "Apa kau akan pergi dari sini?" Alec memang pria brengsek.
"Kau ingin aku pergi?", Alec mengangguk. "Kenapa?"
"Karena kau tidak memiliki asal usul yang jelas. Kau tidak memiliki nama, dan kau tidak memiliki alamat rumah yang bisa kau tunjukan padaku, maka ya, aku ingin kau pergi dari sini."
"Bukankah aku sudah mengatakan jika namaku Aleana Tamsin."
"Dan kau mengatakan jika kau mendapatkan nama itu dari pikiranmu. Itu sangat lucu, Ale." Alec tidak sadar jika dirinya mulai terbiasa dengan memanggil Aleana dengan sebutan Ale.
"Sungguh, namaku Aleana Tamsin. Aku tidak sekedar mengambilnya dari pikiranku." Aleana bergerak gelisah. "Semalam aku bermimpi. Seorang wanita membawaku pergi dan memisahkanku dari ibuku. Dan..."
"Berhenti bicara omong kosong, Ale. Mimpi adalah bunga tidur, jangan sampai kau menyangkut pautkan sebuah mimpi ke dalam kehidupanmu. Itu tidak masuk akal."
Aleana berpikir jika Alec sama sekali tidak pernah mempercayai ucapannya dari awal. Pria itu terus saja menyanggah segala ucapan yang Alena berikan. Alec pikir Aleana benar-benar wanita gila. Alec pikir Aleana tidak memiliki hati dan perasaan sehingga setiap ucapan yang Alec keluarkan dari mulutnya terasa pedas di telinga dan hati Aleana.
Alec menghela napasnya kasar saat melihat Aleana terdiam. Matanya sudah berkaca-kaca karena kesedihan yang dirasakannya. Alec pikir setiap ucapannya sama sekali tidak ada yang begitu berlebihan. Semua yang diucapkannya adalah masuk akal. Ia berpikir sepanjang hari ini, jika ia terus menerus membiarkan Aleana tinggal dengannya, Alec yang akan mendapatkan masalah. Ia tidak mau hal kecil merusak usahanya yang ia bangun dari nol. Semalam, Alec pikir ia hanya ingin bercinta setelah beberapa minggu tidak melakukan kegiatan panas semacam itu. Dan kebetulan Aleana ada di hadapannya, jadi Alec pikir tidak ada salahnya bercinta dengan Aleana. Wanita itu tidak buruk, ia cantik dan mempesona. Alec mengakui itu.
"Ya sudah. Aku akan pergi." ucap Aleana lirih. Ada perasaan iba saat Alec mendengarkan Aleana bicara seperti itu. " Tapi sebelum aku pergi, boleh aku meminta sesuatu darimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL (21+)| END
RomanceADULT ROMANCE 🔞 Story by Boueberry Kecantikan wanita dari pertemuan tak terduga di rumahnya membuat Alec Tempest terpukau seketika itu juga. Dia adalah Aleana Tamsin, masuk ke kehidupannya yang baru saja bangkit dari rasa sakit karena pengkhianata...