Part 5

10.6K 519 46
                                    

Jangan lupa vote and comment...



Aleana Tamsin membuka matanya perlahan. Ia meraba sekitar ranjang tempatnya berbaring sekarang dengan tangannya. Ia tidak menemukan pria itu. Pria yang terus saja memarahinya tanpa alasan yang tidak jelas. Kepalanya terasa sakit sekarang, ia bermimpi buruk, sangat buruk.

Aleana Tamsin memiringkan tubuhnya, dan memikirkan apa yang baru saja ia alami di dalam mimpinya. Sejak acara kabur yang ia lakukan beberapa hari yang lalu, Aleana tidak pernah sekalipun memikirkan atau menanyakan pada dirinya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya ingat, jika dirinya belum sedewasa ini, ia bahkan masih ingat saat tidak ada payudara sebesar ini di dadanya. Membicarakan payudara miliknya sendiri mengingatkan Aleana pada pria itu. Pria yang selalu memainkan puncak payudaranya dengan gerakan yang sialnya menciptakan gelenyar aneh di tubuhnya. Anehnya, Aleana menyukainya saat pria itu terus saja memakan payudaranya, hingga dirinya tertidur.

Wajahnya memerah sekarang. Apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa Aleana terus saja memikirkan pria malang itu. Ah salah, ia bukan pria malang lagi. Sekarang ia tahu jika benda itu adalah...adalah tempat kencing seorang pria. Ya ampun! Apa yang sedang aku pikirkan?! Sebenarnya ini pertama kalinya Aleana bertemu dengan orang yang di sebut dengan pria. Tidak! Tidak! Ia bertemu dengan pria saat dirinya harus kabur dari suatu tempat, yang kemudian ia dikejar pria asing dari sana. Aleana lupa, sudah berapa banyak pria yang ia temui sejak saat itu.

"Sudah bangun?" Alec tiba-tiba memecahkan lamunan Aleana. Ia menatap Alec yang sudah berpakaian rapi dengan setelan kemeja berwarna putih. Pria itu juga memakai setelan jas yang senada dengan warna celananya. Sepertinya ia akan pergi.

Aleana terbangun, dan bersandar di dinding ranjang dengan menatap Alec datar."Kau mau pergi?" tanyanya. Pria itu terlihat gagah dan tampan dengan ataupun tanpa pakaian sedikitpun. Ia sudah pernah melihat bagian paling penting yang ada dalam diri Alec, dan sekarang, Aleana sedikit terpukau dengan penampilan Alec yang formal saat ini.

"Ya." Jawab Alec dingin. Ia mengancing lengan kemejanya dan melonggarkan ikatan dasi yang sedang ia pakai saat ini.

"Begitu ya," Alena mengucapkannya seolah-olah jika dirinya akan merasa kesepian. Dan Alec melihat ekspresi itu.

"Berhenti menunjukan wajah seperti itu padaku. Kau tahu aku tidak akan terpengaruh sedikitpun, Ale!"

Ale...Aleana kembali tersipu. Entah kenapa ia begitu menyukai cara pria itu memanggilnya, Sexy, gadis bodoh, dan sekarang Ale. Ia berpikir jika pria itu telah mempercayainya, jika namanya adalah Aleana Tamsin. Sebenarnya ia sendiri ragu, kenapa nama itu yang ada di pikirannya saat itu.

"Kapan kau kembali?"

Alec mengerutkan keningnya dan mencuramkan alis melihat Aleana yang bertanya padanya. Wanita itu bertanya seolah-olah jika dirinya akan menunggu Alec kembali. "Kau tidak berencana menungguku bukan?" tanya Alec ketus. "Apa kau lupa jika aku membiarkanmu tidur disini karena aku tidak ada pilihan lain. Dan kuharap kau sudah pergi dari tempat ini saat aku kembali nanti."

"Aku tidak percaya jika kau tidak memiliki hati nurani."

"Lagi?" bibir Alec mengkerut. Wanita itu selalu saja menguji batas kesabarannya. Siang tadi mereka bertengkar karena hal yang seharusnya tidak mereka perdebatkan, dan sekarang, setelah Alec membiarkan wanita itu kembali berbaring di atas ranjangnya, wanita itu kembali mengatakan hal yang hampir sama dengan kejadian siang tadi? Alec rasa wanita ini memang tidak waras dan tidak tahu diri!

Aleana menyadari kemarahan yang akan keluar dari mulut Alec. Dan ia lupa jika ia baru saja membuat Alec marah siang tadi, dan Alec telah menghukumnya dengan memukul bokongnya sampai merah dan pria itu juga menghukum Aleana dengan meremas-remas payudaranya dan juga memakannya berkali-kali. Aleana menjadi panas jika mengingatnya. Bagaimana tidak, jenggot pria itu terus saja menggesek-gesek pipi dan dadanya, Aleana yakin, payudaranya akan lebam jika setiap hari pria itu melakukan hal yang sama setiap kali menghukumnya seperti itu.

CRAZY GIRL (21+)| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang