Fighting, Bro!

3K 214 0
                                    

Malam telah tiba, sekaligus malam yang berbeda. Pria itu duduk dengan tenang di sebuah gazebo kecil di dekat kolam renang. Suasana di sekitar tampak sepi karena ia hanya sendirian disini, di belakang rumah Alula. Ya, Jerry menginap disini malam ini. Ini pun sempat menjadi perdebatan antara sepasang suami-istri itu. Jerry sih sebenarnya bisa saja pergi dari sini dan memesan hotel, tapi Alula tetap keukeuh. Dan akhirnya Jerry masih disini sampai esok hari.

Jerry tak mau berada dalam situasi tidak menyenangkan ini. Dimana setiap saat harus melihat Arga terus menempel pada Alula. Ck! Jerry tahu apa maksudnya ini, mencoba membuat Jerry iri.

"Jangan muram gitu, gaenak gue liatnya. Pake acara ngegalau lagi, hadeh!" Celetuk Arga tiba-tiba yang entah kapan pria itu datang.

Jerry hanya mendengus. Tak membalas celetukan pria di sebelahnya yang duduk dengan tidak sabar.

"Sorry buat hari ini, bro. Gue udah denger penjelasan dari istri gue. Gue paham lo cinta sama Lula, tapi masalahnya disini dia udah nikah, udah bahagia juga. Bahkan suaminya di depan lo ini." Ucap Arga.

Jerry menoleh tajam, Tak perlu di perjelas juga dimana posisinya saat ini.

Arga terkekeh. "Oke-oke. Anggap aja disini gue bukan suaminya Lula, tapi sahabat lo. Gue ngomong gini juga demi kebaikan lo kedepannya. Jangan terpuruk sama masa lalu. Lula, gue, beserta yang lain pengen juga lihat lo bahagia. Jangan egois cuma karena masa lalu, Jer." Lanjut Arga.

Jerry merasa tertohok sekali. Selama ini ia salah, menunggu cinta yang tak akan pernah datang. Bahkan jika menyalahkan takdir pun, Jerry tak bisa memiliki Alula bagaimanapun juga.

"Lupain Alula, mulailah anggap dia sebagai sahabat lagi seperti yang lo lakuin dulu. Boleh lo nganggap Lula spesial, tapi sebatas sahabat aja enggak lebih. Lo berhak bahagia. Gue yakin, pasti banyak cewek yang ngincer lo mengingat riwayat dan tampang lo yang udah cukup mumpuni. Atau mungkin, bisa aja jodoh lo lagi jalan kearah lo tanpa sepengetahuan. Cari dia, temuin dia dan jagain dia." Arga berbicara bijak, entah sejak kapan si brengsek Arga berubah drastis seperti ini.

"Jer, dengerin gua enggak sih? Ngomong panjang lebar begini biar lo paham." Decak Arga karena sedari tadi ia terus berceloteh tapi tak ada sahutan apapun. Berasa lagi ngomong sama patung.

Jerry menaikkan sebelah alisnya. "Ya?"

Arga mendengus. Singkat sekali.

"Baiklah, lo dengerin gue aja. Setelah selesai lo harus pastiin lo ngerti. Oke lanjut. Cari kebahagian lo yang tertutupi keegoisan lo, Jer. Semuanya enggak mau liat lo terus gini, gila kerja tanpa tahu rasanya bahagia. Percuma banyak harta tapi kalau lo aja enggak bisa bahagia minimal buat diri lo sendiri lah. Paham kan lo?!" Arga menyenggol lengan Jerry.

Benar, Jerry pantas bahagia. Selama ini Jerry terlalu serius dalam bekerja sehingga lupa akan caranya bahagia. Banyak wanita yang mengantri untuknya, tapi Jerry malah merasa masa bodoh.

Jerry tersenyum kecil, "Thanks, sudah kasih saya saran. Saya tahu tadi sangat keterlaluan, maafkan saya jika saya sudah membuat kalian seperti ini."

Arga mengangguk, tersenyum lebar. "Gue kan sahabat lo juga, bro. Udah seharusnya gue bantu nyadarin lo. Gue dan Lula udah maafin lo. Semoga lo mendapat kebahagiaan. Jangan sungkan buat cerita kalau lo udah dapat cewek, kalo bisa langsung di jadiin istri aja."

Jerry sontak tertawa. "Sialan! Saya tahu, tapi tidak perlu. Saya ingin menyembuhkan luka ini dulu, saya tidak mau jika nantinya istri saya malah sakit hati karena cintanya terbagi."

Miss Red HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang