Bangun tidur pagi ini bukannya membuat pikiranku segar, tetapi malah membuat kepalaku seakan ingin pecah. Ini semua gara-gara mantan bossku itu. Gara-gara dia aku terus memikirkan ucapannya semalam. Segala jangan memilihnya, berkata bagus dan masih banyak lagi yang bahkan aku enggak mengerti apa maksudnya. Dan yang lebih parahnya, Mister Scatneer menyuruhku untuk datang ke hotel tempat dia menginap selama di sini pagi-pagi sekali. Entah untuk apa.
Ingin sekali menolaknya karena jujur saja itu mengerikan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi mengingat ancamannya aku sungguh tak bisa menolak. Ck!
Eh, oh ya!
Kira-kira sekarang jam berapa ya?
06.22 WIB
Mampus! Aku segera menyambar handuk yang tergantung dan mandi secepat kilat. Setelah selesai aku memakai setelan santai karena aku tidak bekerja. Lalu sedikit memoleskan makeup dan tak lupa lipstick merah andalanku, juga heels yang baru aku beli mencocokkan dengan pakaianku hari ini.
Aku keluar kamar dengan buru-buru bahkan membuat Mira yang baru keluar memandangku terheran-heran.
"Pagi, Mir. Aku berangkat!" Kataku berteriak sembari menuruni tangga.
Mira menjawabku tapi aku tak tahu apa yang dia katakan. Ah sudahlah! Ojol yang siap mengantarku sudah siap siaga dan aku cepat menuju ke hotel di mana si mantan boss menyebalkan itu berada.
Menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya aku sampai di lobi hotel dengan ekspresi tak percaya dan aku yakin pasti tadi aku sempat menganga lebar. Belum sampai di situ, aku di buat terkejut dengan biaya ongkos ojek yang menurutku lumayan besar. Hampir seratus ribu aku membayar ongkos ojek itu, di karena kan aku tak melihat biayanya dari awal. Itu kecerobohanku, sih.
Aku pun mendatangi salah satu penjaga resepsionis dan menanyakan kamar yang di maksud yang langsung mengarahkanku secara langsung menuju kamar itu. Aku seperti tamu yang menginap di hotel mewah ini, padahal aku hanya orang biasa. Tapi dedikasi mereka terhadap perusahaan dan juga biaya menginap di sini lumayan fantastis membuat mereka wajib mengikuti aturan. Merekapun di bayar cuma-cuma.
Bagiku, aku mau mati saja jika harus menginap di sini. Mendengar biaya menginap permalam saja hampir membuat spot jantungku berdetak lebih kencang.
Tak hanya itu, lorong-lorong yang aku lewati pun terlihat begitu mewah dengan lampu dinding melekat indah di setiap sisi kiri-kananku. Karpet merah layaknya sedang berjalan di atas catwalk, menjadi alas lantai yang aku pijak.
"Di sini ruangannya, Bu. Ibu bisa klik tombol yang berada tepat di atas card room." Ucap salah satu pegawai hotel.
Aku mengangguk. "Makasih." Kataku.
Pegawai itu tersenyum ramah. "Sama-sama. Permisi, Bu." Katanya lalu pergi.
Kembali ke mantan boss. Aku memandang garang kearah pintu cokelat dengan ukiran yang begitu artistik. Melupakan sejenak ketakjubanku dan kembali kesal. Aku memencet tombol itu dengan berulangkali. Biar saja si mantan boss tahu diri. Aku susah payah datang dan mengorbankan biaya ojol yang lumayan mahal.
Pintu terbuka lebar, sosok laki-laki yang aku cari berdiri tepat di dalam sana. Memandangku dengan sorot tak terbaca. Aku melangkahkan kaki ke dalam tanpa menunggu Mister Scatneer menyuruhku. Ini bukan lagi tentang atasan dan bawahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Red Heels
RomanceKetika aku berjanji, aku tak akan pernah mengingkarinya. Aku teringat dengan kegilaanku dulu, dimana aku berjanji kepada diriku sendiri maupun Tuhan, Aku akan menerima lamaran pria manapun yang datang kerumah meminta izin dengan maksud menikahiku. G...