Enam bulan sudah aku berada di sini, tepatnya Kota Frankfurt salah satu kota bagian Negara Jerman. Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat dan hari ini adalah hari terakhirku. Seketika kilasan balik kenangan enam bulan terakhir muncul begitu saja. Hati kecilku meringis, ada rasa tak percaya bahwa aku bisa melewati hari-hari yang bisa di bilang tak mudah namun nyatanya aku bisa berada di titik terakhir ini.
Selama di sini, aku juga banyak belajar tentang semua hal termasuk sedikitnya aku tahu tentang bisnis yang Mister Scatneer jalankan. Dia hebat, sungguh hebat. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi tentangnya. Aku kagum dengannya dan aku juga cukup bangga karena aku bisa berada di sisinya sekarang. Emm...maksudnya bangga bukan karena dalam persepsi negatif kalian ya, I mean bisa menjadi salah satu wanita yang di andalkan oleh dia. Menjadi penguat dikala dia terpuruk, penyemangat di kala dia lelah, penghibur di kala dia jenuh dan apalagi aku mungkin wanita satu-satunya yang dia cari dan dia percaya selama ini untuk terus berada di sisinya kelak.
Yeah, can we together after passing many things meskipun belum resmi sih. Tapi apa salahnya aku sedikit pamer kebahagiaan kalau aku sudah dilamar secara pribadi oleh Mister Scatneer. Apalagi di lamarnya waktu dia baru aja sembuh dari demam, enggak romantis banget kan? Haha, memang.
Aku tertawa kecil kala mengingatnya lagi. Lalu menyesap teh hangat di temani cookies apalagi suasana pagi hari di apartemen mewah milik Mister Scatneer. Ah ya! Harusnya aku enggak di sini dan menemani Mister Scatneer mengucapkan salam perpisahan, tapi berhubung aku di bebas tugaskan dan di perintahkan untuk menikmati hari terakhirku di Jerman, di sinilah aku sekarang. Sendirian dan tentu menunggu Mister Scatneer, Angela dan Pak Zay kembali sebentar lagi.
Hingga tak berapa lama suara unit pintu apartemen terdengar nyaring di telinga menandakan orang-orang yang aku tunggu sudah datang. Aku segera menyambut mereka dengan senyuman lebar. Namun yang kutemukan hanya Mister Scatneer saja.
Belum sempat aku bertanya di mana keberadaan Angela dan Pak Zay. Mister Scatneer malah berhambur memelukku erat.
"Why? What the problem? Tell me, Reo." Tanyaku mulai khawatir.
Mister Scatneer menguraikan pelukannya dan tersenyum menenangkan membuatku akhirnya tersenyum lega, itu artinya semuanya baik-baik saja. Aku hanya khawatir dia kenapa-kenapa tadi, mengingat dia baru aja sembuh dari demamnya. Lalu aku mengajaknya duduk di sofa.
"I'm oke. Kamu jangan khawatir, aku hanya sedang rindu. Sejak malam itu waktu kita kembali di renggut. Apalagi besok kamu harus kembali ke Indonesia tanpa aku. Rasanya ini sangat sulit, aku tanpamu." Ucapnya yang nyaris membuatku tertawa tapi aku urungkan mengingat momen ini cukup sedih. Harusnya. "Kenapa kamu malah tertawa seperti itu?" Tanyanya dengan ekspresi kesal.
"Tidak apa-apa. Kamu sungguh berbeda, biasanya kamu hanya mengucapkan sepatah dua patah kata dan sekarang..." Kataku sengaja di jeda.
Dia merengut sebal. "Itu karenamu, Ivana. Kamu tahu itu."
Akupun mencondongkan badanku guna mengecup pipinya dengan gemas. "Tentu aja karena aku, karena aku adalah Ivana Deandira." Ucapku lalu kembali ke posisi semula.
Mister Scatneer langsung menyorotiku dengan tajam. Dia memandangku lama membuatku sedikit salah tingkah. Haish! Dia itu enggak sadar apa, aku juga bisa malu kalau di lihatin kayak gitu, belum lagi jantungku yang berdetak lebih kencang dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Red Heels
RomansaKetika aku berjanji, aku tak akan pernah mengingkarinya. Aku teringat dengan kegilaanku dulu, dimana aku berjanji kepada diriku sendiri maupun Tuhan, Aku akan menerima lamaran pria manapun yang datang kerumah meminta izin dengan maksud menikahiku. G...