Hari masih gelap dan aku lihat terakhir kali jam masih menunjukkan pukul 04.30 pagi dan sekarang aku, Mister Scatneer, Pak Zay dan Angela sudah berdiri di depan gedung pencakar langit dengan perasaan campur aduk.
Bukannya apa, baru saja aku merasa tidur nyenyak tiba-tiba Mister Scatneer membangunkanku dan begitu membuka mata, aku langsung di suguhkan dengan kehadiran Pak Zay dan Angela yang tengah menatapku dengan sorot gelisah.
Dan inilah jawabannya.
Kami memasuki ruang rapat dengan tergesa-gesa yang ternyata sudah hadir semua para petinggi begitu mereka berdiri salam hormat kepada kami. Aku yang merasa tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan ini, segera keluar setelah meminta izin kepada Mister Scatneer. Tapi aku penasaran juga ada masalah seperti apa sehingga di adakannya rapat super dadakan ini yang diluar jadwal. Yang aku dengar sih masalahnya tentang proyek pembangunan hotel.
Tapi aku sungguh berharap kalau masalah apapun itu cepat teratasi.
Aku menghela napas gusar, menatap lobi yang begitu sepi dan hanya ada beberapa penjaga keamanan yang mondar-mandir sejak tadi. Sembari menunggu, aku mengecek tablet melihat agenda Mister Scatneer hari ini dan yah selalu padat seperti biasa. Setelah itu mengecek email masuk dan membalasnya satu-persatu.
Hingga aku tak sadar menguap dengan lebar karena masih mengantuk membuat seseorang tertawa keras. Aku menoleh tajam pelakunya yang ternyata Angela. Heh! Ngapain dia ada disini? Jelas-jelas tadi lagi tegang banget keadaannya.
"Maaf ya, sepertinya kamu belum terbiasa melakukan hal tiba-tiba seperti ini." Katanya dengan sedikit menyesal lalu wanita itu duduk di sebelahku.
"Enggak masalah. Aku harus selalu siap kapan aja aku di butuhkan. Kenapa ada di sini? Bukannya di ruang rapat lagi tegang banget ya?" Tanyaku heran.
Angela mengangguk. "Udah selesai, kok. Meski ada sedikit kendala." Katanya.
"Mister Scatneer?" Tanyaku yang heran tidak melihat keberadaan bos besar itu.
"Sibuk sama beberapa berkas yang harus selesai pagi ini. Soal dana proyek yang ternyata tidak sesuai saja."
Aku mengangguk, apalah itu. "Hari ini aku enggak akan diem di sini. Lagian ini daerah teritorial kamu, kayaknya aku enggak terlalu di butuhin kalau lagi di kantor begini, jadi aku mutusin buat pergi belanja." Kataku menjelaskan soal kegiatanku hari ini.
Angela langsung menatapku dengan mata melotot. "Kenapa begitu? Kamu ini sama saja kayak aku, sama-sama di butuhin mau itu di kantor atau tidak sekalipun tau! Enak banget kamu bisa belanja sedangkan aku harus bekerja keras di sini."
Aku tertawa mendengar penuturannya. Angela sepertinya salah paham. "Bukan belanja seperti apa yang kamu pikirin. Maksud aku, mulai hari ini aku mau memperhatikan kesehatan kalian dengan menyiapkan sarapan pagi. Liat kan? Kalian selalu sibuk sampai enggak sempat mikirin kesehatan sendiri! Kalau bukan aku, siapa lagi?"
Angela mendelik. "Jelasin dong, makanya! Aku kira kamu mau happy-happy belanja barang dan meninggalkan tanggungjawab kamu. Ck! Baiklah, aku mana bisa menolak."
"Kamu aja yang nyerocos duluan. Makanya dengerin aku dulu." Kataku sebal.
"Nyerocos itu apa? Jangan pakai bahasa yang tidak aku mengerti dong! Aku jadi bingung." Ucapnya sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Red Heels
RomansKetika aku berjanji, aku tak akan pernah mengingkarinya. Aku teringat dengan kegilaanku dulu, dimana aku berjanji kepada diriku sendiri maupun Tuhan, Aku akan menerima lamaran pria manapun yang datang kerumah meminta izin dengan maksud menikahiku. G...