Setelah bus yang Amira tunggu berhenti di depan matanya dia langsung naik bersama kucing yang tadi sempat ia beri nama. Ya, namanya Reyhan Choco. Entah kenapa ia memberikannya nama itu, sebab nama itu sepontan saja keluar dari mulutnya
Amira duduk di kursi dekat kaca, menatap Reyhan yang berada di pangkuannya. Untung saja penumpang di bus tidak ramai, hanya ada ia dan 3 orang siswa lain yang entah dari sekolah mana. Dengan sengaja Amira duduk cukup jauh dari tempat duduk mereka, karena takut ada yang ternganggu dengan kucing yang Amira bawa.
Sesama manusia, kita tidak sepenuhnya tahu hal-hal seperti apa yang manusia itu tidak suka.
Setelah beberapa menit akhirnya Amira turun dari bus itu, masuk kedalam komplek yang sedikit ramai dengan kehadiran anak-anak yang bermain di sore hari. Amira cepat-cepat menuju rumah dengan Reyhan yang betah berada dipangkuannya.
"Halo bunda, Mira pulang" ucap Amira masuk kedalam rumah sembari menurunkan Reyhan agar berjalan di lantai.
Tak lama setelah itu bunda Amira yang bernama Shanti Zaleeta datang, menatap Amira dengan senyum hangat yang tercetak di bibirnya. Tapi, senyuman itu pudar berganti kerutan dahi saat ia melihat kearah Reyhan yang terkurap di bawah lantai.
"Ini kucing siapa? Kok ada disini? Coba kamu usir ra" pertanyaan serta pernyataan bunda Shanti Amira balas dengan senyuman. Bunshan -Bunda Shanti- yang melihat Amira tersenyum semakin mengerutkan dahinya.
"Kok malah senyum? Jangan bilang kalau ini.." ucapan Bunshan tak lagi ia teruskan, dan setelah Amira mengangguk Bunshan kembali tersenyum dengan senyum hangatnya.
"Yakin mau?" tanya Bunshan dibalas anggukan oleh Amira.
"Yakin bisa?" tanya Bunshan kembali membuat Amira mengangguk dua kali lipat agar bisa meyakinkan bundanya.
"Yaudah kalau emang kamu yakin banget, sekarang kamu bersihin kucingnya dulu sebelum kamu bersih-bersih diri" Amira mengangguk mendengar perintah bunda.
Dengan cepat Amira naik ke atas tangga dan berjalan menuju kamarnya, menengok ke arah Reyhan yang mengikuti langkahnya. Salah satu alasan kenapa Amira ingin memelihara Reyhan karena setiap Amira bertemu dengannya dia pasti mengikuti Amira, memang kucing menggemaskan. Ralat, mungkin menyebalkan karena dulu Amira pernah telat masuk kelas hanya karena berusaha kabur dari kucing ini agar tidak mengikutinya sampai kelas.
Dengan segera Amira menggendong Reyhan dan membawanya kedalam kamar mandi, memandikannya dengan telaten agar tubuhnya bersih tanpa noda. Tapi, memandikannya ternyata tak semudah yang Amira pikirkan. Satu goresan berhasil Reyhan ukir di tangan kiri Amira.
Reyhan mengaung ketika Amira membasuhnya dengan air, karena tak mau lagi terkena goresan seni karya nya Amira memandikan Reyhan dengan sangat cepat. Setelah selesai Amira mengelap Reyhan dengan handuk kecil yang biasanya ia pakai untuk mengeringkan rambutnya.
Oke, sepertinya handuk ini akan Amira klaim menjadi handuk milik Reyhan. Bukan miliknya lagi, selamat Reyhan.
Setelah mengelap Reyhan Amira membawanya ke depan cermin dimana ia meletakkan alat-alat yang biasa dipakai wanita seperti lotion, sunblok, bedak dan sebagainya.
Saat sudah menyimpan Reyhan di kursi Amira mengambil hair dryer untuk mengeringkan bulu-bulu Reyhan yang basah. Setelahnya Amira menyemprotkan minyak wanginya agar saat orang mencium bau Reyhan orang itu akan ingat kepadanya dan tau bahwa Reyhan miliknya.
Setelah selesai Amira membiarkan Reyhan bermain di atas kasur. Sebelum itu ia sedikit melambatkan gerak kipas angin yang berada tak jauh dari ranjang tempat tidurnya berada, lalu Amira langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mulai membersihkan diri.
Dan saat Amira keluar dari kamar mandi ia melihat Reyhan tengah tertidur pulas di atas kasur, rasanya sangat senang karena akan ada yang bisa menemani Amira untuk hari-harinya kedepan.
Tidak seperti sebelumnya, seperti bumi yang terus menerus hanya bisa mengelilingi matahari. Atau seperti ikan paus yang hanya bisa hidup di dasar air laut.
Amira juga ingin seperti burung, yang ditemani burung lainnya untuk berkelana mengelilingi dunia. Bukan seperti dinosaurus yang saling menyakiti dan akhirnya punah karena ulah diri mereka sendiri.
Dan hal itu tidak ingin sampai terjadi, berdiam diri sampai punah karena kebosanan diri sendiri. Mengenaskan, ahaha.
Amira mengambil satu style pakaian yang akan ia pakai sore ini, tidak repot. Hanya kaos lengan pendek dan celana sebatas lutut saja. Rambut basah yang sudah Amira keringkan juga ia gulung agar tidak membuatnya gerah.
Perlahan Amira mendekat ke arah Reyhan yang masih tertidur pulas di kasur, "halo Rey, aku senang kamu ada disini" ucap Amira, setelah itu ia mengecup dahi Reyhan.
Ikut membaringkan tubuhnya di samping Reyhan sambil menatap langit-langit kamar, ia harap hidupnya tidak akan kesepian lagi ketika sang bunda bekerja dan meninggalkannya dirumah sendiri.
Bunda Shanti yang bekerja sebagai dosen disebuah universitas besar memang terkadang sedikit sibuk, membuat Amira mau tak mau harus memahami seperti apa kesibukkan bundanya. Karena menurut Amira bundanya bekerja juga untuk membantu ekonomi keluarga mereka, ditambah ayahnya yang jarang pulang karena beliau seorang pilot yang mesti mengantar banyak orang dari negara satu ke negara lain.
Bukan berarti keluarga mereka kekurangan ekonomi, bahkan ekonomi keluarga mereka bisa dibilang lebih dari cukup. Hanya, yang Amira harapkan berkumpulnya keluarga mereka harus lebih sering dan Amira ingin ayahnya lebih sering juga pulang dan menemuinya. Ia jarang melihat sang ayah pulang kerumah, tapi walau begitu sang ayah tak jarang mengirim pesan atau telepon kepadanya. Sambil berkata suatu saat nanti ayahnya pasti akan membawa dirinya dan bunda berkeliling dunia.
Sebenarnya Amira juga tidak sedih dengan kesibukkan kedua orang tuanya, tapi Amira sedih karena ia sering rindu dengan keramaian keluarganya. Tapi hal itu bisa ia maklumi karena Amira tau kedua orang tuanya dulu mati-matian belajar untuk menggapai cita-cita mereka. Tidak marah atau dendam justru Amira bangga karena ia memiliki orang tua yang sukses dan hebat seperti mereka.
Bahkan Amira sendiri kurang yakin apa dia bisa menjadi orang yang sukses seperti kedua orang tuanya? Tapi apapun yang akan terjadi ia akan berjuang dan berusaha bahwa dia akan bisa menjadi orang sukses seperti bunda dan ayahnya.
"Aku pasti bisa kan Rey?" tanya Amira menengok ke arah Reyhan yang masih tertidur pulas.
Hingga sadar tak sadar rasa kantuk mulai datang membuat Amira mulai masuk ke alam bawah sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN
Teen FictionMenurut Reyhan, Dunia mengandung banyak tanda tanya. Begitupun dengan manusia yang hidup di dalamnya. Ada manusia yang selalu ditanya, maupun manusia yang selalu bertanya. Serta ada pula manusia yang selalu ditanya dan bertanya, seperti dirinya send...