10. Keluarga

135 18 0
                                    

Amira masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan segera berebahkan tubuhnya di atas kasur.

Ia terisak, entah kenapa ada sesuatu yang bergejolak dalam hatinya. Ada sesuatu yang ia sendiri tidak tau apa itu. Sekarang dia butuh seseorang untuk mendekapnya, tapi nihil. Bunda dan Ayahnya belum pulang dan ia tidak punya siapa-siapa lagi.

"Apa takdir aku emang gini terus? Tapi kenapa aku nangis cuman karena liat kamu tadi?" ujar Amira masih dengan tangisannya.

Tangisnya senyap, tak bersua sedikitpun. Yang ada hanya air mata yang menetes membasahi kedua pipinya. Ia tidak tau apa yang ada di dalam hatinya, Cemburu? Tapi sejak kapan?

***

Reyhan mengendarai motornya membelah jalanan di sore hari yang mulai ramai karena dipenuhi orang-orang yang baru pulang dari  tempat mereka mencari uang atau pun mencari ilmu.

Sesampainya di rumah Reyhan langsung menyimpan motornya di garasi dan masuk ke dalam.

"Rey pulang momskyyy" teriak Reyhan mencari keberadaan sang mamah.

"Jangan berisik bang!" Reyhan menoleh, melihat papahnya tengah duduk di bangku sofa sambil menonton televisi.

"Popsky kok ada disini? udah pulang? gimana kerjanya? Cape ya? Tapi dapet uang kan popsky? Soalnya kalau gak dapet uang nanti momsky gak bisa menipedi cyin" cerocos Reyhan sambil mengikuti gaya mba salon yang sering mamahnya datangi bersama dirinya akhir-akhir ini.

Wisnu bergidik mendengar suara dan gaya bengkok putranya, dengan gemas ia mengusap wajah putranya dan menarik hidungnya.

"Awss.. aduh popsky sakit popsky!" teriak Reyhan memegangi hidungnya yang tampak memerah.

"Yu mau menipedi juga heh cyin?" tanya Wisnu mengikuti gaya Reyhan tadi.

"Enggak dong popsky, Reyhan biasanya cuman nganter momsky aja. Sekalian liat cewe cakep yang nyalon" kilah Reyhan masih mengelus hidungnya.

"Berisik banget sih ini ada apa, pasti lagi ngegibahin bunda ya?" tuding Wulan yang baru datang dari arah dapur sambil memicingkan matanya.

"Ko momsky tau? momsky bisa mendengar suara Rey dalam jarak cukup jauh ya kayak tikus?" Reyhan malah balik menuding Wulan membuat Wulan kesal mendengarnya.

"Enak aja kamu samain bunda sama tikus" Wulan memberengut sambil menatap ke arah lain.

"Hehew, maap ya momsky. Oh iya momsky, nanti momsky Reyhan anter menipedi kyurrrr cyin ya" ucap Reyhan mencoba menyuap kemarahan mamahnya.

"Beneran? Aaaa.. bunda sayang Reyhan" Wulan memeluk tubuh tegap Reyhan dengan hangat sambil mengelus rambut lembut Reyhan.

"Bunda sayang abang, cinta abang, kasih abang" ucap Wulan sambil mengecup kedua pipi putranya.

"Ini alasan gue berubah, gue lebih suka sama kehidupan gue sekarang" batin Reyhan berkata.

"Abang juga sayang momsky, cinta momsky, kasih momsky" peluk balik Reyhan mengecup kening bundanya.

Ditengah kemesraan seorang ibu dan putra, Wisnu yang sedari tadi melihat adegan itu hanya tersenyum simpul.

"Papah kok gak di peluk terus di cium-cium?" tanya Wisnu dengan nada cemburu.

"Gak ah" jawab kompak Wulan dan Reyhan.

"Okey nanti gak bakal di kasih uang buat ke salonnya" ucap Wisnu mencoba menakut-nakuti.

Wulan dan Reyhan yang mendengarnya langsung saling tatap, dan dengan sigap memeluk tubuh Wisnu.

"Nanti kalau bukan papah yang ngasih uang siapa dong yang ngasih, kan suami bunda cuman satu" ucap Wulan.

"Iya.. nanti juga kalau momsky gak jadi ke salon, Reyhan juga gak jadi ketemu cewe cakep dong" timpal Reyhan.

Dengan kompak mereka berdua mencium kedua pipi Wisnu dari arah yang berbeda.

"ASTAGHFILULLAH.. INI KENAPA GAK AJAK-AJAK AZMI SIH? KAN AZMI JUGA MAU IKUTAN" Azmi yang baru bangun dari tidur siang dan hendak turun melotot melihat permandangan di bawah, dengan cepat ia turun dan duduk di samping Reyhan.

Wulan, Reyhan, dan Wisnu yang melihat Azmi berlari tertawa kecil.

"Ini lagi ngapain sih?" bisik Azmi pada Reyhan.

"Ini lagi nyogok biar dikasih duit" bisik Reyhan memberi tahu.

"Emang mau kemana?" bisik Azmi bertanya.

"Ke mall, mau menipedi cyin" refleks Azmi bergidik mendengar nada bicara Reyhan, namun karena penasaran ia bertanya kembali.

"Kapan? Sama siapa?" tanya Azmi masih berbisik.

"Gatau, sama nyokap" bisik Reyhan.

"Wesweswesweswes aja terosssss" sindir Wisnu menatap putra dan keponakannya.

Reyhan dan Azmi yang sadar akan sindiran itu langsung menyengir.

"Om.. Azmi juga mau dikasih uang dong" ucap Azmi memasang wajah puppy eyes.

"Dih lemes amat tuh muka" Reyhan mengusap wajah Azmi membuat sang empu memberengut.

"Kalau mau jalan-jalan ke salon mau menidepi kyurrr... cyin. Sekarang pada beres-beres dulu, mamah masak nya lanjut lagi. Reyhan ganti baju terus mandi, dan Azmi bantu tante masak ya" ujar Wisnu diangguki semuanya.

Seperkian detik hening, Wulan seperti melupakan sesuatu. Saat ingat, ia langsung lari terbirit-birit ke arah dapur.

"IKAN GORENG MAMAH GOSONGGG!!" teriak Wulan mengundang tawa anggota keluarga yang lainnya.

"TANTE TUNGGU AZMII!!" Azmi berlari mengikuti tantenya.

Wisnu menoleh ke arah Reyhan yang melamun.

"Hey! ayo ganti baju dulu" suruh Wisnu diangguki refleks Reyhan.

"Siap grak" ujar Reyhan lalu pergi menuju kamarnya.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang