Amira yang tengah berjalan hendak pergi ke perpustakaan di hadang oleh seorang laki-laki yang kemarin menarik tangannya. Yakni Ferdo Permana, kakak kelasnya.
"Ada apa ya kak?" tanya Amira bingung.
"Kamu mau kemana? Biar aku temenin" tanya balik Ferdo ditemani senyum manisnya.
Amira menghembuskan nafas, sedikit kesal karena Ferdo selalu balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan.
Saat Amira hendak kembali berbicara ia mendengar tawa seseorang dari arah belakang tubuhnya. Mau tak mau ia menengok dan melihat sosok laki-laki yang kemarin menolongnya.
"Hahaha, gimana-gimana? Biar aku temenin?" laki-laki yang tak lain adalah Reyhan tertawa mengejek ucapan Ferdo.
"Maksud lo apa?" tanya Ferdo menatap Reyhan sengit.
Reyhan yang ditatap seperti itu berusaha tenang, lalu berjalan mendekat ke arah Ferdo, "santai aja kali bro, gue cuman bercanda" ucap Reyhan menepuk bahu Ferdo lalu pergi meninggalkan Amira dan Ferdo yang menatap kepergiannya.
"Dia siapa sih sebenernya?" tanya Amira dalam hati.
"Gimana? Bolehkan aku nemenin kamu?" tanya Ferdo menyadarkan Amira.
"E-enggak usah kak, aku sendiri aja. Permisi" tolak Amira lalu pergi meninggalkan Ferdo.
Entah kenapa Amira sedikit merasa terganggu setelah mengingat ucapan Ferdo kemarin, ia merasa Ferdo berbeda dengan Ferdo yang dulu pernah ia kagumi. Ferdo sekarang terlihat, menggelikan.
Ucapan-ucapannya terkesan seperti ucapan yang manis, namun bagi Amira ucapan itu seperti menggelitiki tubuhnya. Bukan menjadikannya bersemu malu seperti kemarin, tapi tadi entah kenapa Amira malah merasa sedikit jengkel atas sikap kakak kelasnya itu.
***
Reyhan berjalan menuju belakang sekolah, bersandar di dinding yang dihiasi oleh warna-warna pilok. Bukan, itu bukan perbuatannya, itu perbuatan para siswa yang sering membolos tapi memiliki bakat menggambar yang salah untuk mereka ekspos, menurut Reyhan.
Sebab, jika mereka mempunyai bakat menggambar seharusnya mereka mencoba mengikuti ekskul seni agar bisa mengekspos karya mereka lewat lukisan yang bisa saja dipilih guru untuk ditempel di mading atau bahkan dipilih mengikuti olimpiade seni kebudayaan. Bukan di dinding belakang sekolah yang hanya akan membuat mereka dihukum karena dapat merusak keindahan dan kerapihan sekolah.
Ia merongoh celana abunya dan mengeluarkan handphone berwarna hitamnya. Menghubungi salah satu nomor yang tadi sempat menghubunginya.
Saat panggilan itu terhubung Reyhan dapat mendengar suara bariton laki-laki yang seumuran dengannya.
"Kenapa han? tumben lo nelpon gue" tanya Reyhan pada orang yang ada di sebrang sana.
"Gue cuman mau ngasih tau, besok gue pulang. Dan bokap gue minta tolong sama lo buat bilangin ke kepala sekolah kalau gue mau pindah jurusan ke jurusan ips dan sekelas sama lo" ucap laki-laki bernama Farhan Yizrana yang merupakan teman dekat Reyhan.
Farhan merupakan satu-satunya teman dekat Reyhan saat mereka masih duduk di kelas 10, namun saat kenaikan kelas 11 Farhan ikut pergi dengan keluarganya ke Jepang untuk mengurus neneknya yang sakit parah.
"Enak banget ya jadi lo. Hampir satu tahun kagak ada kabar, eh tiba-tiba ngomong besok mau balik. Ditambah pake pindah jurusan segala" sindir Reyhan membuat Farhan yang ada disebrang sana tertawa.
"Haha, sorry aja nih. Tapi serius nih gue Rey, tolong bilangin ya ke kepsek. Besok gue kerumah lo juga sekalian ketemu Azmi, haha" ucap Farhan sambil terus tertawa.
Sedari dulu Farhan memang selalu mendekati Azmi, tapi saat Azmi hendak menerima Farhan dia malah pergi ke Jepang. Jadilah Azmi yang masih dengan orang lain dan Farhan yang harus berusaha dari nol lagi.
"Iya iya, tapi kebetulan juga nih ya si Azmi kemarin katanya abis putus sama pacarnya. Gak tau deh ini emang takdir atau cuman kebetulan" ucap Reyhan ketika mengingat sepupunya yang kemarin cemberut akibat putus cinta.
"Ya itu karena Azmi udah jadi jodoh gue, para laki-laki yang jadi mantan Azmi selama ini cuman buat nemenin Azmi disaat gue gak ada" kata Farhan dengan bangga, membuat Reyhan menyesal memberitahu kalau sepupunya habis putus cinta.
Belum sempat Reyhan membalas ucapan Farhan bel masuk sudah terdengar membuat Reyhan langsung memutuskan sambungan telepon mereka.
Ia langsung memasukan kembali handphonenya kedalam saku dan hendak pergi menuju kelasnya.
Namun, belum sempat Reyhan sampai di kelasnya saat dilorong kelas XI ada seseorang yang menimpuknya dengan gulungan kertas. Saat Reyhan mengambil dan membaca gulungan kertas itu ia mengernyit bingung, lalu menatap sekitar yang tidak menandakan ada kehadiran seseorang kecuali dirinya dan siswa-siswi kelas XI yang sudah berada di dalam kelas mereka.
Tanpa pikir panjang Reyhan langsung menyimpan kertas tadi di sakunya dan pergi menuju kelas.
Tak menyimpan dalam hati, sesampainya di kelas dia memasukkan kertas tadi kebawah mejanya. Hingga akhirnya datang seorang guru yang akan mengajar mata pelajaran selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN
Teen FictionMenurut Reyhan, Dunia mengandung banyak tanda tanya. Begitupun dengan manusia yang hidup di dalamnya. Ada manusia yang selalu ditanya, maupun manusia yang selalu bertanya. Serta ada pula manusia yang selalu ditanya dan bertanya, seperti dirinya send...