7. Ayah pulang

323 18 2
                                    

Amira dan Reyhan sudah sampai di halaman rumah Amira. Ia turun dan mengucapkan terima kasih pada Reyhan.

"Makasih banyak" ucap Amira setelah turun dari motor Reyhan.

"Kok banyak? sedikit aja kali. Orang ketiban nganter pulang doang" jawab Reyhan bergurau.

Amira sedikit tertegun. Sekedar mengantar saja? Berarti laki-laki yang ia ketahui bernama Reyhan ini sudah sering mengantar pulang perempuan? Ah sudahlah, itu juga bukan urusannya kan? pikir Amira.

"Emm.. maksudnya makasih juga buat waktu itu. Waktu kamu bantu ngambil kucing aku" ucap Amira menjelaskan.

"Santai aja, btw kening lo udah sembuh ya? Syukurlah" ucap Reyhan.

Amira yang mendengar itu dengan refleks segera memegang dahinya, ketika ingat bahwa kemarin dahinya berdenyut sakit dan berwarna merah ia langsung menatap Reyhan datar.

"Kamu sih salah. Ngapain pake lompat langsung dari atas pohon?" tuding Amira sinis.

"Lah? Ko gue? Ya lo lah yang salah. Siapa suruh nabrak gue? Udah tau badan pendek" balas Reyhan sarkatis.

Amira yang mendengarnya terkejut. Atas dasar apa Reyhan menyebutnya pendek? Ya.. memang sih tinggi tubuh Amira hanya sebatas dada Reyhan. Tapi saat Amira duduk di sekolah menengah pertama dia termasuk kategori siswi yang mempunyai perawakan tinggi.

Tanpa mau berdebat terus-menerus Amira segera pergi meninggalkan Reyhan dan masuk ke dalam rumahnya.

"GAK MAU NAWARIN GUE DULU BUAT MASUK?!" teriak Reyhan ketika melihat Amira membuka pagar rumahnya.

"GAK! KAMU PULANG AJA, LAGIAN RUMAH SAYA ATAPNYA PENDEK TAKUTNYA GAK MUAT BUAT KAMU YANG TINGGI" balas Amira dengan teriakkan yang lebih keras. Ditambah ia membalikkan ucapan Reyhan tadi.

Jika Reyhan bisa mengejek Amira pendek. Kenapa Amira tidak? Mungkin Reyhan saja yang terlalu tinggi. pikir Amira.

Setelah melihat gadis yang Reyhan ketahui bernama Amira itu masuk ke dalam rumahnya Reyhan hanya menggeleng heran. Apa salah jika ia mengatakan hal yang jujur? Dan soal atap rumah Amira yang pendek Reyhan rasa tidak, ia bisa melihat rumah Amira yang megah dengan desain dua lantai.

Tanpa terus memikirkan hal itu, Reyhan menjalankan motornya keluar dari komplek perumahaan tempat Amira tinggal, ia kembali ke jalan raya dan pergi menuju komplek rumahnya.

***

Amira masuk ke dalam rumah nya dengan wajah masam, namun ketika ia sampai di ruang tamu wajah masam nya berubah dengan ekspresi terkejut ketika ia melihat seorang pria paruh baya yang menatapnya dengan sorot penuh rindu.

"A-ayah.." ucap Amira parau.

Ayahnya yang bernama Sandi tersenyum. Merentangkan tangannya menyuruh sang putri untuk mendekat dan memeluk dirinya. Dan detik itu juga Amira segera memeluk tubuh tegap Ayahnya yang sudah lama ia tunggu pulang.

"Amira rindu ayah" suara Amira terdengar semakin parau.

"Ayah juga rindu Amira" balas ayahnya sambil mengecup surai sang putri berkali-kali.

Mereka melepaskan pelukan satu sama lain dan saling melempar senyum bahagia, ini hal yang sering Amira tunggu. Kepulangan ayahnya, Amira selalu senang setiap ayahnya pulang ke rumah. Ia terus menerus menatap wajah ayahnya dengan sorot penuh kebahagiaan. Berharap kesehatan dan keselamatan selalu berpihak pada sosok lelaki di depannya.

"Bundamu belum pulang juga?" ucap aysan -ayah Sandi- kepada Amira.

"Iya, bunda akhir-akhir ini sibuk nyiapin berkas-berkas dari mahasiswa di kampusnya" jawab Amira menceritakan kesibukkan bundanya.

"Kasihan bundamu, harusnya dia diam saja dirumah. Pasti cape terus-terusan mengecek berkas para mahasiswanya" keluh aysan sendu.

Amira menatap ayahnya sedih, ia tak pernah menyangka ayahnya akan berkata seperti itu. Sebab biasanya sang ayah selalu mendukung pekerjaan bundanya.

"Ayah rasa bundamu sangat lelah terus-terussan kayak gini" ucap aysan menatap Amira.

Saat Amira hendak menjawab seseorang didekat pintu menyela, membuat Amira dan Aysan menengok. Mereka terkejut ketika melihat Bunshan ada disana dengan berkas-berkas ditangannya.

"Kata siapa bunda lelah? Bunda baik-baik aja. Ini kan memang cita-cita bunda dari dulu" ucap Bunshan berjalan menghampiri Amira dan aysan.

Amira bisa melihat sorot penuh rindu dari kedua mata orang tuanya. Melihat mereka berpelukan dengan bundanya yang meneteskan air mata membuat Amira bahagia, akhirnya hari ini keluarga mereka akan kumpul dengan anggota ýang kumplit.

"Harusnya tuh ayah yang lelah, bulak-balik terus ke negera orang" ucap Bunshan dihadiahi tawa ringan Aysan.

"Enggak, justru ayah senang bisa bulak-balik negara. Semoga dilain hari ayah bisa bawa kalian jalan-jalan keliling dunia" ucap Aysan memeluk Amira dan Bunshan dengan penuh kasih sayang.

Sore itu, waktu dimana lelah selama berjam-jam yang menggerogoti diri seolah lenyap. Dibakar oleh api rindu dari orang yang tersayang. Ditambah dengan sinar senja yang menembus dari jendela rumah mereka.

Keluarga adalah sebuah sandaran serta jiwa kedua bagi seorang anak, jika tidak ada orang tua seorang anak pasti tidak akan bisa merasakan apa itu kasih sayang yang tercipta dari batin yang sama.

Sebaliknya dengan orang tua, jika tidak ada seorang putra atau putri yang dapat mereka rawat rasanya mereka tak bisa merasakan seperti apa rasanya menjadi pasangan suami istri yang sebenarnya.

Ya, tuhan memang selalu baik. Baru beberapa hari yang lalu Amira berkata dalam hati bahwa ia merindukan kekumplitan keluarganya, dan dengan tiba-tiba tuhan mengabulkan doa yang padahal belum sempat ia pinta. Ia baru saja berkata tanpa meminta. Tapi karena tuhan maha baik serta maha tau apa yang di inginkan hambanya ia langsung mengambulkan hal itu.

Amira senang, ia sangat senang. Dan entah perasaan dari mana tiba-tiba Amira terpikir pada sosok laki-laki yang mengantarnya tadi.

"Untung saja tadi saya bertemu dia, kalau tidak saya tidak akan bertemu ayah secepat ini. Saya harus berterima kasih sekali lagi sama dia" ucap Amira dalam hati.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang