3. Minta tolong

397 23 0
                                    

Siswa tampan bernama Reyhan tengah berjalan menuju area parkiran, berjalan dengan santai seolah habis tidak terjadi apa-apa. Padahal, saat dikelas tadi ia sudah berhasil membuat guru mata pelajaran terakhir menyuruhnya pulang lebih dulu tanpa mengikuti kuis.

Biasa, guru mantan pengajar disekolah dasar itu memang sering membuat kuis yang intinya bagi yang bisa menjawab boleh pulang duluan. Sedikit menjengkelkan dan menyenangkan sih, Reyhan jadi bisa menjahili guru itu dengan materi yang sudah ia pelajari tadi malam dengan cermat.

Saat Reyhan hendak mendekat kearah motornya yang berwarna merah hitam ada seorang perempuan yang memanggilnya, mau tak mau Reyhan menoleh.

"Ada apa?" Reyhan mati-matian menahan rasa kagetnya saat melihat perempuan itu.

"Aku boleh minta tolong?" tanya perempuan itu.

"Kenapa?" tanya balik Reyhan.

"Kucing aku kejebak diatas pohon, aku gak bisa ngambil, soalnya-" belum sempat perempuan yang bernama Amira itu menyelesaikan ucapannya Reyhan sudah menyela terlebih dahulu.

"Lo masih pake rok sekolah dan takut ada yang liat?" sela Reyhan. Membuat Amira sedikit merasa malu, tapi rasa malu nya ia singkirkan ketika pikirannya teringat kembali akan kucingnya yang masih terjebak diatas pohon.

"Dimana kucingnya?" tanya Reyhan ketika melihat raut wajah Amira yang sedikit panik.

Dengan cepat Amira menarik tangan Reyhan, tentu saja hal itu tanpa Amira sengaja. Reyhan yang kaget pun hanya melotot dan membiarkan Amira menariknya dengan tenaga yang tidak seberapa menurutnya.

Setelah sampai disebuah pohon rindang belakang sekolah Reyhan mendongak dan mendapati seorang kucing tengah merungut dan menggerong seolah tengah merasa takut.

Tidak berbuat apa-apa, Reyhan hanya diam dan menatap kucing yang berada di atas dengan tatapan dalam. Itu mengingatkannya pada kejadian saat itu.

"Kamu bisa naik pohon ga?" pertanyaan Amira sukses membuat Reyhan kembali kaget dan keluar dari pikiran masa lalunya.

Merasa diremehkan Reyhan langsung naik mengambil kucing itu dan turun kembali dengan selamat. Oke itu cukup keren, Pikir Reyhan.

"Maka-" lagi-lagi Amira tidak bisa melanjutkan ucapannya, bukan karena Reyhan memotong atau menyela ucapannya. Tapi,kini dada bidang Reyhan berhasil menabrak dahi lebar Amira.

Reyhan yang hampir kesal karena lagi-lagi, dan lagi ia dibuat kaget, tapi ini karena ulahnya sendiri yang langsung melompat saat akan turun. Mungkin Reyhan memang turun dengan selamat, tapi dahi Amira tidak karena terbentur dengan dada bidang Reyhan yang terdapat sebuah gantungan berbentuk planet yang menjadi hiasan kalung yang mengalung di leher Reyhan.

"Sorry gue gak sengaja" Reyhan mengusap dahi Amira dengan wajah panik, sebab gantungan yang menggantung dikalungnya terbuat dari bahan keras dan tebal.

Reyhan bisa melihat warna merah di dahi lebar Amira, seketika tawanya meledak melihat warna merah itu membentuk bentuk planet yang sama dengan bentuk gantungan dari kalungnya.

Sedangkan Amira masih meringis dan menyingkirkan tangan Reyhan dari dahinya, ia melihat wajah Reyhan yang tertawa dengan tatapan bingung. Amira tidak tau menahu soal sesuatu yang sudah terbentuk di dahinya.

"Sorry, nih kucing lo" Reyhan menyerahkan kucing yang dari tadi tak bisa diam di pangkuannya kepada sang pemilik.

Amira membawa kucingnya kedalam pangkuannya, lalu menatap Reyhan yang masih menetralkan tawanya. Reyhan yang merasa sudah beres dengan urusannya langsung pergi meninggalkan Amira yang belum sempat mengucapkan ucapan terima kasih.

"Masih untung kagak kayak Avatar jidat dia" ucap Reyhan diselingi tawanya dan pergi kembali menuju parkiran.

Dahi Amira berkerut melihat Reyhan yang semakin membuat jarak dengannya tertawa. Dengan cepat dia mengikuti langkah Reyhan menuju ke gerbang sekolah, bukan untuk menembeng. Hanya saja mereka satu arah, karena tempat parkir dekat dengan gerbang sekolah.

Sesampainya di gerbang sekolah Amira berdiri di halte bus, menunggu bus seperti biasa. Ia duduk di kursi halte sambil terus mengusap dahinya yang terasa sedikit nyeri.

Saat Amira tengah mengelus dahinya, sepeda motor berwarna merah hitam berhenti di hadapannya. Membuat Amira mendongak dan matanya beradu tatap dengan mata Reyhan.

"Nanti waktu sampe kamar dan ngeliat cermin jangan teriak, takutnya orang serumah kaget denger teriakkan lo. Dan, sama-sama" setelah mengucapkan itu Reyhan pergi menjalankan motor ninjanya untuk pulang menuju rumah.

"Emang kenapa?" gumam Amira bingung.

Ia berpikir memang ada sesuatu di dahinya, tapi ia tak merasakan apa-apa di dahinya. Apa dahinya berdarah? Tapi saat ia menyentuh dahinya lagi tak ada darah yang menempel.

Seketika ia ingat kembali bahwa ia belum mengucapkan ucapan terimakasih, pantas saja tadi tiba-tiba laki-laki yang menolongnya mengucapkan sama-sama. Amira refleks menepuk dahi dengan telapak tangannya, sehingga membuatnya meringis karena merasa nyeri di dahinya.

Ia mengelus dahinya dengan pelan sambil terus meringis. Mengingat seperti apa kerasnya gantungan kalung yang dipakai laki-laki tadi. Apa itu barang lama? Sepertinya iya, tapi kenapa dia memakai barang seperti itu? Apa tidak malu karena terkesan seperti kurang modern?

Dari pada memikirkan hal itu Amira menengok ke arah kucingnya yang masih ketakutan digendongannya. Ia mengelus kepala si kucing sambil tersenyum, ia bersyukur tadi ada laki-laki itu. Kalau tidak, mungkin dia sudah nekat naik dan membiarkan pahanya terekspos karena roknya pendek.

Tapi walau begitu pasti tidak akan ada yang melihat, karena siswa-siswi sudah pulang. Hanya saja ia tak seberani itu.

Ditengah kebingungan Amira yang masih memikirkan kejadian tadi bus yang ia tunggu datang, dengan cepat dia naik dan duduk dibangku belakang. Seperti biasa saat sore seperti ini tidak banyak penumpang yang naik, selain itu kebanyakan penumpang juga anak sekolah sama sepertinya.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang