9. Air mata 2 perempuan

169 23 1
                                    

Seorang siswa yang tubuhnya lebih kecil dari Reyhan terus menatapnya sekitar beberapa menit. Selama itu juga Reyhan terus menatap balik siswa itu.

Mereka terus menerus saling menatap hingga akhirnya Farhan yang sudah jengah melihat adegan tatap menatap mereka membuyarkan kegiataan mereka satu sama lain.

Reyhan tersadar begitu juga dengan siswa tersebut. Ia meminta maaf, dan siswa itu mengangguk lantas pergi begitu saja.

Reyhan merasa sedikit familiar dengan siswa tadi, tapi dia tidak tahu jelas tentang ingatannya itu. Farhan sendiri yang sudah geram langsung menarik tangan Reyhan dan membawanya ke kursi yang ada di dekat mereka.

Mereka duduk dan berbincang tentang kabar masing-masing, hingga alasan kenapa Farhan pindah secara mendadak ke Indonesia.

Tak terasa bel masuk berbunyi, Farhan dan Reyhan serta murid yang lainnya terlihat berdiri dan keluar dari kantin menuju kelas mereka masing-masing.

***

Mentari sudah hendak hilang, sinar-sinar oren nya mewarnai setengah wajah Reyhan yang berdiri sambil bersandar di dinding berpilok seperti hari kemarin dengan mata yang terpejam.

Ia menerima ajakan orang asing itu, bertemu di dinding berpilok saat pulang sekolah. Ya, beberapa saat yang lalu bel pulang berbunyi.

Setelah beberapa saat akhirnya Reyhan merasa ada suara jejak kaki yang  mendekat ke arah tempat ia berdiri. Ketika ia membuka mata pandangannya langsung tertuju ke sosok perempuan asing yang tersenyum simpul ke arahnya.

Perempuan itu tersenyum dan mendekat, "lo inget gue gak bang?" tanya perempuan yang tak Reyhan kenal, di baju seragamnya pun tak ada nametag atau aksesoris sekolah sama sekali.

Perempuan itu memiliki iris mata coklat, kulit putih, rambut panjang yang tergerai, dan tinggi tubuh yang kira-kira hampir sama dengan tinggi tubuh Amira.

"Enggak, lo yang ngajak ketemu disini?" tanya Reyhan, lantas perempuan itu mengangguk.

"Ada apa ngajak ketemu? Ada yang mau lo omongin ke orang ganteng?" tanya Reyhan dengan polesan candaan garingnya.

Perempuan itu tak tertawa atau pun tersenyum seperti tadi, ia hanya menatap Reyhan lekat tanpa berkata sepatah katapun.

Hal itu mampu memancing kebingungan pada diri Reyhan, ia mendekat dan menatap lekat balik perempuan itu.

Ketika Reyhan melangkah perempuan itu mundur. Hingga...

satu langkah..

dua langkah..

tiga langkah..

Segaris senyum tercetak di bibir perempuan itu, membuat Reyhan geram dan..

Bruk!

Dengan satu tarikan perempuan itu sudah berada di dalam kurungannya, bersandar pada dinding berpilok dengan kedua tangan Reyhan yang menyangga di sisi kiri kanan perempuan itu.

"Bilang yang jelas dong neng" goda Reyhan.

Perempuan itu tak bergeming sedikitpun, ia hanya tersenyum dan berkata, "gak sopan loh bang pertama ketemu langsung ngebenturin adenya kayak gini."

Reyhan mengkerutkan keningnya, menatap bingung perempuan yang berada di dalam kurungannya.

"Ade? Sorry, lo kayaknya salah orang. Gue anak tunggal gak punya ade" ujar Reyhan meralat.

"Lo gak nganggap gue sama mereka?" tanya Perempuan itu dengan tatapan yang mulai terlihat sendu.

Melihat itu membuat Reyhan merasa hatinya sedikit tersentil, karena ia tak melihat sedikitpun kebohongan di mata perempuan ini.

"Mereka kangen lo bang. Lo gak pernah pulang" perempuan itu tertawa. Lalu lanjut berkata, "gue lupa, sekarang tempat pulang lo udah beda ya. Lo bukan bang Aksa lagi"

Deg

Aksa? Nama itu.

Dada Reyhan mulai kembang kempis, nafasnya memburu. Ia menatap perempuan di depannya masih dengan perasaan bingung dan rasa sakit karena ingatan itu yang kembali dia rasakan.

Tanpa basa-basi ia langsung pergi meninggalkan perempuan tadi. Namun, ketika sudah beberapa langkah perempuan itu memanggilnya membuat langkah Reyhan berhenti sejenak sebelum ia benar-benar pergi dari tempat itu.

"Lo di mata kita tetep lo yang dulu bang, lo tetap abang kita. Kita sayang lo bang" ucap perempuan itu.

Reyhan menoleh sejenak melihat perempuan itu menangis dengan bibir yang tersenyum lebar sambil menatap kearahnya.

Dengan nafas terus menggebu Reyhan pergi lalu menaiki motornya ketika sudah sampai di parkiran sekolah, mengendarai motornya keluar sekolah dengan kecepatan diatas rata-rata.

Tak peduli banyak pengendara yang membunyikan klakson akibat ulah ugal-ugallannya. Yang terpenting ia akan cepat sampai dirumah.

Ketika Reyhan sampai di komplek rumahnya ia melihat perempuan yang tengah berjalan dengan langkah gontai.

Saat ia lihat ternyata itu Azmi, sepupunya. Gadis itu menunduk dengan tangan memeluk tubuhnya sendiri, bahunya naik turun.

Reyhan memberhentikan motornya disamping gadis itu, dan alangkah kaget ketika melihat luka lebam di sekujur tangan dan wajah sepupunya.

Bisa Reyhan liat Azmi melotot, kaget melihatnya. Ketika Azmi hendak lari Reyhan sudah lebih dulu menarik tangan gadis itu dan membawanya ke pelukan Reyhan.

Dan tepat ketika Azmi berada dipelukannya tangis gadis itu pecah, nafas gadis itu memburu dan tangannya menggenggam erat baju seragam Reyhan.

"Kan udah gue bilang dari dulu, lo harus bisa jaga diri dan jangan terlalu percaya sama yang namanya hati" ucap Reyhan menahan amarahnya.

Setelah beberapa saat berada di posisi itu, akhirnya Azmi melepaskan pelukan mereka. Reyhan menangkup kedua pipi Azmi dengan kedua tangannya, menghapus air mata yang jatuh dari kelopak mata sang sepupu.

"Hari ini lo pulang ke rumah gue dulu, nanti gue obatin luka lo" ucap Reyhan yang dibalas anggukan oleh Azmi.

Setelah itu Reyhan menyuruh Azmi naik ke jok belakang motornya, lantas mereka pergi pulang ke rumah Reyhan melewati rumah Azmi yang letaknya masih berada di komplek itu begitu saja.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang