Chapter 2 - Request

1.1K 126 3
                                    

Tak ada yang lebih semangat dari Jungkook di waktu itu. Sebelum matahari bangkit dari peraduannya, pria itu sudah berada dia atas bukit dengan kamera di tangan. Beberapa kali ia membidik kegiatan di desa yang berada dibawah sana—sibuk sekali. Jungkook bahkan dapat melihat bagaimana para penduduk sibuk membawa barang mereka untuk dijual dipasar.

Kemudian, mata kelam itu menangkap bayangan Hayoung yang berlari melewati jalanan—mengenakan sepatu dan baju olahraga yang khas. Pria itu tersenyum saat mengetahui bahwa si gadis menuju ke arahnya—ke atas bukit yang sama dengan yang ia pijak. Ia menyiapkan kamera dan mendekatkan ke mata, mencoba membidik si gadis yang tak menyadari keberadaan dirinya. Ketika sudah sampai, mata mereka baru bertemu. Hayoung terengah-engah saat menatap Jungkook dan si pria hanya tersenyum kecil.

" Hai, gadis trendy. " sapa Jungkook.

" Trendy? "

" Tarianmu kemarin sangat bagus. "

Hayoung memutar bola matanya lalu menatap Jungkook sebal.

" Aku tau bahwa aku terlihat begitu kuno dan lusuh di matamu. " ujar si gadis.

" Tidak, kemarin kau keren sekali. Aku tidak bohong. "

Hayoung mengerutkan alisnya lalu menatap Jungkook lemat. Kemudian ia berjalan mendekat dan meraih kamera pria itu. Ia melihat sebentar foto-foto didalamnya sebelum akhirnya Jungkook meraih kameranya kembali.

" Kau memfotoku terus ya? Banyak sekali. Sepertinya kau telah menjadi penggemar ku. " ucap Hayoung dengan senyum nakal.

Jungkook hanya diam dan tak menjawab. Ia memfokuskan kamera nya ke arah matahari yang mulai terbit. Sementara itu, Hayoung mengambil posisi duduk menghadap timur dan menikmati terbitnya matahari tanpa menghiraukan Jungkook. Ia suka berada di atas bukit ini. Ini kebiasaannya tiap pagi dan keberadaan Jungkook sebenarnya sedikit mengusiknya. Bagaimana pria itu bisa kemari padahal tidak ada petunjuk jalan? Menyebalkan.

" Matamu cantik saat terkena sinar matahari. Coklat keemasan. Rambutmu juga. "

Hayoung menoleh dan pria itu sudah berada di sampingnya. Lalu tiba-tiba saja kamera Jungkook sudah menjepret pemandangan gadis di depannya, membuat Hayoung sedikit kaget karena yang terakhir flash sengaja dinyalakan.

" Gila kau! " teriak Hayoung. " Mataku sakit! "

Jungkook tertawa. " Tapi kau jadi memiliki mata kucing di foto, cantik sekali. "

" Hei, Tuan Jeon. Aku tau kau orang kota. Aku tidak tau apakah disana merayu adalah hal yang biasa. Tapi jika kau mencoba merayu ku lagi, maka kepalamu bisa dipastikan terpotong oleh tanganku sendiri. "

Kemudian gadis itu pergi dan Jungkook mengangkat alisnya bingung. Lalu ia menghela napas dan merutuki dirinya sendiri.

" Kebiasaan begini pada fans, jadi lupa kalo dia bukan penggemarku. Huh, tapi memang dia cantik, lalu apa yang salah? Lagipula aku tidak merayunya untuk melakukan yang ku mau. Aku juga bukan penggemarnya! " gumam Jungkook dengan wajah sedikit kebingungan.

Pria itu lalu berlari mengikuti si gadis yang belum begitu jauh darinya. Ia jogging di belakang Hayoung dan mendapati si gadis masuk ke kebun bunga. Ia mengikuti nya dengan melompat pagar kecil yang sebelumnya dibuka gadis itu. Lagian kakinya cukup panjang untuk melompatinya. Jadi, untuk apa susah-susah membuka?

" Kebunmu bagus. "

" ASTAGA! " teriak Hayoung yang langsung berbalik menatap Jungkook dengan mata membulat. " KAU MENGIKUTI AKU? "

" Habisnya aku tidak tau harus kemana lagi. Tau tempat bagus disini? "

" Ini desa wisata, Tuan Jeon. Bukan taman hiburan. "

𝓝𝓸 𝓢𝓲𝓰𝓷𝓪𝓵 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang