Nyatanya Hayoung terlalu polos. Ini bukan sebuah kepura-puraan. Gadis itu tidak mengerti dan tidak pernah tau. Bagaimana lingkungan hidupnya yang begitu sempit dan mengurungnya dalam tembok yang tinggi. Maka ketika bibir itu hendak mendarat pada miliknya, tubuhnya merespon dengan cepat. Ia mendorong Jungkook dengan kuat dan kembali tersadar.
Walaupun ia ingin, tapi ia ketakutan.
Tubuh Jungkook yang mendapat penolakan mulai menegang. Ia menatap gadis itu dengan cermat. Hayoung tengah melihatnya dengan mata membulat dan ia paham betul bahwa ini bukan pertanda baik.
" Maaf. " Kata itu terlontar secara bersamaan di mulut keduanya-yang sedikit membuat Jungkook terkejut karena tak sesuai ekspektasi nya.
" Kau tidak perlu minta maaf. " ujar Jungkook sambil tersenyum tipis-mengetahui gadis itu tidak syok atau panik. " Aku yang salah. "
Pipi Hayoung memerah. Ia langsung mengalihkan pandangan ketika pria di depannya masih menatapnya dengan intens.
" Ini sudah sore. " lirih si gadis.
" Aku tau. " Jungkook tersenyum jahil. Ia sudah mengetahui maksud gadis itu yang sebenarnya. Hanya saja ia ingin sedikit bermain-main. Melihat Hayoung memerah menjadi suatu kesenangan baru bagi dirinya.
" Kau tidak kembali ke penginapan? "
" Aku akan. Jika kau mau makan malam bersamaku hari ini. "
" O-oke. "
Jungkook terkekeh pelan lalu meraih barangnya yang masih tergeletak di ujung ruangan. Kemudian ia berjalan mengikuti Hayoung yang mengarahkannya ke pintu luar.
Tiba-tiba gadis itu berhenti di ambang pintu hingga membuat Jungkook menubruk punggungnya pelan.
" Hei, ada apa? " tanya Jungkook.
" Aku menyimpannya untuk cinta pertama ku. " Hayoung menjawab dengan lirih tanpa membalikkan badan.
Mendengarnya, Jungkook tersenyum hangat. Ia meraih kepala gadis itu lalu mengusap rambutnya pelan. Matanya memandang sosok Hayoung dari belakang dengan teduh. Ada rasa hangat yang membuatnya nyaman untuk melakukan itu.
" Kalau begitu, buat aku menjadi cinta pertama mu. "
***
Hayoung malu setengah mati karena memori kejadian tadi sore terus berulang dalam pikirannya. Ia menyadari betapa klise dan bodoh dirinya sendiri karena mengatakan hal memalukan itu pada Jungkook.
Sekarang, ia sedang berdiri di pinggir jalan dekat tempat Jungkook menginap. Ia memakai rok coklat diatas lutut dengan crop top kuning. Penampilannya yang cerah ditambah berdiri di bawah terangnya lampu jalanan, membuat gadis itu terlihat begitu mencolok dan mengundang perhatian orang.
" Hai, Nona Young! " sapa Taekwang, anak desa yang sudah mengenalnya bertahun tahun lalu.
" Tae! Kenapa kau keluyuran malam begini? "
" Ini masih jam 6, noona. Kami mengadakan camping di bukit. Aku mau kesana! "
" Camping? " Alis Hayoung mengerut. " Untuk apa? "
" Katanya om kota yang meminjamkan tenda! Aku mau lihat! "
" Dia disana? Bukit yang ma-hey tunggu! "
Anak itu keburu berlari pergi-membuat Hayoung berdecak kesal dan hendak mengejarnya. Namun tiba-tiba tangannya dicekal hingga membuatnya terhuyung ke belakang.
" Mau kemana Nona Manis? "
Dan Hayoung kenal betul suara itu. Milik Jeon Jungkook.
" Kau meminjamkan tenda pada mereka? " tanya Hayoung begitu matanya menemukan milik Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓝𝓸 𝓢𝓲𝓰𝓷𝓪𝓵 ✓
FanfictionHanya Hayoung yang Jungkook butuhkan di tengah sesaknya kehidupan selebriti yang mengekangnya begitu erat. -romance-angst, first story of that genre.