Tepatnya pukul 2 dini hari. Saat Hayoung mengemasi barangnya lalu membawa ransel yang ia perlukan. Tubuh kecil itu dengan kuat membopong tas yang berisi air panas dan keperluan lain lain untuk mendaki.
Ini adalah satu-satunya cara untuk menenangkan diri. Dengan mendaki, maka kemarahan dan segala emosi buruknya tercurahkan lalu hilang perlahan. Kemudian keberhasilannya akan di sambut indahnya matahari terbit.
Apa lagi yang lebih menyenangkan daripada itu?
Namun semuanya gagal. Secara tiba-tiba ketika mata bulatnya menangkap bayangan Jungkook yang berdiri di depan pagar rumahnya dengan pandangan sayu.
" Jungkook? " panggilnya, pelan—takut bila salah orang.
Ia melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang dan mendapati pria itu menggenggam teralisnya dengan kuat. Matanya sayu dan bau alkohol samar-samar masuk dalam indra penciumannya. Hayoung berdiri di situ dalam diam, menunggu pria itu berbicara.
" Biarkan aku menjelaskan. " ujarnya dengan suara serak.
" Menjelaskan apa? " tanya balik Hayoung.
" Pergi bersamaku. "
" Aku tidak mau, Jungkook. Pergilah. "
" Dengarkan dulu! "
Hayoung tak menggubris Jungkook yang mengoceh—mencoba menjelaskan padanya. Ia membuka gerbangnya lalu berjalan keluar. Namun belum sampai beberapa langkah, pria itu menarik tangannya dan menghimpit tubuhnya pada gerbang.
" Yak! Jeon Jungkook! "
" Aku ingin membawamu! Aku mohon! " balasnya frustasi.
" Kita barusan berkenalan! Kau gila! "
" Apa yang salah dengan itu? Banyak sekali orang me— "
"Jangan samakan aku dengan mereka. "
Jungkook terdiam. Matanya menatap Hayoung sayu kemudian ia berkata dengan lemah.
" Itu yang kusuka darimu, Hayoung. Kau berbeda. "
" Aku tau. Aku berbeda. Aku gadis bodoh dan polos yang bisa kau tipu sewaktu-waktu. Kau bisa mengekangku, bukankah begitu? "
" Tidak, tentu saja tidak. Aku suka kau karena kau apa adanya, kau mencintai dirimu sendiri, dan kau menyayangi kehidupan mu. "
" Tentu saja. " Hayoung berkata dengan penuh penekanan. Matanya berkaca-kaca. " Dan tentu bahwa aku lebih mencintai diriku daripada kau. Jadi jangan paksa aku! "
Jungkook yang memegang bahu Hayoung langsung menundukkan kepalanya sehingga gadis itu tidak bisa melihat air mukanya. Kemudian tanpa di duga, ia muntah tepat di sepatu Hayoung—membuat gadis itu berteriak dan langsung mendorong bahu Jungkook pelan.
" Jung, " desisnya.
Pria itu menatapnya sayu. Kemudian tubuhnya mulai limbung. Mau tak mau si gadis harus menopangnya.
***
Jungkook membuka matanya dengan pelan. Kepala pusing dan cahaya yang masuk membuatnya makin tak karuan. Kemudian ia melenguh dan mengusap rambutnya cepat.
Ketika kedua mata itu sudah menyesuaikan cahaya yang masuk, Jungkook kaget karena ia menangkap bayangan Hayoung yang tengah menatapnya di sofa seberang.
" Selamat pagi. " Keduanya berucap bersamaan yang membuat Jungkook maupun Hayoung langsung terdiam.
Setelah jeda beberapa saat, barulah Jungkook membersihkan tenggorokannya dan mencoba memperjelas suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓝𝓸 𝓢𝓲𝓰𝓷𝓪𝓵 ✓
FanfictionHanya Hayoung yang Jungkook butuhkan di tengah sesaknya kehidupan selebriti yang mengekangnya begitu erat. -romance-angst, first story of that genre.