02. Bagas OTW Ngelamar

814 108 18
                                    

"Buruan dilamar, kalau ketikung tau rasa!"

-Aldina Pakar Cinta

***

Aldina. Gadis yang baru saja terjatuh dari motornya itu berada di ruang tamu rumahnya. Setelah perhelatan panjang mereka saat berada di mobil tadi, gadis itu masih saja mengeluarkan serapahnya.

"Emang sotong ya, kamu! Kampret!" gadis itu masih saja uring-uringan dengan lelaki didepannya.

"Harusnya aku yang malu, Dina! Kamu terlalu childish!" lelaki tersebut berkata dengan sinis.

"Kalau ada apa-apa di kaki kamu, rasain sendiri!" ketus lelaki itu.

"Heloo. Jatuh dari motor gak bikin aku mati ya!" ucap gadis itu asal.

"Hati-hati kalau bicara! Ucapan itu doa, Dina!" gadis itu langsung kicep berhenti bicara.

"Lagian aku tuh gak suka rumah sakit, GAS ELPIJI!" nah kan, dia mulai nyolot.

"Childish. Gara-gara perbuatanmu tadi aku malu setengah mati tahu gak? Umur udah tua kelakuan masih sangat kekanakan!" cerocos Bagas dengan pelototan.

"Berhenti nyebut aku kekanakan!" ucapan tajam dari Dina mendapat reaksi dari lelaki tersebut.

"Nyatanya kamu masih kekanakan, Dina. Kamu masih childish. Belum dewasa!" balas lelaki itu tajam.

"Emang situ udah dewasa hah? Sok-sokan ngehakimi orang lain, orang dewasa tuh gak gitu!" semprotnya lagi.

Lelaki itu berdiri dari duduknya dan keluar dari rumah gadis itu sejenak.

"Aku pulang dulu, Aldina. Kamu harus bisa mengendalikan egomu agar kamu tidak mempermalukan dirimu sendiri! Aku pulang--"

"Assalamualaikum." tukasnya lalu menenteng tas hitamnya, berjalan keluar meninggalkan Dina yang sendirian.

"Waalaikumussalam." jawabnya lirih.

Setelah Bagas pergi dengan mobil putihnya, ia merunduk melihat kondisi lututnya yang lecet. Rok span-nya robek dan untung saja ia membawa celana yang cukup panjang sebagai rangkepan.

Air matanya meluncur mulus disertai isakan kecil, bukan karena sakit di kakinya, namun karena kekosongan dalam hatinya. Ia tak suka sepi, karena baginya sepi itu hampa, maka dari itu ia lebih suka kehebohan.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar rumah.

"Waalaikumussalam." jawab Dina sambil mengusap air matanya.

Wanita berusia 35 tahunan itu masuk dengan peralatan medis yang ia bawa.

"Lho, Mbak Ningsih. Kok kesini?" Aldina tentu saja terkejut dengan kedatangan wanita yang tengah membuka antiseptik.

"Tadi ditelfon Bagas, kamu gak tahu?" Dina menggeleng. Dalam hatinya ia tersenyum, secuek apapun dia, sepedas apapun omongannya, dia tetap peduli dengan dirinya. Unchh.

"Lukamu lumayan parah, Din. Kenapa gak ke rumah sakit atau klinik saja?" tanya Bidan Ning sambil melihat luka di lututnya yang lumayan dalam.

"Aku gak butuh rumah sakit, Mbak. Aku butuhnya rumah sehat." jawaban Dina membuat Bidan itu tertawa.

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang