13. Memori Aldina

408 70 47
                                    

"Yang nampak bahagia, belum tentu benar-benar bahagia."

-Tumben captionnya waras

***

Gadis yang tertabrak mobil itu sungguh apes nasibnya. Ia dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapat pertolongan pertama karena banyak darah keluar dari kepalanya.

Keluarga gadis itu ditelpon oleh Brama dan respon mereka semua tentu sangatlah terkejut, jantung Mamak saja langsung sakit mendengar kabar itu.

Kini Aldina tengah diobati Dokter di dalam ruang UGD, gadis itu tidak sadarkan diri sudah hampir 1 jam. Jika selanjutnya tak ada tanda pasien sadar, maka Puskesmas akan membuat surat rujukan ke Rumah Sakit di Kota.

"Adikmu gimana ini, Ri." wanita setengah abad itu bergetar pilu melihat Aldina sekarat di dalam sana.

Meskipun Ibunya terkesan kasar, tidak pedulian, namun hati seorang Ibu pasti akan sakit melihat anaknya berjuang hidup dan mati disana.

"Mamak tenang, Dina sudah ditangani Dokter di dalam sana kok." ucap Riko menenangkan ibunya.

"Tenang gimana?! Adikmu sekarat di dalam sana!" sentak ibunya. Riko hanya menghembuskan nafas lelah. Ia juga khawatir dengan adiknya.

Dokter wanita keluar dari UGD mendekati ibu dan anak yang terlihat kacau.

"Keluarga Aldina?" tanya Dokter itu.

"Iya, Dok."

"Alhamdulillah, anak ibu sudah sadar dari pingsannya. Kami belum tahu pasti, apa kecelakaan itu sama sekali tidak merubah apapun di kepalanya. Saya menyarankan Aldina untuk segera dibawa ke Rumah Sakit Kota untuk pemeriksaan lanjutan." jelas Dokter itu. Hayati menahan nafasnya, tidak menyangka hal seperti ini menimpa putrinya yang malang.

"Aldina akan kami pindahkan ke ruang rawat inap untuk sementara, kalian bisa menjenguknya sekarang." Hayati berterima kasih pada Dokter itu dan langsung memasuki UGD, melihat kondisi anak yang nyaris membuatnya terkena serangan jantung.

***

"Dasar ceroboh, bisa gak jangan buat Mamak jantungan!" bukan pelukan menye-menye yang terjadi, melainkan omelan yang didapati.

"Kalian.. siapa?" tanya Dina linglung.

Kedua orang itu terkejut dengan respon Aldina.

"Jangan bercanda, Aldina!" kakak lelakinya nampak marah dengan adiknya yang suka bercanda.

"Siapa itu Aldina?" tanyanya lagi.

Riko pun keluar mencari Dokter untuk menanyakan apa yang terjadi dengan adiknya.

"Aldina, jangan bercanda sayang." ucap Mamak dengan mata berkaca-kaca melihat anak periangnya seperti orang linglung dan pelupa.

"Arghsss," gadis itu memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

Kepingan memori tiba-tiba masuk dalam ingatannya, gadis itu berteriak kala ada hantaman yang menghantamnya begitu dahsyat.

"Huhuhuu, jangan pukuli aku ayah." gadis itu tiba-tiba meringkuk di ranjangnya. Memori yang benar-benar ingin dihapus dari ingatannya muncul begitu saja.

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang