25. Happily Ever After [End]

729 80 21
                                    

"Awalnya aku ragu saat memilihmu menjadi pendamping hidupku, tapi kini Allah memberikan jawaban atas semua doa-doaku, kamu sumber bahagiaku, dan aku selalu bersyukur sampai kapanpun itu."

-Happy life for you Al-Ba

***

Tidurku terusik kala sebuah jari menusuk-nusuk pipi kananku, aku menyipitkan mata melihat lelaki di depanku yang memakai kostim.

"Apasih?" mode melek ku tersisa 20% saja.

"Bangun, olahraga yuk! Mumpung hari Ahad." aku mencibir dengan masih memejamkan mata.

"Kebiasaan tukang tidur! Habis salat subuh jangan tidur lagi makanya," omelnya yang tak kugubris.

Aku meraba selimut dan menariknya sampai kepalaku. Demi apapun, aku males banget buat bangun dari kenyamanan dunia ini.

"Ck, mau kupaksa nih?" aku malas untuk sekedar membalasnya.

"Aku capek ya Din kalau kamu seperti ini terus." aku yang awalnya mengantuk mendadak rasa kantukku hilang begitu saja.

"Kenapa sih, Gas? Kalau mau olahraga sana pergi sendiri!" ujarku kesal.

"Kamu ngertiin aku sedikit aja, Din. Kamu yang buat sarapan pagi, kamu yang bersih-bersih saat aku kerja, kamu yang ngelayanin aku. Aku cuma minta itu aja apa susahnya sih!"

BRAKK

Pintu kamar ditutup dengan kasar membuatku berjengit, ia nampak marah sekali.

Pernikahanku berjalan 1 bulan, dan kini aku tinggal di rumah kami sendiri. Awalnya, Mamak tidak membolehkanku pindah karena aku anak perempuan terakhir yang akan merawat Mamak di usia tuanya. Namun ternyata, Bagas sudah menyiapkan rumah yang cukup dekat dengan rumah Mamak dan mertuaku. Dia benar-benar sudah mengatur semuanya.

Aku memeluk lututku sendiri, aku tahu aku sudah melakukan banyak kesalahan. Pertama, aku belum memberikan hak sebagai istri untuknya, aku tahu ini salah, namun ia tidak pernah memintanya, kami hanya sekedar berpelukan dan menjadi teman tidur saja.

Kedua, aku jarang bangun pagi bahkan menyiapkan sarapan untuknya. Selepas sholat shubuh aku balik tidur lagi sampai siang.

Ketiga, aku malas untuk bersih-bersih. Ini sifat burukku, aku tahu.

Aku beranjak ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi, memakai celana training, lalu mengambil jaket bomber dan memakai kerudung.

Selepas itu aku pergi jalan kaki menuju alun-alun yang tidak jauh dari rumah, hanya berjarak 300 meter, disana sudah ramai sekali dengan orang yang tengah car free day, aku mencari keberadaan Bagas sambil berlari kecil mengelilingi Simpang 7.

"Capek banget, gini nih kalau jarang olahraga." baru 2 kali putaran aku sudah ngos-ngosan.

"Beli minum dulu kali ya," gumamku dan berjalan menuju ke stand yang menjual minuman dingin.

Degg..

Aku melihat Bagas yang tengah berbincang entah apa dengan Abila di jarak yang lumayan dekat, Bagas terlihat sangat bahagia sampai tertawa-tawa.

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang