20. Kenyataan Pahit?

473 74 59
                                    

*Mohon jangan di skip bagian ini!

"Mengapa kamu selalu bertingkah konyol?"

"Aku hanya sedang menghibur diriku sendiri. Itulah caraku bahagia."

-Anonim

***

Bagas masih terdiam di tempat, ia masih mencerna ucapan Aldina yang sudah keluar dari kamarnya.

"Masa sih?" gumamnya tak percaya.

Bagas keluar mencari Aldina juga penjelasan yang belum terucap dari bibir gadis itu. Langkahnya menuju ke dapur tempat isak tangis itu berasal. Aldina tengah berada di wastafel dapur dengan membelakanginya.

"Din," panggil Bagas. Bahu wanita itu nampak bergetar.

"Maaf, Gas." cicitnya dengan isakan.

"Kamu tidak lagi bercanda kan?" tanya Bagas memastikan namun tidak diindahkan sang empu.

"Aku takut, aku takut mereka tidak bisa menerimaku, aku takut." gadis itu berkata dengan sesenggukan.

"Maka dari itu aku malu, aku sebenarnya ingin menikah, apalagi sudah pernah dilamar berkali-kali sebelumnya," Bagas menarik tubuh kecil Aldina.

"Tell me everything about you," kata Bagas sembari memeluk gadis itu.

"Aku gak ngerti kamu ngomong apa, huweee." Bagas menghela nafas.

"Katakan semuanya, Din. Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Bagas lembut.

-Flashback On-

Gadis berusia 10 tahun itu tertawa riang dengan pamannya yang sedang bermain gitar, gadis belia itu memang terlahir dengan kulit putih dan halus yang membuat banyak orang suka padanya, bahkan dari dia kecil.

"Paman, sekarang nyanyiin lagu bintang kecil yaa!"

"Boleh. Tapi cium dulu," tunjuk lelaki itu di pipinya. Gadis yang masih polos itu menurut saja perintah pamannya.

"Aldina besok pulang ya?" tanya Paman.

Aldina kini sedang berlibur di desa neneknya bersama sang ayah. Dimana ibunya? Ibunya sedang menjadi TKW di luar negeri.

"Iya, paman." ucap gadis cilik itu dengan wajah muram.

Kembali ke rumah bagaikan neraka bagi gadis malang itu, ayahnya selalu memukulinya jika di dalam rumah, namun jika sedang diluar, ayahnya bertindak sebagai ayah yang sangat sayang dengan dirinya. Seperti mempunyai 2 kepribadian.

"Kamu suka disini ya?" tanya lelaki berkepala 4 itu dan mendekat kearah keponakannya.

"Aku suka disini, tapi ayah pasti tidak setuju jika aku disini."

"Mau ikut paman nggak?" bola mata gadis itu melebar senang.

"Kemana?"

"Pondok di sawah, kita lihat matahari terbenam disana." Aldina kecil sontak menganggukan kepala antusias.

Tiba di sawah, mereka duduk bersebelahan sambil mengamati matahari senja. Aldina senang, namun fokus pamannya bukan tentang keceriaan keponakannya, akan tetapi kepada keindahan tubuh gadis kecil itu. Pamannya memang belum pernah menikah bahkan di usianya yang sudah 45 tahun.

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang