22. Perlahan Retak?

444 76 36
                                    

"Kalau dalam peribahasa tak ada gading yang tak retak, kalau aku ada yang retak tapi bukan kaca."

-Hanya iq tinggi yg paham

***

Seorang gadis tengah termenung di pinggir jalan, atau trotoar lebih tepatnya. Di bawah lampu jalanan dan kendaraan yang lumayan ramai, gadis itu menelungkupkan wajahnya di lutut yang tertekuk.

Hari ini ia merasa dunianya hancur. Entahlah, ia merasa serba salah dan terus berprasangka buruk.

Motornya terparkir tepat di sebelahnya, kenapa gadis itu berada di pinggir jalan pada malam hari? Sebenarnya ia sering melakukan ini saat ia merasa confused, di tengah keramaian ia merasa tenang, meski jiwanya kesepian.

Pikirannya terfokus kepada lelaki yang entah dimana sekarang. Apa ia sedang patah hati? Sebut saja demikian. Karena baru kali ini gadis itu merasa sakit yang begitu besar.

"Huffft," gadis itu menghela nafas dan menatap langit yang bertabur bintang.

"Apa ini karmaku ya?" gadis itu mendramatisir keadaan.

Selepas pertemuannya dengan gadis yang sering disebut 'Ning Abil' di pondoknya, Aldina langsung memberitahukan kepada Bagas setelah pulang dari percetakan undangan. Satu hal yang membuat gadis itu kecewa, reaksi dari Bagas sungguh mengejutkannya.

"Apa? Menikah dengan Abila?"

"Iya, Gas. Kamu disuruh untuk bertemu abahnya, orang tuanya sudah setuju dan kalian bisa menikah dalam waktu dekat." jujur Aldina, ia tidak melebihkan dan mengurangkan amanah tersebut.

"Kenapa tiba-tiba?" gumam Bagas dan menyambar kunci mobilnya lalu melengang pergi meninggalkan Aldina yang terpaku sendirian.

"Bagas kemana, Din?" tanya bundanya dengan membawa kue kering kesukaannya.

"Gak tau, dia pergi gitu aja bun," Aldina berubah murung.

"Gak biasanya," gumam bunda.

"Yaudah, ini makan kue kering dulu. Nanti tanyain Bagas ya!" Bunda berusaha menghibur gadis yang akan menjadi calon menantunya itu.

"Bunda, aku mau tanya boleh?" kata Dina.

"Tanya apa?"

"Apa yang terjadi saat lamaran Bagas ditolak?" Aldina menatap sosok wanita yang ia sayangi setelah ibu kandungnya.

"Sebenarnya kitanya gak apa-apa, mungkin memang belum rezekinya. Tapi Bagas sempat terpuruk waktu itu, kamu tahu sendiri kan?" Aldina menganggukan kepala mengingat lelaki itu terpuruk.

"Mungkin saja ia sulit menerima, 5 tahun bersama dengan wanita yang dicari kaum adam memang tidak mudah dilupakan." Aldina mendadak insecure.

"Aku pulang dulu ya, Bun. Assalamualaikum." gadis itu beranjak dari rumah sahabat yang sebentar lagi menjadi suaminya.

Dengan langkah malas ia mengemudikan motornya ke jalanan yang agak ramai, kemudian duduk di trotoar seperti orang hilang. Tidak cukup 1 jam, namun sampai malam hari menjelang. Dia memang begitu suka menikmati keramaian ditambah gemerlap lampu. Itu cukup untuk membuatnya merenung dan melampiaskan emosinya meski dengan diam.

Ia memainkan ponselnya dan bermain game online di pinggir jalan. Kebayang kan seperti apa? Kelihatan makin gembel :)

"Daripada galau terus, mending cari pokemon aja kali ya," gadis itu lalu mengunduh game tersebut dan memulai petualangannya.

Sweety HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang